UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » TERPERDAYA OLEH NIKMAT

TERPERDAYA OLEH NIKMAT

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 07.25




Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, banyak orang yang terlena dengan kenikmatan dunia. Sehingga banyak sekali waktu mereka yang terbuang percuma bahkan menjerumuskan mereka ke dalam jurang bahaya.
Duduk di depan televisi seharian pun tak terasa, terhenyak sekian lama di hadapan berita-berita terbaru yang disajikan media massa sudah biasa, dan berjubel-jubel memadati stadion selama berjam- jam untuk menyaksikan pertandingan sepak bola atau konser grup band idola pun rela. Aduhai, alangkah meruginya kita tatkala waktu kehidupan yang detik demi detik terus berjalan menuju gerbang kematian ini, kita lalui dengan menimbun dosa dan menyibukkan diri dengan perbuatan yang sia-sia.

Nikmat-Nikmat Bisa Menjadi Fitnah

Saudaraku, ketahuilah, nikmat yang kita terima setiap saat, harta benda yang kita miliki, perbendaraan yang kita harapkan keuntungannya bisa menjadi fitnah bagi kita, bisa jadi itu semua adalah ujian bagi kita:

Bahkan saudaraku, banyak dari kita yang menggunakan kesehatan dan waktu longgar kita untuk hal yang sia-sia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari no. 6049)
Saudaraku, sesungguhnya dunia ini merupakan ladang akhirat. Di dalam dunia ini terdapat sebuah perdagangan yang keuntungannya akan tampak jelas di akherat kelak. Orang yang memanfaatkan waktu luang dan kesehatan tubuhnya dalam rangka menjalankan ketaatan kepada Allah maka dialah orang yang beruntung. Adapun orang yang menyalahgunakan nikmat itu untuk bermaksiat kepada Allah maka dialah orang yang tertipu. (Fath al-Bari, Ibnu Hajar al-‘Asqolani 11/259)

Manusia Makhluk Yang Merugi

Allah ta’ala berfirman:

“Demi masa. Sesungguhnya semua manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam menetapi kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)

Pada surat di atas, Allah ta’ala menjadikan kerugian itu sifat umum bagi seluruh manusia kecualimereka yang memeliki empat sifat beriman kepada semua yang Allah perintahkan untuk diimani, beramal shalih, saling berwasiat dalam kebenaran, saling berwasiat dalam kesabaran.

Hakekat Dunia

Allah subhanahu wa ta'ala telah menjelaskan hakikat dunia ini. Allah ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah sekedar kesenangan yang menipu.” (QS. Ali imron: 185)
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menuturkan: "Ayat yang mulia ini terkandung di dalamnya ajaran zuhud terhadap dunia, karena ia fana lagi tidak kekal, dan bahwasannya ia hanyalah harta yang menipu, menipu dengan perhiasannya, menipu dengan tipuannya, menipu dengan kecantikan-kecantikannya. Padahal akan ada perpindahan, perpindahan ke negri nan kekal. Di sana akan dibalas semua amalan yang telah dikerjakan di dunia, baik atau jelak, (semuanya akan dibalas)." (Tafsir as-Sa'di 1/159)

Nasehat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

Maka tidak heran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengantisipasi penyakit cinta dunia dengan wasiat beliau yang agung kepada sahabat Abdullah bin Umar Radliallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jadilah engkau di dunia seperti layaknya orang yang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan jauh.” (HR. al-Bukhari no. 2359)

Maka bekal yang paling utama untuk perjalanan akhirat adalah ketakwaan sebagaimana firman Allah ta’ala:

"Berbekalah kalian, sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kalian kepadaku wahai para pemilik akal." (QS. al-Baqoroh: 197)
"Berbekalah kalian dengan hal-hal mulia, yang konsekuensinya adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan rendahan." (Tafsir al-Alusi 2/176)

Hikmah Para Salaf

Sebagai penutup, marilah kita menengok para pendahulu kita dalam menyikapi dunia ini. Abu Darda' radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Sesungguhnya dirimu adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap kali hari berlalu, maka lenyaplah sebagian dari dirimu.” (az-Zuhd 1/428)
Al-Hasan al-Basri rahimahullah berkata: "Wahai anak Adam, ketahuilah, sesungguhnya hari dan malammu adalah tamumu, sesungguhnya tamu itu pasti akan pergi dalam keadaan memujimu atau mencelamu." (az-Zuhd 1/430)
Sebagian orang bijak berkata, “Bagaimana bisa merasakan kegembiraan dengan dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan perjalanan bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta perjalanan tahun demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya. Bagaimana bisa merasa gembira, orang yang umurnya menuntun dirinya menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring dirinya menuju kematian.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 483)
Oleh: Muhammad Nasihuddin

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS