UJIAN ADALAH SUNNATULLAH YANG PASTI
Setiap manusia pasti akan diuji. Manusia yang besar adalah mereka yang mau
bersabar, yang mau menahan beban yang sebentar, yang tidak berkeluh kesah dan juga
gentar, karena mereka tahu pasti ada hikmah di balik semua qadar.
Maka hendaklah kita semua, wahai kaum muslimin, benar-benar memahami hakikat
apa yang terjadi dan menimpa kita di atas muka bumi ini. Sungguh kehidupan dunia
hanyalah sementara. Barangsiapa yang sukses dalam melewati ujian dunia, maka dia akan
mendapatkan kesuksesan yang jauh lebih besar di akhirat kelak. Dan barangsiapa yang gagal
di dalamnya, maka kebinasaanlah baginya. Allah berfirman tentang ujian-Nya bagi manusia
dan sifat orang yang sabar dalam menerimanya:
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka Itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.”(QS. al-Baqarah: 155-157)
Maka orang yang beriman ialah orang yang mengimani bahwa sesungguhnya dalam
setiap ujian dan cobaan yang menimpanya tidak lain merupakan takdir yang telah
ditentukan oleh Alah ta’ala. Dengannya ia diuji keimanan dan kejujuran hatinya dalam
mengabdikan diri kepada-Nya, siapakah yang benar imannya dan siapakah yang berdusta.
Allah ta’ala berfirman:
“Alif lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-
orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-
Ankabut: 1-3)
BESARNYA UJIAN SESUAI TINGKAT KEIMANAN
Ketahuilah, saudara-saudaraku sekalian, bahwasanya tidaklah Allah ta’ala menguji
seorang hamba melainkan sesuai tingkat keimanan hamba tersebut. Jika seorang hamba
memiliki keimanan yang tangguh dan kokoh, maka dia akan mendapatkan ujian yang berat.
Begitupula bagi seorang hamba yang memiliki keimanan yang tipis dan rendah, maka dia
akan diuji sesuai tingkat keimanannya itu. Maka, hendaknya kita saling mengintrospeksi
keimanan kita. Dimanakah tingkatan keimanan kita berada?
Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Sa'd bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?'
Beliau menjawab, 'Para nabi, kemudian kalangan selanjutnya yang lebih utama, dan
selanjutnya. Seorang hamba akan diuji sesuai kadar agama (iman)nya. Jika keimanannya
kuat, maka cobaannya pun akan kian berat, sedangkan jika keimanannya lemah, maka ia
akan diuji sesuai kadar imannya. " (HR. Ibnu Majah. Hasan shahih. Lihat: al-Misykah (1562),
ash-Shahihah no. 143)
UJIAN PARA PENEGAK AGAMA ALLAH
Ketahuilah saudaraku, para penegak agama Allah adalah mereka yang berusaha
mengajak umat untuk mengesakan Allah semata (tauhid) dalam hak-hak-Nya dan
menegakkan segala konsekuensi agamanya. Merekalah manusia terbaik umat ini.
Merekalah para Rasul dan Nabi, Ulama dan orang-orang yang senantiasa berjalan mengikuti
jalan hidupnya. Mereka semua adalah hamba-hamba Allah yang sebenarnya. Berbagai bala
dan cobaan silih berganti menghalangi misi mulia mereka. Tidak ada ujian yang paling berat
menimpa seorang hamba di muka bumi ini melainkan hanya mereka yang senantiasa
berusaha menegakkan agamanya, menegakkan dakwah tauhid di antara manusia. Bukan
orang yang berada dalam kesempitan pada harta dan makanan, bukan pula orang yang
tertimpa penyakit yang berbahaya!. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Manusia yang paling besar cobaannya adalah para Nabi, kemudian yang semisalnya dan
semisalnya.” (HR. Bukhari)
Jika melihat sejarah Nabi yang mulia, kita akan banyak mendapatkan pelajaran
berharga yang tak ternilai dengan besaran nilai harta. Lihatlah bagaimana perjuangan Nabi,
bagaimana besarnya ujian yang menimpa beliau ketika berdakwah. Tidakkah kita ingat
bagaimana ujian yang menimpa beliau dimasa-masa awal Islam? Berbagai hinaan, cacian,
makian, tertawaan dan pendustaan terhadap dakwah beliau senantiasa menghampiri. Yang
dengan itu mereka bermaksud untuk memalingkan manusia dari islam.
Mereka kaum kafir Quraisy juga menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dengan berbagai tuduhan yang keji yang menghinakan beliau. Mereka mengatakan bahwa
beliau adalah orang bodoh dan gila. Allah menyebutkan peristiwa ini dalam firman-Nya:
“Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan al-Quran kepadanya, sesungguhnya kamu
benar-benar orang yang gila.” (QS. al-Hijr: 6)
Bahkan merekapun mengatakan beliau sebagai ahli sihir dan pendusta, yang
sebelumnya mereka telah menjuluki beliau dengan al-Amin (yang dipercaya). Semua ini
adalah karena mereka kufur dan fanatik terhadap agama para nenek moyangnya dan tidak
mau menyembah Allah ta’ala. “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang
pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini
adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta". Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu
Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.” (QS. Shaad: 4-5)
Bukan saja melalui lisan kufar Quraisy mencela dan menghina rasul, melainkan pula
dengan kekerasan fisik yang diarahkan kepada beliau. Berbagai usaha untuk mencegah
dakwah beliau mereka lakukan; kekarasan, penindasan, penyiksaan bahkan sampai rencana
pembunuhan. Tidakkah kita ingat bagaimana rasul dan sahabatnya berhijrah dari tanah
kelahirannya dikarenakan penyiksaan yang begitu sangatnya. Beliau menuju Habasyah
(Etopia) dengan bekal seadanya, menempuh perjalanan yang tak sebentar, dengan penuh
ketegaran dan yakin akan janji Allah kepada mereka.
Lihatlah juga bagaimana keteguhan beliau ketika berdakwah di Thaif, bukannya
mendapatkan simpatik dari penduduknya, beliau justru dihinakan, dicaci, disiksa, sampai
cucuran darah mengalir disekitar tubuhnya. Lalu malaikat gunung yang diperintahkan Allah
untuk melakukan apa saja sebagai pembalasan atas perbuatan mereka, akan tetapi rasul
menolaknya, karena kecintaan beliau kepada kaumnya. Sungguh betapa menderitanya
beliau, dan sungguh betapa kuatnya kesabaran beliau dalam mengemban risalah dakwah.
HIKMAH DI BALIK UJIAN
Sungguh di balik semua yang ditakdirkan Allah menyimpan sejuta rahasia.
Adakalanya manusia menganggap apa yang ada padanya sebagai suatu kebaikan, akan
tetapi dimata Allah merupakan keburukan. Begitu pula sebaliknya, adakalanya manusia
menganggap apa yang ada padanya merupakan suatu kejelekan, akan tetapi ternyata
dimata Allah itu adalah suatu kebaikan yang luar biasa. Begitulah sifat manusia yang tak
lepas dari kesalahan dan kejahilan. Dan bagi Allah semata semua hikmah dan kebaikan.
Ketahuilah wahai saudaraku sekalian, ujian dan cobaan dalam mengemban dakwah
ini mengandung berbagai hikmah dan kebaikan, di antaranya:
1. Untuk menghapus seluruh dosa-dosa hamba di dunia
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah cobaan itu akan meninggalkan seorang hamba hingga membiarkannya berjalan di
muka bumi sedangkan ia tidak memiliki dosa." (HR. Ibnu Majah. Hasan Shahih. Lihat: al-
Misykah 1562, ash-Shahihah 143)
2. Memisahkan antara yang haq dan yang bathil
Firman-Nya:
"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini (campurbaurnya kaum muslimin dengan kaum munafik), sehingga dia
menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).” (QS. Ali Imran: 179)
3. Sebagai tanda bahwasanya Allah mencintainya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa: "Besarnya ganjaran
pahala sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum,
maka Dia akan mengujinya. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima ujian tersebut,
maka baginya ridha Allah. Dan barangsiapa murka (tidak menerima ujian tersebut), maka
baginya murka Allah." (HR. Ibnu Majah. Hadits hasan. Al-Misykah 1566, ash-Shahihah 146)
4. Untuk mengetahui kejujuran iman seorang hamba
Hal ini sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah di dalam surat al-Ankabut ayat 1-3:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-Ankabut: 1-3)
5. Untuk mengetahui siapa yang benar-benar berjihad dijalannya dan bersabar diatasnya
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-
orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik
buruknya) hal ihwalmu.” (QS. Muhammad: 31)
Maka hendaknya engkau bersabar dan terus berjuang. Karena sesungguhnya Allah
ta’ala takkan pernah mengingkari janji-Nya.
[Oleh: Muhammad Yudo Agresi Akbari]
0 komentar:
Posting Komentar