Pada dua buletin edisi sebelumnya telah disampaikan beberapa penyakit lisan, yaitu: BERDUSTA, GHIBAH/MENGGUNJING, MUDAH MENCELA, NAMIMAH/MENGADU DOMBA, DAN BERKATA KEJI. Selain itu, juga telah disampaikan bahaya yang lainnya, yaitu: BERDOA KEPADA SELAIN Allah, BERNAZAR KEPADA SELAIN Allah, BERSUMPAH DENGAN NAMA SELAIN ALLAH, BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MEMUJI, BERKATA DALAM AGAMA TANPA ILMU. Untuk melengkapi tulisan sebelumnya, Redaksi akan menyebutkan beberapa penyakit lisan lainnya yang juga tidak kalah bahayanya. Semoga bermanfaat.
1. DURHAKA
KEPADA ORANG TUA DENGAN LISAN
Durhaka dengan berbagai macam dan jenisnya
adalah diharamkan, baik dengan lisan ataupun perbuatan. Namun, sangat
disayangkan sekali, betapa banyak anak-anak yang tidak peduli dengan hal yang
satu ini. Tak jarang kita temui mereka membentak, menghardik, mencela, bahkan
mendoakan orang tua dengan doa yang tidak baik.
Simaklah nasihat Allah ta’ala kepada
kita semua:
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا
Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (QS. al-Isra’: 23)
Ini adalah larangan minimalnya. Sekedar
mengucapkan “ah” saja tidak diperbolehkan, apalagi melontarkan kata-kata lain
yang sangat menyakiti perasaan orang tua, tentu lebih dilarang lagi. Kita
memohon kepada Allah, semoga kita dimudahkan untuk senantiasa berbakti kepada
orang tua.
2. BERDUSTA
ATAS NAMA NABI
Berdusta atau berbohong kepada orang lain
merupakan perbuatan dusta. Demikian pula berdusta atas nama orang lain termasuk
perkara yang diharamkan, karena itu sama saja dengan mengada-ada atas nama
orang tersebut, padahal ia sama sekali tidak melakukannya. Yang lebih parah
lagi, apabila berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dengan mengatakan, “Nabi bersabda demikian,” padahal sama sekali beliau tidak
pernah mengucapkannya.
Perhatikan ancaman Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam berikut ini:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ.
Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, hendaklah ia
mengambil tempat tinggalnya di dalam neraka. (Hadis mutawatir riwayat al-Bukhari
dan Muslim serta ulama lainnya)
3. PERSAKSIAN
PALSU
Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam berada di tengah-tengah para sahabatnya, lalu Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu mengatakan: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan
tentang dosa-dosa besar atau beliau ditanya tentangnya, beliau menjawab:
الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ. وَقَالَ: أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قَالَ: قَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ: شَهَادَةُ الزُّورِ.
Menyekutukan Allah, membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang
tua. Lalu beliau bertanya: “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa besar
yang paling besar? Beliau bersabda: “Ucapan palsu” atau “persaksian palsu.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim)
Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah di
dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan:“Batasan ucapan palsu adalah
mengatakan tentang sesuatu yang tidak sesuai dengan hakikatnya.”
4. MENCELA
MASA
Dalam hal ini ada hadits dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah melarang kita mencela
atau menjelek-jelekkan masa. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يُؤْذِيْنِيْ ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِيْ اْلأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ.
Allah ta’ala berfirman: Anak Adam menyakitiku, ia mencela masa,
sementara Aku adalah masa, di tangan-Ku segala urusan, Aku membolak-balikkan
malam dan siang. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Bangsa Arab dahulu, apabila terjadi musibah yang
menimpa mereka seperti kematian atau rusaknya harta maka mereka
menjelek-jelekkan masa atau mencelanya. Hal ini termasuk penyakit lisan warisan
kaum jahiliyyah.
5. BANYAK
TANYA DAN BANYAK BERCERITA YANG TIDAK PERLU
Perhatikanlah hadits mulia berikut ini.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
إِنَّ الله حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ الأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu,
mencegah dan memberi (bukan pada tempatnya) dan menguburkan bayi perempuan
hidup-hidup. Dan Dia membenci dari kalian banyak bercerita (tanpa mengecek),
banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Termasuk perkara yang begitu dibenci oleh
Allah ta’ala adalah banyak berkata, banyak bercerita perkara yang belum
tentu benar, atau demikian pula banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak
perlu. Apabila yang ditanyakan adalah ilmu, maka itu adalah pertanyaan terpuji.
Namun bila banyak bertanya yang bukan ilmu, maka itu adalah hal tercela.
6. MEMBUAT-BUAT
CERITA LUCU
Sering kita mendengar seseorang bercerita
dengan lisan atau tulisan tentang kejadian atau cerita lucu. Memang benar-benar
lucu. Apabila hal itu adalah kisah nyata maka humor dalam batasan-batasannya
tidaklah tercela. Namun, apabila ternyata cerita itu adalah dusta, hasil karya
fiktif yang tidak diketahui asal-usulnya, maka itu sama saja mendatangi sebuah
ancaman yang keluar dari lisan Rasul mulia shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
وَيْلٌ لِمَن يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهْ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهٌ.
Celakalah orang yang bercerita lalu ia berdusta untuk membuat
orang lain tertawa, celakalah ia, celakalah ia. (Hadits hasan
riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Jadi, hendaknya kita berhati-hati dalam
memilih bahan gurauan. Niat hati ingin menghibur teman, namun ternyata dapat
menjerumuskan diri ke dalam jurang kebinasaan. Allahul-musta’an. Hanya
kepada Allah semata kita memohon pertolongan agar dijauhkan dari berbagai
petaka lisan.
0 komentar:
Posting Komentar