RUTINITAS NABI n SEBELUM TIDUR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga
dan para sahabat beliau. Amma
ba’du,
DI ANTARA NIKMAT DAN RAHMAT ALLAH
Ada satu hal di mana manusia tidak bisa
terlepas darinya. Setiap orang pasti membutuhkan bahkan sangat membutuhkannya
di sela-sela kehidupan kesehariannya. Ketahuilah, satu hal tersebut adalah
tidur. Tidur merupakan rahmat dan nikmat yang luar biasa dari Allah ta’ala yang diberikan kepada segenap hamba-Nya. Allah azza wa jalla berfirman:
Dan di antara rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian
dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS. al-Qashas: 73)
Alangkah
nikmatnya seseorang yang dapat beristirahat dalam tidur dengan begitu pulasnya.
Firman-Nya:
Dan Kami jadikan tidurmu untuk
istirahat. (QS. an-Naba`: 9)
Dengan
tidur, hati seorang hamba menjadi tenang dan nyaman, ia dapat melepaskan lelah
dan letih setelah sehari bekerja, dan badan seorang hamba dapat menjadi kuat
dan segar bugar untuk melaksanakan berbagai aktivitas sehari-hari dan
menunaikan kewajibannya kepada Allah ta’ala, yang menjadi tujuan utama
penciptaan manusia yaitu beribadah hanya kepada-Nya semata. Maka sepatutnyalah
seorang muslim mensyukuri nikmat ini, yang mana salah satu caranya adalah
dengan menjaga adab-adab yang telah dicontohkan oleh Rasulullah n.
RUTINITAS NABI n SEBELUM TIDUR
Berikut
ulasan ringkas seputar adab-adab tersebut:
Pertama: Membiasakan tidur di awal malam (tidak begadang)
Hal
ini dilakukan ketika tidak ada suatu kepentingan yang bermanfaat seperti
mengulangi pelajaran, menghafalkan al-Qur`an, belajar hadits dan berbagai
aktifitas penting lainnya. Abu Barzah z berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ
وَالْحَدِيْثَ بَعْدَهَا.
Rasulullah n membenci tidur sebelum shalat Isya
dan berbincang-bincang setelahnya.
(HR. Bukhari, no. 568)
Ibnu
Battol v menjelaskan, “Nabi n tidak suka begadang setelah shalat
Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir luput
dari shalat shubuh berjamaah. Umar bin al-Khattab z sampai-sampai pernah memukul orang
yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah
kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!”
(Syarh al-Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278)
Kedua: Berwudhu
Hal
ini berdasarkan hadits al-Baro` bin Azib z, Nabi n bersabda:
إِذَا أَتَيْتَ
مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ
الأَيْمَنِ.
Jika kamu mendatangi tempat tidurmu
maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan
badanmu” (HR. Bukhari, no. 247 dan Muslim,
no. 2710)
Ketiga: Tidur berbaring pada sisi kanan
Adab
ini sebagaimana diterangkan pada hadits yang disebutkan pada poin kedua di
atas. Di hadist lain yang diriwayatkan Abu Dawud bahwasanya Rasulullah n bersabda:
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى
فِرَاشِكَ طَاهِرًا فَتَوَسَّدْ يَمِيْنَكَ.
Apabila kamu menuju kasur untuk tidur setelah dalam
keadaan suci (berwudhu) maka berbaringlah pada sisi kananmu. (Hadits shahih. Shohih Abu Dawud, no.
5047)
Adapun
manfaatnya sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim v, “Tidur berbaring pada sisi kanan
dianjurkan dalam Islam agar
seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan
lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi
badan (namun membuat seseorang semakin malas).” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322)
Keempat: Tidak tidur tengkurap.
Sebab
cara tidur seperti ini merupakan cara tidurnya penduduk neraka dan tidak
disukai Allah azza wa jalla. Rasulullah n bersabda:
إِنَّمَا هِيَ ضَجْعَةُ
أَهْلِ النَّارِ.
Sesungguhnya tidur seperti itu
adalah cara tidurnya penghuni neraka. (Misykat al-Mashobih, no. 4731)
Beliau juga bersabda:
إِنَّ هَذِهِ ضَجْعَةٌ
لاَ يُحِبُّهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ.
Sesungguhnya tidur seperti itu
adalah cara tidur yang tidak disenangi oleh Allah ‘azza wa jalla. (Hadits shohih. Lihat: Misykat al-Mashobih, no.
4718)
Kelima: Membaca wirid-wirid yang disunnahkan sebelum tidur.
Ada
beberapa lafazh wirid sebelum tidur yang telah diajarkan Rasulullah n kepada kita. Berikut di antaranya:
1) Bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, bertakbir 34 kali.
Bertasbih artinya mengucapkan subhanallah, bertahmid artinya
mengucapkan alhamdulillah, sedangkan bertakbir yakni mengucap Allahu
akbar. Sehingga jumlahnya genap menjadi 100 kali.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah
n kepada Ali Bin Abi Thalib z dan Fatimah x, ketika mereka berdua meminta
seorang pembantu kepada Rasulullah n yang bisa menolong mereka dalam mengurusi pekerjaan
rumah tangganya. Maka Rasulullah n bersabda:
أَلاَ
أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَانِيْ إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا
تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلاَثِيْنَ وَتُسَبِّحَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ
وَتَحْمَدَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ
خَادِمٍ.
Maukah kalian berdua aku ajarkan sesuatu
yang lebih baik dari yang kalian minta? Apabila kalian hendak tidur maka
bertasbihlah sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, bertakbir sebanyak
34 kali, karena hal ini lebih baik untuk kalian dari seorang pembantu. (HR. Bukhari, no. 3705)
2) Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Naas.
Setelah itu mengusapkan kedua tangan
tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan
sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi n sebagaimana dikatakan oleh istrinya
‘Aisyah x.
Dari
‘Aisyah x, ia berkata: Nabi n ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau
mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup
dan dibacakan Qul huwallahu ahad, Qul a’udzu birobbil falaq dan Qul a’udzu
birobbin naas. Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada
anggota tubuh yang mampu dijangkau, dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh
bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari, no. 5017)
Membaca
al-Qur`аn sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi n ini lebih menenangkan hati dan
pikiran dari pada mendengarkan alunan musik yang dapat menyibukkan diri dan
mematikan hati dari berdzikir kepada Allah ta’ala.
3) Membaca ayat kursi dan dua ayat terakhir dari Surat al-Baqarah.
Rasulullah
n bersabda:
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى
فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ، لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ
حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرُبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ.
Apabila kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah
ayat kursi, sebab dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah ta’ala dan setan
tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. (HR. Bukhari, no. 3275)
4) Membaca dοa berikut:
Dari
Hudzaifah z, ia berkata: Apabila hendak tidur Nabi n mengucapkan:
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ
أَمُوتُ وَأَحْيَا.
Bismika Allahumma amuutu wa ahya
(Dengan menyebut nama-Mu, Ya Allah, aku mati dan hidup)
Dan apabila bangun tidur beliau
mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ.
Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da
maa amaatana wailaihi nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan
kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya-lah tempat kembali). (HR. Bukhari, no. 6324)
Perlu
diketahui, untuk doa sebelum tidur yang disebutkan pada poin keempat ini
memiliki beberapa lafazh yang berbeda, dan lafazh di atas adalah salah satunya.
Bagi yang telah hafal salah satu lafazh maka itu sudah cukup baginya. Tinggal
ia baca setiap malam sebelum tidurnya.
Dan
masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak disebutkan dalam
tulisan kali ini. Bagi yang menginginkan dzikir lainnya, silakan merujuk ke
buku saku Hisnul Muslim karya Syaikh Sa’id bin Wahf al-Qohthoni atau
buku-buku lain yang mengumpulkan doa, dzikir dan wirid-wirid yang bersumber
dari al-Qur`an dan as-Sunnah.
Demikianlah
yang bisa kami sampaikan. Semoga tulisan
ringkas ini dapat kita amalkan dalam keseharian kita. Hanya Allah semata
Robb Maha Pemberi taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan
nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
(Oleh: Sofyan Hadi)
0 komentar:
Posting Komentar