Rasulullah n bersabda:
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَالأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّْثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ،
فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّْ وَافِرٍ.
Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar maupun
dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambilnya niscaya
telah mengambil keuntungan yang banyak.
(HR. Abu Dawud, no. 3641, Ibnu Majah, no. 223, at-Tirmidzi, no. 2682)
Seandainya kita
mendapatkan harta warisan dari orang tua, tentu kita akan merasa gembira karena
telah mendapatkan harta tanpa bekerja. Lantas, bagaimanakah bila kita
mendapatkan warisan terbesar yang dijanjikan Rasulullah n kepada umatnya, tentu saja kita akan jauh lebih bahagia.
Karena warisan tersebut akan membawa kita kepada jalan Allah ta’ala.
Ketahuilah, warisan tersebut adalah ilmu agama. Hendaklah setiap muslim
mencarinya, agar dapat bahagia hidup di dunia dan di akhirat.
PENGERTIAN ILMU
Secara bahasa al-ilmu
adalah lawan dari al-jahlu, artinya mengetahui sesuatu dengan pasti
sesuai dengan hakekatnya. Sedangkan secara istilah, sebagian ulama mengatakan
bahwa ilmu adalah al-ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahlu
(kebodohan). Menurut ulama yang lainnya, ilmu terlalu jelas untuk
didefinisikan. Adapun ilmu yang kita maksud di sini adalah ilmu syar’i, yaitu
ilmu yang diturunkan Allah kepada Rasulullah n yang berupa penjelasan dan petunjuk. Jadi, ilmu yang terkandung di
dalamnya sanjungan dan pujian adalah ilmu wahyu, yaitu ilmu yang diturunkan
oleh Allah ta’ala. (Kitabul ‘ilmi, Syaikh al-‘Utsaimin, hal. 11)
ILMU YANG HARUS
DICARI
Ilmu yang
diperhatikan manusia ada dua: ilmu dunia dan ilmu agama.
Ilmu dunia
Allah berikan kepada orang yang disukai dan yang tidak disukai oleh-Nya.
Sedangkan ilmu agama tidaklah Allah berikan kecuali kepada orang yang
dicintai-Nya. (ad-Durus al-‘Ilmiyah al-‘Ammah, Asyrof bin Kamal, hal.
55-56)
Inilah di
antara makna hadits Rasulullah n:
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Barang siapa
yang dikehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia dalam urusan agama. (HR.
Bukhori)
Dan juga makna
hadist Rasulullah n:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ.
Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya. (HR.
Bukhori, no. 4739, dll)
Oleh karena
itu, ilmu yang dimaksud dalam al-Quran dan Hadits adalah ilmu agama, bukan ilmu
dunia. Hendaklah ilmu agama senantiasa dicari oleh manusia. Ibnul Qoyyim v menyebutkan dalam Qoshidah Nuniyyahnya:
الْعِلْمُ قَالَ الله وَقَالَ رَسُوْلُهُ قَالَ الصَّحَابَةُ هُمْ أُوْلُوْ
الْعِرْفَانِ
Ilmu adalah
firman Allah dan sabda Rasulullah
Serta perkataan shahabat, merekalah pemilik pengetahuan
KEUTAMAAN ILMU
SYAR’I
Syaikh Muhammad
bin Sholih al-‘Utsaimin v
berkata dalam kitabnya Kitabul ‘ilmi
(hal. 15-18) beberapa keutamaaan menuntut ilmu agama, antara lain:
1. Ilmu agama adalah warisan para nabi.
Ilmu agama
merupakan warisan yang lebih mulia dan lebih berharga dari segala macam
warisan. Sebagaimana yang dijelaskan pada hadits di atas. (hal. 1)
2.
Ilmu
akan tetap kekal meskipun pemiliknya telah meninggal dunia, beda halnya dengan
harta yang menjadi rebutan manusia pasti akan sirna.
Kita tentu
mengenal Abu Hurairoh z, sahabat
Rasulullah n yang
terkenal dengan gudangnya periwayatan. Walaupun beliau termasuk kaum yang papa,
hartanya telah sirna, akan tetapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih
tetap membacanya. Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadis Rasulullah: “ Jika
manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali 3 perkara:
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orang
tuanya “ (HR. Muslim 1631, At-Tirmidzi 2880, An-Nasai 3651, Ibnu Majah 242,
Ahmad 8627)
3. Ilmu tidak menyusahkan pemiliknya.
Orang berilmu
tidak membutuhkan gedung yang tinggi dan besar untuk meletakannya, cukup
disimpan dalam dada dan kepala. Bahkan ilmu itu akan menjaga pemiliknya
sehingga memberi rasa aman dan nyaman. Lain halnya dengan harta yang semakin
bertumpuk, semakin susah pula mencari tempat menyimpannya, belum lagi harus
menjaganya dengan susah payah bahkan bisa menggelisahkan pemiliknya.
4. Ilmu mengantarkan manusia untuk menjadi saksi
atas kebenaran dan keesaan Allah.
Allah ta’ala
berfirman:
Allah menyatakan bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. (QS.
Ali Imron: 18)
Apakah Allah ta’ala
mengatakan orang-orang yang berharta? Tidak, akan tetapi Allah berkata, yang
menegakan keadilan adalah orang-orang yang berilmu.
5.
Para
ulama merupakan golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan untuk
menaatinya.
Allah azza
wa jalla berfirman:
Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. (QS. an-Nisa`: 59)
Ulil
amri disini mencakup pemimpin dan ulama. Ulama berkewajiban
menjelaskan dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah.
Sedangkan kewajiban pemimpin adalah menjalankan syariat dan mengharuskan
manusia untuk menegakannya.
6.
Para
ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah sampai
datangnya hari kiamat.
Hal ini
berdasarkan hadis dari Mu’awiyah z bahwa
beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah n
bersabda: Umat ini akan senantiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan
mereka orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang keputusan Allah.
(HR. Bukhori, no. 71, Muslim, no. 1037)
Imam Ahmad
mengatakan: Jika mereka bukan Ahlul Hadits maka aku tidak tahu siapa mereka
itu.
7. Rasulullah n tidak
membolehkan seseorang hasad/dengki terhadap nikmat yang telah Allah ta’ala
berikan kepada manusia, kecuali dalam dua perkara:
Pertama, orang yang menuntut ilmu dan mengamalkannya. Kedua,
seorang pedagang yang hartanya diinfakan dijalan islam. (HR. Bukhori &
Muslim)
8. Ilmu adalah jalan menuju surga.
Rasulullah n bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ.
Barang siapa
menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan
menuju surga. (HR. Muslim, no. 2699)
9.
Ilmu
merupakan pertanda kebaikan seorang hamba.
Tidaklah akan
menjadi baik kecuali orang yang berilmu, sekalipun bukan jaminan mutlak
orang yang mengaku punya ilmu mesti
baik. Rasulullah n
bersabda:
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Siapa yang
Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan ia dalam masalah agama. (HR.
Bukhori, no. 71, Muslim, 1037)
10. Ilmu adalah cahaya.
Ilmu menerangi
kehidupan seorang hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan
para hamba Allah, sehingga di akan selalu berjalan di dunia ini di atas ilmu.
11.
Orang
yang berilmu adalah cahaya bagi manusia lainnya.
Dengan
perantara orang berilmu manusia bisa mendapat petunjuk jalan dalam
kehidupannya. Saudara sekalian tentunya ingat sebuah kisah seorang pembunuh
yang menghabisi 100 nyawa. (HR. Bukhori, no. 3470, Muslim, no. 2766).
Dia bunuh juga
seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke 100, karena jawaban bodoh darinya
yang mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi pintu taubat bagi pembunuh nyawa
manusia. Akhirnya ia datang kepada orang yang berilmu, dan disana ia
mendapatkan jalan taubat. Dia pun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya.
Lihatlah, wahai saudaraku, perbedaan yang sangat jauh antara orang yang bodoh
dan berilmu.
12.
Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
Di dunia Allah ta’ala
akan angkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal
yang ia tegakkan. Sedangkan di akhirat Allah akan angkat derajatnya sesuai
dengan derajat ilmu yang telah diamalkan dan didakwahkannya. Allah berfirman:
Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. al-Mujadilah: 11)
Itulah diantara
keutamaan menuntut ilmu yang akan didapat oleh pemiliknya. Maka, hendaknya
sebagai seorang muslim, kita meminta tambahan ilmu kepada Allah ta’ala
sebagaimana Rasulullah n telah
memintanya. Allah ta’ala berfirman:
Dan katakanlah:
Wahai Robb-Ku tambahkanlah ilmu kepadaku. (QS. Thoha:
114) []
(Oleh : Abu
Haura al-Barbasyi)
0 komentar:
Posting Komentar