Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)
Setiap tahun para orang tua disibukkan oleh agenda “mencarikan sekolah”
untuk putra-putrinya yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sungguh
melelahkan dan menegangkan, apalagi bagi anak yang memiliki nilai pas-pasan. Sang
bapak dan anak harus kesana-kemari sambil mencari informasi setiap jam tentang nilai
pendaftar yang memasukkan formulir ke sekolah tertentu. Tidak hanya satu formulir
yang diambilnya, sebagai alternatif, bila sekolah pilihan pertama tidak dapat diraih.
Fenomena seperti ini terjadi pada setiap tahun. Banyak pendaftar yang diterima
dan akan berhadapan dengan biaya sekolah yang cukup besar. Namun ada juga yang
tidak diterima sehingga harus memutar haluan hidup. Secara umum, hanya ada satu
motivasi yang terbersit di hati mereka, yaitu ilmu, masa depan!
Ilmu telah menjadi perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi
simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tidak ada suatu bangsa yang
dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu. Hingga ada kesepakatan jawara
bangsa, bila ingin maju harus berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya. Jadilah
bangku-bangku sekolah sebagai lahan doktrin kurikulum negara maju.
ISLAM DAN ILMU
Di sisi lain, Islam sebagai agama paripurna telah memberikan perhatian yang
besar terhadap ilmu dan orang-orang yang berilmu. “Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.” Demikian janji Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana yang
tertuang di dalam surat al-Mujadilah ayat ke-11.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa, “Menuntut ilmu itu
wajib (hukumnya) bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Hadits ini shahih)
Adapun keutamaan ilmu yang lain, begitu banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi
yang menerangkannya.
MACAM-MACAM ILMU
Perlu diketahui, bahwa Islam membagi ilmu berdasarkan hukumnya sebagai
berikut:
1. Ilmu Agama
Ilmu ini terbagi menjadi; (1). Ilmu agama yang hukumnya fardlu ‘ain (wajib bagi
setiap orang), yaitu Ilmu tentang akidah berupa rukun iman yang enam, dan ibadah
seperti thoharoh, sholat, puasa, zakat dan ibadah wajib lainnya. (2) Ilmu agama yang
hukumnya fardlu kifayah (harus ada sebagian orang Islam yang mengerjakannya. Bila
tidak, maka semua kaum muslimin di tempat itu berdosa) seperti belajar ilmu tafsir,
ilmu hadits, ilmu fara’idh, ilmu bahasa, dan ushul fiqh.
2. Ilmu Dunia
Yaitu segala ilmu yang dengan ilmu tersebut tegaklah segala maslahat dunia dan
kehidupan manusia, seperti ilmu kedokteran, pertanian, ilmu teknik, perdagangan,
militer dan sebagainya.
ILMU YANG TERLUPAKAN
Seiring dengan pergeseran tujuan hidup manusia, motivasi menuntut ilmu pun
mulai bergeser. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia mulai condong kepada
ilmu duniawi dan menomorduakan atau bahkan melupakan ilmu agama. Entah
kekhawatiran apa yang membayangi manusia sehingga mereka lebih mementingkan
ilmu dunia dari pada ilmu agama.
Seorang bijak menuturkan, “Kalaupun seseorang itu mendapatkan bertumpuk
kesuksesan dunia, tetapi dia tidak mengenal siapa Rabb-nya, maka hakekatnya orang
itu tidak memiliki apa-apa.”
Akankah kita bergelimang dalam kebodohan ilmu agama, padahal kebodohan
adalah sebuah kejumudan? Lalu, tidakkah kita ingin sukses dan jaya di negeri akhirat
nanti? Apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu agama, sebagaimana kita
berambisi meraup ketinggian ilmu dunia karena tergambar kesuksesan masa depan
kita?
BEBERAPA MUTIARA ILMU
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah, seorang ulama
kontemporer telah mengumpulkan keutamaan ilmu, khususnya ilmu agama untuk
mendongkrak motivasi kita yang begitu lemah. Berikut di antara yang beliau
sampaikan:
1. Ilmu agama adalah warisan para Nabi yang lebih berharga dan lebih mulia
dibanding segala warisan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa, “Sesungguhnya
para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan
ilmu, barang siapa mengambilnya, sungguh ia telah mengambil keuntungan yang
melimpah.” (HR. at-Tirmidzi)
2. Ilmu akan kekal sekalipun pemiliknya telah meninggal. Berbeda dengan harta
yang akan berpindah dan berkurang, bahkan menjadi rebutan bila pemiliknya
telah tiada.
Kita pasti mengetahui Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat mulia
yang diberi julukan “Gudangnya periwayat hadits.” Dari segi harta, beliau tergolong
kaum papa, akan tetapi ilmu yang dimilikinya tidak pernah sirna. Kita masih tetap
membacanya. Inilah buah dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika
mati anak Adam, terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shodaqoh jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang selalu mendoakannya.”
(HR. Muslim)
3. Ilmu itu, sebanyak apapun tak menyusahkan pemiliknya untuk menyimpan, tak
perlu gudang yang luas, cukup disimpan dalam dada dan kepalanya.
Ilmu akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa aman dan nyaman, berbeda
dengan harta yang bila semakin banyak semakin susah menyimpannya, menjaganya
dan pasti membuat gelisah pemiliknya.
4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan para pemilik ilmu itu
ibarat lembah yang bisa menampung air yang bermanfaat bagi alam sekitar.
“Perumpamaan petunjuk ilmu yang diutus kepadaku bagaikan hujan yang
menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur), yang mampu
menampung air dan menumbuhkan tetumbuhan dan rumput-rumputan yang
banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang mampu menahan air yang
dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk meminum, mengairi
tanaman, dan bercocok tanam…..”, demikianlah penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
5. Ilmu adalah jalan menuju surga
Tiada jalan pintas menuju surga kecuali dengan ilmu. “Barang siapa menempuh
suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR. Muslim)
6. Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan: “Siapa yang Allah kehendaki
baginya kebaikan, niscaya ia akan dipahamkan perkara agama.”(HR. al-Bukhari)
| Oleh : Nabil Nadir Bachmid |
0 komentar:
Posting Komentar