UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » MENUAI WARISAN PARA NABI

MENUAI WARISAN PARA NABI

Written By Unknown on Selasa, 22 Januari 2013 | 00.16





Rasulullah n bersabda:

الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَالأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّْثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ،
فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّْ وَافِرٍ.

Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambilnya niscaya telah mengambil keuntungan yang banyak.
(HR. Abu Dawud, no. 3641, Ibnu Majah, no. 223, at-Tirmidzi, no. 2682)

Seandainya kita mendapatkan harta warisan dari orang tua, tentu kita akan merasa gembira karena telah mendapatkan harta tanpa bekerja. Lantas, bagaimanakah bila kita mendapatkan warisan terbesar yang dijanjikan Rasulullah n kepada umatnya, tentu saja kita akan jauh lebih bahagia. Karena warisan tersebut akan membawa kita kepada jalan Allah ta’ala. Ketahuilah, warisan tersebut adalah ilmu agama. Hendaklah setiap muslim mencarinya, agar dapat bahagia hidup di dunia dan di akhirat.

PENGERTIAN ILMU
Secara bahasa al-ilmu adalah lawan dari al-jahlu, artinya mengetahui sesuatu dengan pasti sesuai dengan hakekatnya. Sedangkan secara istilah, sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu adalah al-ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahlu (kebodohan). Menurut ulama yang lainnya, ilmu terlalu jelas untuk didefinisikan. Adapun ilmu yang kita maksud di sini adalah ilmu syar’i, yaitu ilmu yang diturunkan Allah kepada Rasulullah n yang berupa penjelasan dan petunjuk. Jadi, ilmu yang terkandung di dalamnya sanjungan dan pujian adalah ilmu wahyu, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah ta’ala. (Kitabul ‘ilmi, Syaikh al-‘Utsaimin, hal. 11)

ILMU YANG HARUS DICARI
Ilmu yang diperhatikan manusia ada dua: ilmu dunia dan ilmu agama.
Ilmu dunia Allah berikan kepada orang yang disukai dan yang tidak disukai oleh-Nya. Sedangkan ilmu agama tidaklah Allah berikan kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. (ad-Durus al-‘Ilmiyah al-‘Ammah, Asyrof bin Kamal, hal. 55-56)
Inilah di antara makna hadits Rasulullah n:
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Barang siapa yang dikehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia dalam urusan agama. (HR. Bukhori)
Dan juga makna hadist Rasulullah n:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ.
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhori, no. 4739, dll)
Oleh karena itu, ilmu yang dimaksud dalam al-Quran dan Hadits adalah ilmu agama, bukan ilmu dunia. Hendaklah ilmu agama senantiasa dicari oleh manusia. Ibnul Qoyyim v menyebutkan dalam Qoshidah Nuniyyahnya:
الْعِلْمُ قَالَ الله وَقَالَ رَسُوْلُهُ              قَالَ الصَّحَابَةُ هُمْ أُوْلُوْ الْعِرْفَانِ
Ilmu adalah firman Allah dan sabda Rasulullah
Serta perkataan shahabat, merekalah pemilik pengetahuan

KEUTAMAAN ILMU SYAR’I
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin v berkata dalam kitabnya Kitabul ‘ilmi  (hal. 15-18) beberapa keutamaaan menuntut ilmu agama, antara lain:
1.      Ilmu agama adalah warisan para nabi.
Ilmu agama merupakan warisan yang lebih mulia dan lebih berharga dari segala macam warisan. Sebagaimana yang dijelaskan pada hadits di atas. (hal. 1)
2.      Ilmu akan tetap kekal meskipun pemiliknya telah meninggal dunia, beda halnya dengan harta yang menjadi rebutan manusia pasti akan sirna.
Kita tentu mengenal Abu Hurairoh z, sahabat Rasulullah n yang terkenal dengan gudangnya periwayatan. Walaupun beliau termasuk kaum yang papa, hartanya telah sirna, akan tetapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap membacanya. Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadis Rasulullah: “ Jika manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali 3 perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orang tuanya “ (HR. Muslim 1631, At-Tirmidzi 2880, An-Nasai 3651, Ibnu Majah 242, Ahmad 8627)
3.      Ilmu tidak menyusahkan pemiliknya.
Orang berilmu tidak membutuhkan gedung yang tinggi dan besar untuk meletakannya, cukup disimpan dalam dada dan kepala. Bahkan ilmu itu akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa aman dan nyaman. Lain halnya dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula mencari tempat menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa menggelisahkan pemiliknya.
4.      Ilmu mengantarkan manusia untuk menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah.
Allah ta’ala berfirman:
 Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. (QS. Ali Imron: 18)
Apakah Allah ta’ala mengatakan orang-orang yang berharta? Tidak, akan tetapi Allah berkata, yang menegakan keadilan adalah orang-orang yang berilmu.
5.      Para ulama merupakan golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan untuk menaatinya.
Allah azza wa jalla berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. an-Nisa`: 59)
Ulil amri disini mencakup pemimpin dan ulama. Ulama berkewajiban menjelaskan dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Sedangkan kewajiban pemimpin adalah menjalankan syariat dan mengharuskan manusia untuk menegakannya.
6.      Para ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah sampai datangnya hari kiamat.
Hal ini berdasarkan hadis dari Mu’awiyah z bahwa beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah n bersabda: Umat ini akan senantiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang keputusan Allah. (HR. Bukhori, no. 71, Muslim, no. 1037)
Imam Ahmad mengatakan: Jika mereka bukan Ahlul Hadits maka aku tidak tahu siapa mereka itu.
7.      Rasulullah n tidak membolehkan seseorang hasad/dengki terhadap nikmat yang telah Allah ta’ala berikan kepada manusia, kecuali dalam dua perkara:
Pertama, orang yang menuntut ilmu dan mengamalkannya. Kedua, seorang pedagang yang hartanya diinfakan dijalan islam. (HR. Bukhori & Muslim)
8.      Ilmu adalah jalan menuju surga.
Rasulullah n bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ.
Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim, no. 2699)
9.      Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba.
Tidaklah akan menjadi baik kecuali orang yang berilmu, sekalipun bukan jaminan mutlak orang  yang mengaku punya ilmu mesti baik. Rasulullah n bersabda:

مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan ia dalam masalah agama. (HR. Bukhori, no. 71, Muslim, 1037)
10.  Ilmu adalah cahaya.
Ilmu menerangi kehidupan seorang hamba sehingga dia tahu bagaimana  beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah, sehingga di akan selalu berjalan di dunia ini di atas ilmu.
11.  Orang yang berilmu adalah cahaya bagi manusia lainnya.
Dengan perantara orang berilmu manusia bisa mendapat petunjuk jalan dalam kehidupannya. Saudara sekalian tentunya ingat sebuah kisah seorang pembunuh yang menghabisi 100 nyawa. (HR. Bukhori, no. 3470, Muslim, no. 2766).
Dia bunuh juga seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke 100, karena jawaban bodoh darinya yang mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi pintu taubat bagi pembunuh nyawa manusia. Akhirnya ia datang kepada orang yang berilmu, dan disana ia mendapatkan jalan taubat. Dia pun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya. Lihatlah, wahai saudaraku, perbedaan yang sangat jauh antara orang yang bodoh dan berilmu.
12.  Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
Di dunia Allah ta’ala akan angkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang ia tegakkan. Sedangkan di akhirat Allah akan angkat derajatnya sesuai dengan derajat ilmu yang telah diamalkan dan didakwahkannya. Allah berfirman:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. al-Mujadilah: 11)
Itulah diantara keutamaan menuntut ilmu yang akan didapat oleh pemiliknya. Maka, hendaknya sebagai seorang muslim, kita meminta tambahan ilmu kepada Allah ta’ala sebagaimana Rasulullah n telah memintanya. Allah ta’ala berfirman:


Dan katakanlah: Wahai Robb-Ku tambahkanlah ilmu kepadaku. (QS. Thoha: 114) []

(Oleh : Abu Haura al-Barbasyi)

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS