UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , , » KUNCI-KUNCI KETENANGAN

KUNCI-KUNCI KETENANGAN

Written By Unknown on Senin, 01 April 2013 | 09.20





Setiap manusia pasti mendambakan ketenangan dan kebahagiaan, dan ia selalu mencari jalan untuk mendapatkan hal tersebut. Terlebih lagi seorang muslim, dia diberi sebuah keistimewaan oleh Allah dengan keimanan, ia tidak hanya mengharap kebahagiaan dunia semata, namun orientasinya adalah kebahagiaan akhirat yang kekal abadi. Hanya saja terkadang ia kebingungan, kira-kira apa kuncinya? Apakah yang bisa membuat manusia itu mampu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan jiwa? Padahal kita semua tahu bahwasanya kehidupan dunia ini dipenuhi dengan ujian dan cobaan, ada kalanya manusia diuji dengan kefakiran, ada pula yang diuji dengan rasa sakit, rasa sedih, ada pula manusia yang diuji oleh Allah dengan kecintaan terhadap dunia, wanita, harta, anak-anak dan hal-hal lainnya.
Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan di atas, cobalah kita merenungkan sebuah perkataan indah yang pantas untuk ditulis dengan tinta emas dari seorang tabi’in yang terkemuka, al-Hasan al-Bashri rahimahullah, beliau mengatakan:

عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِيْ لَا يَأْخُذُهُ غَيْرِيْ فَاطْمَأَنَّ قَلْبِيْ، وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِيْ لَا يَقُوْمُ بِهِ غَيْرِيْ فَاشْتَغَلْتُ بِهِ وَحْدِيْ، وَعَلِمْتُ أَنَّ اللَّهَ مُطَّلِعٌ عَلَيَّ فَاسْتَحْيَيْتُ أَنْ يَرَانِيْ عَاصِيًا، وَعَلِمْتُ أَنَّ الْمَوْتَ يَنْتَظِرُنِيْ فَأَعْدَدْتُ الزَادَ لِلِقَاءِ رَبِّيْ



“Aku yakin bahwa rezekiku tidak akan mungkin diambil orang, maka hatiku pun selalu tenang. Aku mengetahui bahwa kewajibanku tidak mungkin ku wakilkan, maka dengannya lah diriku tersibukkan. Aku tahu bahwa Allah selalu melihat, maka aku malu tuk berbuat maksiat. Dan aku yakin bahwa kematian telah menungguku, maka aku menyiapkan bekal untuk bertemu dengan Rabbku.”
Dari perkataan indah ini dapat diambil beberapa faedah yang dengannya manusia dapat membuka pintu-pintu kebahagiaan dan ketenangan:   
1ʅ.

Ingatlah Bahwa Rezekimu di Tangan Allah

Gemerlapnya dunia banyak menyeret manusia ke lubang kenistaan. Betapa banyak kita saksikan orang-orang yang menghalalkan berbagai cara hanya untuk mendapatkan dunia. Sebagian lagi terpontang-panting mengejar dunia dan mengedepankannya dari pada beribadah pada Rabbnya, mereka meninggalkan kewajiban-kewajiban dari Allah demi dunia, tidak memedulikan akibat perbuatannya serta melalaikan ancaman-ancaman al-Qur’an.
Adapun seorang muslim, maka dia meyakini bahwasanya rezeki itu berada di tangan Allah, Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Seorang muslim yakin bahwa apa yang ditulis Allah baginya tidak akan mungkin lari darinya, sehingga mereka merasa tenang dan tenteram. Allah berfirman, yang artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Apapun yang mereka dapatkan adalah ketetapan Allah baginya dan itulah yang terbaik baginya. Dengan inilah mereka selalu bahagia dan merasakan ketenangan dalam jiwa.
2ʅ.

 Jangan Lupakan Kewajibanmu

Allah adalah Dzat yang telah menciptakan manusia dan Dialah yang paling mengetahui tentang makhluknya. Tidaklah Allah mensyari’atkan sesuatu kecuali karena adanya hikmah di balik itu semua, dan tidaklah dia melarang sesuatu kecuali karena adanya keburukan di baliknya. Sehingga barangsiapa yang taat kepada Allah, maka pada hakikatnya dia berada dalam keuntungan yang nyata, dan barang siapa yang membangkang, maka ia dalam tepi jurang kehancuran.
Seorang muslim yang sejati selalu menjaga hak-hak Allah atasnya berupa salat lima waktu, puasa Ramadhan dan hak-hak Allah yang lainnya. Seorang muslim adalah seorang yang selalu mengingat firman Allah: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. al-Dzariyat: 56). “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. al-Qiyamah: 36)
Ia benar-benar mencurahkan segala daya dan upayanya untuk mengabdikan diri untuk Rabb-nya. Dengan itulah seorang muslim merasakan tenangnya jiwa dan tenteramnya hati. Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)
Beda halnya dengan orang-orang yang menentang perintah Allah dan peringatannya, maka orang yang seperti ini akan merasakan kehidupan yang sempit dan penuh kesengsaraan baik lahir maupun batin. Bahkan Allah mengancam akan membangkitkan orang tersebut pada hari kiamat dalam keadaan buta, sebagaimana yang tertera di dalam surat Thaha: 124-126.
Kewajiban-kewajiban yang akan ditanyakan Allah ini tidak akan mungkin bisa diwakilkan kepada siapa pun. Sehingga seseorang benar-benar dituntut untuk selalu menjaga hal ini demi kebahagiaannya.
3ʅ.

 Ingatlah Bahwa Allah Selalu Melihatmu

Inilah penggalan ketiga dari ucapan al-Hasan al-Bashri. Dari penggalan yang ketiga ini dapat diambil sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahwasanya seorang manusia yang selalu merasa diawasi oleh Allah, maka ia pun akan merasa malu dan selalu menjaga dirinya. Perasaan inilah yang dikenal dengan muraqabatullah (perasaan selalu diawasi Allah). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, yang artinya: “Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hadid: 4)

Inilah salah satu kunci yang mampu membawa manusia pada derajat yang tinggi, karena semakin tinggi rasa muraqabatullah seorang muslim maka ia akan selalu berusaha untuk melaksanakan semua kewajibannya semaksimal mungkin dan selalu berusaha ikhlas, hanya untuk mendapatkan keridaan Allah. Di sisi lain, mereka akan selalu menjaga diri dari kemaksiatan-kemaksiatan dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena rasa malu yang ada pada diri mereka. Seperti halnya seorang karyawan yang bekerja di bawah pengawasan bosnya, dia akan lebih giat dan semangat serta berusaha keras untuk mendapatkan hal yang terbaik. Demikian pula ia malu bila terdapat satu kesalahan saja dalam pekerjaannya. Oleh karenanya, hendaklah setiap muslim benar-benar selalu merasa diawasi oleh Allah.
4ʅ.

 Ingatlah Bahwa Kematian Menantimu

Termasuk dari aqidah islam yang sangat urgen adalah keyakinan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”(QS. al-Ankabut: 57)
Setiap yang bernyawa tidak akan mungkin bisa lari dari kematian ke mana pun mereka bersembunyi. Dalam sebuah ayat disebutkan: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”(QS. an-Nisa’: 78)

Kematian seseorang tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah semata. Tempat, waktu dan bagaimana ajal akan menjemput, hanyalah Allah yang tahu. Tidak ada seorang pun baik itu paranormal, dukun ataupun tukang sihir yang dapat mengetahui hal itu. “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, mengetahui apa yang ada dalam Rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)

Sehingga ketika seseorang telah menyadari ini semua, maka ia akan selalu mencurahkan daya dan kekuatan untuk mempersiapkan pertemuannya dengan Allah, dengan selalu berharap mendapatkan pahala dan surga di sisi-Nya. Oleh karenanya Rasulullah mewasiatkan kepada para sahabat dalam sebuah hadis: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Ibnu Hiban dengan derajat hasan)

Demikianlah empat pelajaran penting yang dapat kita ambil dari wasiat al-Hasan al-Bashri yang mana keempat hal tersebut merupakan kunci-kunci ketenangan dan kebahagiaan hidup. Semoga kita mampu untuk mengaplikasikan wasiat emas ini.
| Oleh :  Agus Suranto |

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS