UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » PETAKA LISAN (bagian 1)

PETAKA LISAN (bagian 1)

Written By Unknown on Minggu, 17 Maret 2013 | 08.36



Lisan merupakan nikmat dan karunia Allah yang besar yang dianugerahkan kepada sebagian makhluknya, salah satunya adalah manusia. Dengan lisan manusia berinteraksi dan bermuamalah dengan yang lainnya. Dengan lisan manusia mampu mengungkapkan isi hatinya secara sempurna. Lisan adalah anugerah Allah yang tak ternilai harganya.
Lisan bagaikan pedang yang mempunyai dua mata, jika digunakan untuk kebaikan maka akan baik pula hasil yang dirasakan, namun jika digunakan untuk keburukan maka buruk pula akhir yang didapatkan. Betapa banyak manusia mendapatkan kebahagiaan dan keutamaan dan betapa banyak pula manusia sengsara dan sedih karenanya, karena setiap apa yang keluar dari lisan akan dicatat dan dimintai pertanggungjawabannya.
ﭪ  ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭮ    ﭯ  ﭰ  ﭱ  ﭲ  ق: ١٨

 “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18)
Lisan adalah kunci yang dengannya seseorang akan mendapatkan kebaikan-kebaikan. Akan tetapi tidak sedikit orang yang diseret ke neraka karena akibat dari lisannya. Dalam hadis lain beliau menyatakan “Barang siapa yang menjamin bagiku lisan dan  kemaluannya, maka aku jamin surga baginya.” (HR. al-Bukhari)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ini semua menunjukkan kedudukan lisan yang sangat agung, sehingga sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk benar-benar memperhatikan setiap ucapan yang keluar dari lisannya. Jangan sampai nikmat ini membawanya pada kesengsaraan dan penyesalan. Hendaknya dia mengetahui hal-hal yang bisa menyeretnya kepada kerugian yang nyata, yaitu kerugian di sisi-Nya. Sehingga dia mampu untuk menjaganya. Maka itu, pada tulisan ini akan disebutkan beberapa penyakit lisan yang amat berbahaya:

1.     BERDUSTA
Berdusta adalah salah satu ciri-ciri kemunafikan yang sudah sepantasnya seorang muslim menjauhinya. Dalam sebuah hadits disebutkan: “tanda orang munafik itu ada tiga: jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam hadis lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النّارِ
 “Jauhilah perkataan dusta karena, sesungguhnya dusta itu akan membawa pada kejahatan, dan kejahatan akan membawa pada neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: “Celakalah bagi orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Hakim)

2.     GHIBAH / MENGGUNJING
Allah ta’ala menasihati kita semua: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurat: 12)
Inilah salah satu penyakit lisan yang banyak menyeret pemiliknya ke dalam lubang kenistaan, betapa banyak pembicaraan-pembicaraan yang keluar dari lisan dan tanpa disadari perkataan itu adalah gunjingan atas saudaranya muslim. Bahkan yang lebih mengerikan di zaman sekarang ini ghibah sudah menjadi hal yang biasa bahkan menjadi kebutuhan, betapa banyak acara di televisi yang dikhususkan untuk membahas kehidupan orang lain dan tidak jarang yang dibahas adalah aib-aib orang tersebut.

3.     MUDAH MENCELA  
Karena lidah adalah daging yang tak bertulang, sangat mudah digerakkan, sehingga sering kita menjumpai manusia dengan mudah mencela, mencemooh orang lain tanpa berpikir terlebih dahulu akibat dan mudarat dari ucapannya itu. Kadang seseorang memanggil saudaranya dengan nama-nama yang jelek dengan tujuan menghina dan mencela, maka betapa sakit hati orang yang dipanggil tersebut. Padahal Allah telah melarang hal tersebut. Firman-Nya:
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Hujurat: 11)
Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin, karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Sedangkan maksud dari panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan lain-lain. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengatakan: “Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan membunuh serang muslim adalah kekufuran.” (Muttafaqun ‘alaih)

4.     NAMIMAH / MENGADU DOMBA
Penyakit yang satu ini banyak muncul ketika seseorang itu lemah rasa cintanya kepada saudaranya atau bahkan membencinya, sehingga dengan rasa bencinya tersebut dia suka mengadu domba antar saudaranya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمََامٌ
“Tidaklah masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah pernah melewati dua kuburan kemudian bersabda: “Sesungguhnya mereka berdua sedang diazab, dan tidaklah mereka diazab karena perkara besar (dalam pandangan manusia), adapun yang pertama dia diazab karena tidak bersuci setelah buang air kecil, sedang yang lainnya diazab karena namimah (suka mengadu domba) di antara manusia.” (QS. al-Bukhari dan Muslim)

5.     PERKATAAN KEJI
Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu berkata “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang berkata keji dan buruk.” (HR. at-Tirmidzi)
Hadis ini menjelaskan tentang tidak bolehnya berkata keji dan bahwasanya itu bukan termasuk sifat seorang muslim sejati. Perkataan keji merupakan sifat orang-orang yang lemah imannya yang jelek akhlaknya yang tidak merasakan manisnya iman.
Oleh karenanya, wahai para pencari rida Allah, apakah kita rela untuk menjadi hamba yang dibenci Rabb semesta alam? Cukuplah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini untuk menjadikan kita orang-orang yang selalu berkata baik dan jauh dari perkataan keji. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa istiqamah di jalan-Nya.

Oleh: Agus Suranto

Download File PDF


0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS