UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » TATKALA MUSIBAH DATANG MENIMPA

TATKALA MUSIBAH DATANG MENIMPA

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 08.37



Setiap manusia di dunia ini tidak pernah luput dari berbagai macam musibah dan cobaan, karena hal itu merupakan sunnatullah yang pasti berlaku bagi setiap manusia. Musibah dan cobaan yang Allah berikan kepada manusia adalah sebagai ujian baginya, apakah ia termasuk orang-orang yang bersyukur dan sabar, ataukah justru termasuk orang- orang yang kufur dan berputus asa. Kelak disaat manusia menghadap Allah subhanahu wa ta’ala, dia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah berkaitan dengan bagaimana sikapnya ketika menghadapi ujian atau cobaan dalam kehidupan dunia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’: 35)

SIKAP SEORANG MUSLIM KETIKA MUSIBAH MENIMPANYA

Seorang muslim yang baik harus senantiasa yakin bahwasanya segala macam bentuk musibah dan cobaan yang terjadi dalam hidupnya itu merupakan takdir dan ketentuan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dan hendaknya ia yakin pula bahwa segala etetapan yang Allah subhanahu wa ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itu adalah yang terbaik baginya. Apabila seorang hamba mempunyai keyakinan seperti ini maka Allah akan memberikan balasan kebaikan kepada dirinya yang berupa ketenangan hati, kesabaran dan ketabahan dalam jiwa, bahkan Allah ta’ala akan memberikan ganti atas musibah tersebut dengan yang lebih baik.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. at-Taghabun: 11)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah memberikan penjelasan mengenai makna ayat diatas: “Barangsiapa yang ditimpa suatu musibah dan dia meyakini bahwa musibah itu merupakan ketentuan dan takdir dari Allah, kemudian dia bersabar dan mengharap (balasan pahala dari Allah), disertai dengan perasaan tunduk terhadap takdir yang Allah tetapkan kepadanya, maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya, dan mengganti apa yang telah luput darinya dari perkara dunia dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hati, bahkan Allah akan mengganti apa yang telah hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, cet. Darul Ma’rifah hal. 639)

Dari penjelasan di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sikap yang benar bagi seorang muslim ketika ditimpa musibah yaitu ia harus senantiasa bersabar, ridha, dan mengharap pahala dari Allah atas musibah yang menimpanya. Dan tidak diperbolehkan bagi seorang muslim yang ditimpa musibah untuk mencela takdir Allah, mengeluh, atau bahkan stres dan berputus asa, serta berburuk sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena musibah atau cobaan hidup tersebut pada dasarnya tidak hanya menimpa dirinya sendiri, tetapi juga menimpa seluruh manusia di dunia ini, baik yang kaya atau miskin, yang tua maupun yang muda. Namun hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan mendapatkan pahala dan keberuntungan dari Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang- orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155)

HIKMAH DI BALIK MUSIBAH

Cobaan serta ujian yang Allah subhanahu wa ta’ala tetapkan merupakan sebuah barometer bagi keimanan seseorang. Semakin tinggi iman sesorang, maka akan semakin berat cobaan dan ujian yang akan menimpanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang semisal dengan mereka dan yang seperti mereka. Seseorang diuji berdasarkan kadar agamanya, jika agamanya kuat maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah maka ia diuji berdasarkan kadar agamanya tersebut. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga meninggalkannya berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosa sedikitpun". (HR.Ahmad, al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan yang lainnya)

Musibah dan cobaan yang menimpa orang-orang yang beriman juga merupakan suatu tanda kebaikan yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan: “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada diri-seorang hamba maka Allah akan menyegerakan hukuman baginya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Allah akan menunda hukuman atas dosanya itu sampai pada hari kiamat nanti hukuman itu baru akan ditunaikan.” (HR. at-Tirmidzi)

Setelah memahami hadits di atas maka sudah selayaknya bagi setiap orang agar senantiasa khawatir dan mawas diri dengan kenikmatan dan kesehatan yang selama ini Allah berikan kepadanya. Karena bisa jadi hal itu merupakan istidraj (bentuk penundaan hukuman) atas dosa dan maksiat yang selama ini ia lakukan. Wal‘iyadzu billah.

Allah subhanahu wa ta’ala juga akan menghapus dosa-dosa seorang hamba dari musibah yang dialaminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim mendapatkan musibah, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya, walau hanya tertusuk duri sekalipun.” (HR. al-Bukhari).

Setelah kita telah memahami sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, maka tidak ada pilihan lain dalam menghadapi musibah kecuali sikap sabar, ridha dan mengharap pahala dari Allah serta mengharap dihapusnya dosa-dosa dari diri kita dengan musibah tersebut. Dan tetaplah yakin bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu Maha Penyayang dan Maha Adil, Dia tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. al-Baqarah: 286) 

Hikmah lain yang bisa kita teladani dari sebuah musibah yaitu bahwasanya ketika seorang hamba mengalami sebuah musibah maka hal ini bisa jadi adalah sebuah tanda bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala mencintai hamba tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda: “Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah jika Ia mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan ujian pada mereka, barangsiapa yang ridha (atas ujian tersebut) maka baginya ridha Allah, dan barangsiapa yang marah terhadap musibah dari Allah maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi)

CARA MENGHADAPI MUSIBAH

Musibah yang menimpa kita sering kali terjadi di saat-saat yang tidak terduga, dan rasa sedih pun terkadang senantiasa meliputi kita. Namun agar musibah yang menimpa kita bisa berbuah menjadi pahala, maka hendaknya kita melakukan beberapa hal berikut:

(1). Mengucapkan kalimat istirja’,

 yaitu ucapan: Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, dan ucapan ini tidaklah hanya diucapkan ketika ada orang meninggal dunia saja (seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang), akan tetapi hendaknya diucapkan setiap kali kita mendapatkan musibah baik itu besar maupun kecil.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)". (QS. al-Baqarah: 156)

(2). Setelah mengucapkan kalimat istirja’, maka hendaknya seorang muslim yang tertimpa musibah mengucapkan doa yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: "Ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku, dan gantikanlah untuku dengan yang lebih baik darinya (dari musibahku).” (HR. Muslim). [Dinukil dari buku “Do’a dan Wirid”, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas hal. 302]


(3). Bersabar dan melakukan muhasabah (introspeksi diri).

Mungkin musibah yang menimpa diri kita itu disebabkan oleh dosa dan maksiat yang kita lakukan, maka dari itu Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kita dari perbuatan tersebut dengan menimpakan musibah, hal ini tentunya dengan harapan agar kita segera bertaubat kepada-Nya. Karena sering kali seseorang baru akan sadar dengan dosa dan kesalahannya ketika Allah subhanahu wa ta’ala menimpakan suatu musibah kepadanya.

Demikianlah sekilas tentang sikap yang benar bagi seorang muslim ketika musibah menimpanya, dan yang penting pula untuk diperhatikan yaitu hendaknya kita senantisa berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas ketentuan takdir yang telah Allah tetapkan kepada kita.

Jangan sampai keluar sedikitpun perkataan atau perbuatan yang  menunjukan sikap tidak ridha terhadap ketentuan Allah tersebut, karena hal ini justru akan mendatangkan murka dari Allah subhanahu wa ta’ala. 
Terakhir, kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersabar, ridha, dan teguh dalam menghadapi berbagai musibah. Amin.

(Oleh: Mukhadasin)



0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS