UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » PETAKA LISAN (bagian 2)

PETAKA LISAN (bagian 2)

Written By Unknown on Minggu, 17 Maret 2013 | 08.52




Pada buletin edisi sebelumnya telah disampaikan beberapa penyakit lisan, yaitu: BERDUSTA, GHIBAH/MENGGUNJING, MUDAH MENCELA, NAMIMAH/MENGADU DOMBA, DAN BERKATA KEJI. Untuk melengkapi tulisan sebelumnya, Redaksi akan menyebutkan beberapa racun dan penyakit lisan lainnya yang tidak kalah bahayanya. Selamat menyimak.

1.      BERDOA KEPADA SELAIN ALLAH
Ini merupakan penyakit lisan yang sangat berbahaya, sebab ini merupakan syirik besar. Seseorang yang berdoa, menyeru atau memohon kepada selain Allah berarti telah menduakan Allah dalam doanya. Padahal “doa adalah ibadah” dan ibadah itu wajib ditujukan hanya kepada Allah semata.
Dalam berdoa, seseorang diperintahkan agar langsung berdoa kepada Allah, tidak kepada makhluk-makhluk Allah yang sangat lemah, entah itu kepada malaikat Jibril atau kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah sendiri yang telah memerintahkan kita agar berdoa langsung kepada-Nya. Firman-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
Dan Rabb-mu berfirman: berdo’alah kamu kepadaku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdoa) kepadaku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina. (QS. Ghafir: 60)
 Allah subhanahu wa ta'ala juga telah menjelaskan:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku maka sesungguhnya aku Maha dekat, aku mengijabahi doa seorang hamba apabila ia berdoa kepada-Ku. (QS. al-Baqarah: 186)
Dari dua ayat di atas dapat kita ketahui bahwa berdoa ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak kepada makhluk yang sangat lemah seperti ahli kubur, syaikh tertentu, atau kepada benda mati seperti batu, pohon, keris atau yang lainnya.

2.      BERNAZAR KEPADA SELAIN ALLAH
Ini pun termasuk penyakit lisan yang sangat berbahaya, karena juga termasuk kesyirikan kepada Allah, bahkan syirik besar. Seseorang yang bernazar seharusnya hanya ditujukan kepada Allah, karena nazar adalah ibadah, dan ibadah itu tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Seseorang yang bernazar dan berkata dalam nadzarnya: “bila aku lulus ujian atau mendapatkan pekerjaan, maka aku bernazar kepada Wali Fulan untuk berpuasa selama tiga hari berturut-turut,” atau “bila aku sembuh dari penyakit ini maka aku bernazar untuk Syaikh fulan dengan menyembelih kambing di sisi keramat Syaikh fulan” maka ini merupakan kesyirikan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيْعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ
Barang siapa yang bernazar untuk taat kepada Allah hendaknya ia menaati-Nya, dan barang siapa yang bernazar untuk bermaksiat kepada-Nya maka janganlah ia bermaksiat kepada-Nya.
Bernazar kepada selain Allah merupakan kesyirikan, bukan ketaatan, jadi haram baginya untuk memenuhi nadzarnya itu. Bila nazar seperti ini pernah dilakukan, hendaknya ia bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha.

3.      BERSUMPAH DENGAN NAMA SELAIN ALLAH
Hal ini juga merupakan bentuk kesyirikan, namun ini termasuk syirik kecil, yaitu ketika seseorang bersumpah dengan nama selain Allah. Entah itu bersumpah dengan nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atau nabi lainnya, malaikat Jibril atau malaikat lainnya, apalagi kepada selain mereka yang derajatnya jauh di bawah malaikat dan para nabi dan rasul.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ.
Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah, sungguh ia telah kafir atau berbuat kesyirikan. (HR. at-Tirmidzi dan beliau menghukuminya hasan)
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan:
أَلاَ إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكُمْ أَنْ تَحْلِفُوْا بِآبَائِكُمْ فَمَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ وَإِلاَّ فَلْيَصْمُتْ.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan nenek moyang kalian. Barang siapa yang bersumpah hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah, atau kalau tidak maka diam. (HR. al-Bukhari)

4.      BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MEMUJI
Dikhususkan di sini ketika memuji Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. seseorang wajib menghormati, memuliakan dan mengagungkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian pula tidak mengapa ia memuji beliau. Namun, perlu diketahui, hendaknya pujian, pengagungan dan penghormatan tersebut hendaknya sesuai dengan kedudukan beliau, yaitu bahwa beliau adalah manusia biasa yang Allah berikan wahyu kepadanya.
Sedikit pun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memiliki sifat ketuhanan, maka itu tidak diperkenankan seseorang berseru, bernazar, bersumpah atau mengalamatkan ibadah yang lainnya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Jangan sampai seseorang berlebih-lebihan memuji beliau sebagaimana orang-orang Nashara yang berlebih-lebihan memuji Nabi Isa ‘alaihissalam hingga berkeyakinan bahwa beliau adalah Tuhan.
Perhatikan nasihat Nabi mulia shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:
لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُوْلُهُ.
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashara yang berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu ucapkanlah: hamba Allah dan rasul-Nya. (HR. al-Bukhari)

5.      BERKATA DALAM AGAMA TANPA ILMU
Haram hukumnya seseorang berkata tanpa agama tanpa ilmu: menyampaikan nasihat tanpa bekal ilmu, berkata tentang tafsir al-Qur’an tanpa ilmu, menjelaskan makna hadits tanpa ilmu, menjawab pertanyaan seputar agama tanpa ilmu, dst. Itu merupakan tindakan kriminalitas tingkat tinggi di dalam agama Islam. Karena semua anggota badan –termasuk lisan- akan dimintai pertanggung jawabannya pada hari kiamat kelak.
Ketika Allah menjelaskan:
ﯯ  ﯰ  ﯱ  ﯲ  ﯳ  ﯴ  ﯵ   ﯷ  ﯸ  ﯹ   ﯺ  ﯻ    ﯼ  ﯽ          ﯾ  ﯿ  ﰀ   الإسراء: ٣٦
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. al-Isra’: 36)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa inti penafsiran para ulama tentang ayat di atas adalah larang berkata tanpa ilmu.
Semoga kita dijaga oleh Allah dari berbagai petaka lisan. Amin.

Oleh: M. Sulhan Jauhari

Download File Pdf

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS