Setiap insan pasti pernah merasakan cinta.
Belaian kasih sayang yang ia dapatkan dari orang yang ia cintai merupakan salah
satu faktor besar kecilnya rasa cinta tersebut. Bukti dari kebenaran cintanya
adalah sikapnya terhadap orang yang ia cintai. Karena ia mencintai, maka ia
akan bersikap baik dan menuruti kemauan orang yang dicintai. Lalu siapakah yang
lebih berhak untuk dicintai? Bagaimana membuktikan kebenaran cinta kepadanya?
Dalam risalah singkat ini akan dijelaskan tentang cinta sejati kepada Allah ta’ala.
Allah Paling Berhak untuk Dicintai
Sebagai seorang muslim tentunya kita tidak
mengingkari bahwa Allah menyayangi semua hamba-Nya. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf: 156)
Nikmat yang begitu banyak tiada tara telah
Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang Allah firmankan:
ﱱ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ × ﰆ ﰇ ﱰ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada dirimu, maka dari Allah lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah
kamu meminta pertolongan.” (QS. an-Nahl: 53)
Contoh mudah
dari nikmat Allah tersebut ada dan tampak jelas pada diri kita, yakni Allah
telah menciptakan kita, memberi kita rezeki dan memberi kita nafas kehidupan
hingga sekarang ini. Dari berbagai nikmat tersebut dapat kita pahami bahwa
Allah adalah Dzat yang paling berhak untuk kita cintai dan taati. Maka dari
itu, hendaknya cinta kepada Allah lebih kita dahulukan daripada cinta kepada
selain-Nya. Hendaknya kita mencintai Allah dengan cinta yang sebenarnya murni
dan sejati kepada-Nya.
Bukti Cinta Sejati kepada Allah
Mengaku cinta
memang mudah, semudah kita membalik telapak tangan. Hanya dengan berkata: “Aku
cinta kamu” atau “Aku sayang kamu” itu sudah cukup. Tapi cinta yang murni dan
sejati membutuhkan bukti yang nyata, yang mana tidak semua orang bisa
mewujudkannya. Di antara bukti cinta seorang hamba kepada Allah adalah sebagai
berikut:
Mentauhidkan-Nya
Rasa cinta
kepada Allah adalah cinta yang mengandung pengagungan kepada Allah. Bentuk pengagungan
tersebut adalah dengan mengesakan Allah subhanahu wata’ala dan hanya
beribadah kepada-Nya semata serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.
Allah menjelaskan tentang keadaan orang-orang musyrik dalam firman-Nya:
ﭽ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇﮈ ﮉ
ﮊ ﮋ ﮌ ﮍﮎ
ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ
ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﭼ البقرة: ١٦٥
“Dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. al-Baqarah: 165)
Menaati Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya
Telah dijelaskan di atas bahwa salah satu
bukti kebenaran cinta seseorang adalah dengan menuruti kemauan orang yang
dicintai. Demikian pula cinta sejati kepada Allah akan terbukti bila kita
menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika kita mengaku cinta
kepada Allah tapi kita tidak menaati perintah-Nya dan justru melanggar
larangan-Nya, maka cinta tersebut bukanlah cinta yang sejati, tetapi hanya
cinta palsu yang semua orang bisa mengaku-ngaku. Dalam syairnya yang indah,
Imam asy-Syafi’i berkata:
تَعْصِيْ الإِلَهَ وَأَنْتَ تُظْهِرُ حُبَّهُ هَذَا مُحَالٌ فِيْ القِيَاسِ بَدِيْـعُ
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَأَطَعْتَـهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْـعُ
Engkau mengaku cinta kepada Allah tapi
engkau bermaksiat kepada-Nya
Tentu hal ini mustahil bagi mereka yang
berakal
Jika memang kecintaanmu benar maka pasti
engkau akan menaati-Nya
karena sesungguhnya orang yang mencintai
itu menaati orang yang dicintai
Mengikuti Tuntunan Nabi-Nya
Seorang yang mengaku cinta kepada Allah,
maka ia harus mengikuti tuntunan Nabi-Nya. Karena jika ia tidak mencontoh Nabi
dalam beragama maka cintanya adalah cinta dusta yang hanya sekedar pengakuan
tanpa bukti. Dalam tafsirnya Ibnu katsir rahimahullah menyebutkan bahwa
Hasan al-Basri mengatakan: “Ada suatu kaum yang mengaku cinta kepada Allah,
kemudian Allah menguji mereka dengan firman-Nya:
ﭽ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ
ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸﭹ
ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭼ آل عمران: ٣١
“Katakanlah (wahai
Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Indahnya Cinta Sejati kepada Allah
Setelah berhasil membuktikan kebenaran cinta
kita kepada Allah, seorang muslim akan merasakan keindahan cintanya tersebut.
Ia akan semakin mencintai dan mengagungkan Allah subhanahu wa ta’ala. Ia
akan semakin semangat melaksanakan perintah-perintah Allah. Hal tersebut
dikarenakan orang yang berhasil membuktikan cintanya kepada Allah, maka Allah
akan mencintainya. Jika Allah telah mencintai seorang hamba maka Allah akan
senantiasa membimbingnya untuk senantiasa meniti jalan kebenaran. Dalam sebuah
hadis qudsi yang terkenal dengan hadis wali, Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ
بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ
“…dan apabila Aku telah mencintainya, maka aku akan menuntun
pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan
untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk memegang dan kakinya yang ia
gunakan untuk melangkah. Jika ia meminta kepada-Ku pasti aku memberinya dan
jika ia meminta perlindungan-Ku niscaya Aku akan melindunginya.” (HR.
al-Bukhari)
Alangkah indahnya cinta sejati kepada Allah.
Tiada satu muslim pun yang tidak ingin merasakan keindahannya. Setiap muslim
pasti ingin mendapatkan cinta dan senantiasa mendapat petunjuk dari Allah
hingga dapat meraih surga yang penuh dengan keindahan. Semoga kita bisa
merasakan keindahan cinta itu dan meraih surga yang penuh dengan keindahan. Amin.
¶
Oleh : Slamet Nur Raharjo
0 komentar:
Posting Komentar