Hampir setiap kali menunaikan salat berjamaah kita mendengar
imam salat mengatakan, “Rapatkan dan luruskan barisan!” “Luruskan dan rapatkan
barisan, karena rapat dan lurusnya barisan merupakan kesempurnaan salat!” atau
kata-kata senada yang kurang lebih maknanya sama. Namun, pada kenyataannya,
masih banyak kaum muslimin yang tidak mendengar dan tidak mau mematuhi ajakan
imam untuk meluruskan dan merapatkan barisan.
Sering kali kita dapati para makmum tidak
memedulikan masalah meluruskan barisan, yang satu agak maju ke depan, yang satu
lagi agak mundur ke belakang, telapak kaki membentuk huruf V sehingga mustahil
bisa rapat satu sama lain, ataupun kaki-kaki mereka tidak bersentuhan dengan
saudaranya yang ada di sampingnya, tidak peduli lagi akan lurus dan rapatnya
barisan salat berjamaah. Bahkan, tidak sedikit kaum muslimin yang apabila ada
orang yang merapat, malah semakin menjauh dan marah karena didekati saudaranya
sesama umat Islam. Padahal kaum muslimin adalah bersaudara yang diperintah agar
merapatkan dan meluruskan barisan dalam salat berjamaah.
MENGAPA TIDAK MAU MERAPAT ?
Apabila kita mengajukan pertanyaan tersebut
kepada diri sendiri ataupun pada saudara kita sesama umat Islam, maka kita akan
mendapati jawaban yang bermacam-macam. Pada kesempatan kali ini, kami sebutkan
beberapa alasan dengan disertai solusi atau jawabannya.
♦ Menghilangkan/Mengurangi Kekhusyukan
Yang benar adalah sesungguhnya tidak menaati
perintah-perintah Allah dan Nabi-Nya merupakan sebab terhalangnya petunjuk,
khusyuk, dan tuma’ninah, bukan malah sebaliknya. Terkadang memang timbul
rasa was-was pada waktu pertama kalinya, dan hal ini jelas datangnya dari setan, agar tidak meluruskan
dan merapatkan barisan dalam salat berjamaah. Hal ini karena belum terbiasa,
dan kesulitan penyesuaian dalam setiap awal suatu perbuatan adalah suatu hal
yang biasa dan wajar. Hal itu akan hilang dengan sendirinya setelah adanya
kebulatan tekad dan pelaksanaan secara istiqamah.
Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
ta’ala ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Luruskan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya kalian itu
bershaf seperti barisannya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian,
isi (shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara
kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang
menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan
barangsiapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya (dari
rahmat-Nya)”. (Sahih, HR. Abu Dawud
no. 666)
Hadis ini sangat gamblang menjelaskan kepada kita bahwa umat
Islam diperintah untuk meluruskan dan merapatkan barisan salat berjamaah,
renggangnya barisan jamaah merupakan celah bagi setan untuk menggoda
orang-orang yang sedang salat.
♦ Tidak Mengetahui Wajibnya Merapatkan dan Meluruskan Barisan ketika Salat Berjamaah
Akibat dari ketidaktahuan kaum muslimin akan wajibnya
merapatkan dan meluruskan barisan ketika salat berjamaah, banyak kita jumpai
kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan tidak rapat dan lurusnya barisan dalam
salat berjamaah. Di antara kesalahan-kesalahan tersebut, yaitu: banyak jamaah
pergi ke masjid dengan membawa sajadah yang lebih lebar dari badannya dan
terkesan tidak boleh diinjak jamaah lain karena takut kotor, memperlihatkan
sajadahnya yang bagus, ada jamaah yang menghindar dan tidak rela ketika kakinya
disentuh/ditempeli kaki jamaah lain di sampingnya, semakin banyak celah di
antara jamaah yang tidak rapat sehingga
memungkinkan setan masuk di barisan salat, imam salat hanya sebatas
memberikan himbauan kepada makmumnya untuk merapatkan barisan shaf salat tanpa
perlu memeriksa lagi dan meluruskan shaf yang masih renggang.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan
tentang keharusan meluruskan dan merapatkan barisan ketika kaum muslimin
menjalankan ibadah salat berjamaah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin
Malik rahimahullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap
akan salat selalu menghadap kepada kami sebelum beliau bertakbir, lalu beliau
bersabda, “Berdirilah kalian rapat-rapat dalam shaf dan luruskanlah
shaf-shaf kalian!” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini kita mengetahui wajibnya rapat dan lurus dalam
barisan salat berjamaah, karena asal dari suatu perintah adalah menunjukkan
keharusan kecuali apabila ada dalil lain yang memalingkannya. Hadis ini juga
memberikan pengajaran bagi para imam agar memperhatikan dan memastikan bahwa
jamaah sudah rapat dan lurus sebelum takbir untuk memulai salat berjamaah.
Setelah membaca hadis tersebut, maka tidak ada lagi alasan bagi
kita untuk mengatakan saya tidak tahu dasar/dalil wajibnya merapatkan dan
meluruskan barisan dalam salat berjamaah.
♦ Kebencian terhadap Sesama
Sesungguhnya
Islam telah menghimbau kepada umatnya untuk senantiasa menjaga ukhuwah ini,
karena pada hakikatnya kaum mukminin itu bersaudara. Mereka bagaikan susunan
bangunan yang kokoh yang saling menguatkan satu sama lain. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
ﱱ ¬ ® ¯ ﱰ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara.” (QS. al-Hujurat: 10)
Dari Abu Qasim al-Jadali berkata: “Aku mendengar Nu’man bin
Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menghadapkan wajahnya kepada manusia dan bersabda: “Luruskan
shaf-shaf kalian (3X)! Demi Allah,
benar-benar kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menjadikan hati
kalian berselisih.” Nu’man berkata,
“Maka aku melihat seorang menempelkan bahunya dengan bahu temannya, lututnya
dengan lutut temannya, mata kaki dengan mata kaki temannya.” (Sahih, HR.
Abu Dawud no. 662)
Perhatikan hadis tersebut, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam memerintahkan kita untuk meluruskan barisan dalam salat berjamaah
yang salah satu faedahnya adalah agar hati-hati kaum muslimin tidak berselisih.
Dengannya lah -Insya Allah- akan terwujud kecintaan di antara kaum
muslimin. Inilah salah satu jalan untuk meraih persatuan dan kesatuan umat
Islam.
♦ Bagaimana Cara Meluruskan dan Merapatkan Barisan Salat?
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menerangkan cara
meluruskan dan merapatkan shaf salat berjamaah pada masa kehidupan Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam, ia berkata, “Dahulu salah seorang di antara kami
menempelkan bahunya dengan bahu teman di sampingnya serta kakinya dengan kaki
temannya. Andaikan engkau melakukan hal itu pada hari ini, niscaya engkau akan
melihat mereka seperti bagal (hewan hasil perkawinan antara kuda dengan
keledai) yang liar.” (HR. al-Bukhari)
Berdasarkan hadis tersebut dan dalil-dalil sahih yang lainnya,
dapat dipahami bahwa cara meluruskan dan merapatkan shaf di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Merapatkan bahu dengan bahu, kemudian
menempelkan telapak kaki dengan telapak
kaki (bagian tumit), mata kaki dengan mata kaki, dan lutut dengan lutut
saudaranya yang ada di sampingnya.
2.
Menjaga agar bahu, leher, dan dada tetap
lurus dengan sampingnya, yaitu tidak lebih maju atau lebih mundur dari yang
lainnya.
3. Tidak membuat shaf sendirian selama hal itu
memungkinkan, apabila tidak memungkinkan maka tidak mengapa berjamaah dengan
membuat shaf sendiri atau berdiri di samping imam.
Semoga dengan risalah yang singkat ini menguatkan semangat kita
dalam mengamalkan kewajiban-kewajiban, termasuk merapatkan dan meluruskan
barisan dalam salat berjamaah. Dan semoga
umat Islam bisa bersatu secara lahiriah maupun batiniah dengan berpegang
erat serta berpedoman pada al-Qur’an dan Hadis yang sahih. Dan akhirnya
persatuan umat Islam kembali bermula dan semakin kokoh ke depannya.
Aamiin. ¶
Oleh : Abu Hisyam Liadi
0 komentar:
Posting Komentar