UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » PETAKA LISAN (bagian 3)

PETAKA LISAN (bagian 3)

Written By Unknown on Minggu, 17 Maret 2013 | 09.01




Pada dua buletin edisi sebelumnya telah disampaikan beberapa penyakit lisan, yaitu: BERDUSTA, GHIBAH/MENGGUNJING, MUDAH MENCELA, NAMIMAH/MENGADU DOMBA, DAN BERKATA KEJI. Selain itu, juga telah disampaikan bahaya yang lainnya, yaitu: BERDOA KEPADA SELAIN Allah, BERNAZAR KEPADA SELAIN Allah, BERSUMPAH DENGAN NAMA SELAIN ALLAH, BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MEMUJI, BERKATA DALAM AGAMA TANPA ILMU. Untuk melengkapi tulisan sebelumnya, Redaksi akan menyebutkan beberapa penyakit lisan lainnya yang juga tidak kalah bahayanya. Semoga bermanfaat.

1.      DURHAKA KEPADA ORANG TUA DENGAN LISAN
Durhaka dengan berbagai macam dan jenisnya adalah diharamkan, baik dengan lisan ataupun perbuatan. Namun, sangat disayangkan sekali, betapa banyak anak-anak yang tidak peduli dengan hal yang satu ini. Tak jarang kita temui mereka membentak, menghardik, mencela, bahkan mendoakan orang tua dengan doa yang tidak baik.
Simaklah nasihat Allah ta’ala kepada kita semua:
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. al-Isra’: 23)
Ini adalah larangan minimalnya. Sekedar mengucapkan “ah” saja tidak diperbolehkan, apalagi melontarkan kata-kata lain yang sangat menyakiti perasaan orang tua, tentu lebih dilarang lagi. Kita memohon kepada Allah, semoga kita dimudahkan untuk senantiasa berbakti kepada orang tua.

2.      BERDUSTA ATAS NAMA NABI
Berdusta atau berbohong kepada orang lain merupakan perbuatan dusta. Demikian pula berdusta atas nama orang lain termasuk perkara yang diharamkan, karena itu sama saja dengan mengada-ada atas nama orang tersebut, padahal ia sama sekali tidak melakukannya. Yang lebih parah lagi, apabila berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengatakan, “Nabi bersabda demikian,” padahal sama sekali beliau tidak pernah mengucapkannya.
Perhatikan ancaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ.
Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di dalam neraka. (Hadis mutawatir riwayat al-Bukhari dan Muslim serta ulama lainnya)

3.      PERSAKSIAN PALSU
Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di tengah-tengah para sahabatnya, lalu Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu mengatakan: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang dosa-dosa besar atau beliau ditanya tentangnya, beliau menjawab:
الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ. وَقَالَ: أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قَالَ: قَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ: شَهَادَةُ الزُّورِ.
Menyekutukan Allah, membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang tua. Lalu beliau bertanya: “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar? Beliau bersabda: “Ucapan palsu” atau “persaksian palsu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah di dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan:“Batasan ucapan palsu adalah mengatakan tentang sesuatu yang tidak sesuai dengan hakikatnya.”

4.      MENCELA MASA
Dalam hal ini ada hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah melarang kita mencela atau menjelek-jelekkan masa. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يُؤْذِيْنِيْ ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِيْ اْلأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ.
Allah ta’ala berfirman: Anak Adam menyakitiku, ia mencela masa, sementara Aku adalah masa, di tangan-Ku segala urusan, Aku membolak-balikkan malam dan siang. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Bangsa Arab dahulu, apabila terjadi musibah yang menimpa mereka seperti kematian atau rusaknya harta maka mereka menjelek-jelekkan masa atau mencelanya. Hal ini termasuk penyakit lisan warisan kaum jahiliyyah.

5.      BANYAK TANYA DAN BANYAK BERCERITA YANG TIDAK PERLU
Perhatikanlah hadits mulia berikut ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
إِنَّ الله حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ الأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu, mencegah dan memberi (bukan pada tempatnya) dan menguburkan bayi perempuan hidup-hidup. Dan Dia membenci dari kalian banyak bercerita (tanpa mengecek), banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Termasuk perkara yang begitu dibenci oleh Allah ta’ala adalah banyak berkata, banyak bercerita perkara yang belum tentu benar, atau demikian pula banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak perlu. Apabila yang ditanyakan adalah ilmu, maka itu adalah pertanyaan terpuji. Namun bila banyak bertanya yang bukan ilmu, maka itu adalah hal tercela.

6.      MEMBUAT-BUAT CERITA LUCU
Sering kita mendengar seseorang bercerita dengan lisan atau tulisan tentang kejadian atau cerita lucu. Memang benar-benar lucu. Apabila hal itu adalah kisah nyata maka humor dalam batasan-batasannya tidaklah tercela. Namun, apabila ternyata cerita itu adalah dusta, hasil karya fiktif yang tidak diketahui asal-usulnya, maka itu sama saja mendatangi sebuah ancaman yang keluar dari lisan Rasul mulia shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
وَيْلٌ لِمَن يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهْ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهٌ.
Celakalah orang yang bercerita lalu ia berdusta untuk membuat orang lain tertawa, celakalah ia, celakalah ia. (Hadits hasan riwayat Abu Dawud dan  at-Tirmidzi)
Jadi, hendaknya kita berhati-hati dalam memilih bahan gurauan. Niat hati ingin menghibur teman, namun ternyata dapat menjerumuskan diri ke dalam jurang kebinasaan. Allahul-musta’an. Hanya kepada Allah semata kita memohon pertolongan agar dijauhkan dari berbagai petaka lisan.

Oleh: M. Sulhan Jauhari

Download File Pdf

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS