UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » MENGGAPAI KEMENANGAN DENGAN TAUHID

MENGGAPAI KEMENANGAN DENGAN TAUHID

Written By Unknown on Rabu, 13 Februari 2013 | 09.12



Tauhid adalah hal yang paling urgen dalam kehidupan seseorang. Kenapa tidak? Sebab dengan tauhid Allah ta’ala membedakan mana yang mukmin dan mana yang kafir, mana ahli surga dan mana ahli neraka, mana yang muwahhid (bertauhid) dan mana yang musryik (berbuat syirik). Dengan tauhid Allah ta’ala mengutus pada setiap umat Nabi dan Rasul untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah semata atau mentauhidkan-Nya, “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. an-Nahl 36)

TUJUAN DICIPTAKANNYA MAKHLUK UNTUK BERTAUHID

Saudaraku, anda pasti berpikir kenapa Allah ‘azza wa jalla menciptakan kita, apakah Dia menciptakan kita untuk menikmati dunia yang fana ini dan mengikuti hawa nafsu semata? Jawabannya pasti tidak. Ternyata Allah ta’ala memiliki tujuan yang agung dalam penciptaan manusia, yang mana dengan tujuan itulah manusia akan mendapatkan kenikmatan dan ketenangan hidup, dan tujuan tersebut telah disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya yang mulia.

Allah ta’ala berfirman: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyaat: 56)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Tujuan mereka Ku-ciptakan adalah untuk Aku perintahkan agar beribadah kepada-Ku semata, bukan karena Aku membutuhkan mereka. (Tafsir Ibnu katsir)
Makna “beribadah kepada-Ku” dalam ayat ini adalah mentauhidkan Aku, yang beribadah kepada Allah semata, sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama salaf.

TAUHID KEWAJIBAN PERTAMA DAN TERAKHIR

Terkadang kita menganggap bahwa shalat, puasa, zakat, dan haji, adalah ibadah yang paling utama yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ternyata hal tersebut hanyalah buah dari keimanan. Ketahuilah bahwa akar dari keimanan adalah tauhid. Sebagaimana tumbuhan tidak akan hidup tanpa akar, maka tauhid adalah akar atau dasar dari semua itu, sehingga diterima atau tidaknya amal seseorang tergantung pada tauhidnya. Oleh karena itu Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para utusan dakwahnya agar menyampaikan tauhid terlebih dulu sebelum perkara yang lainnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barang siapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallah niscaya ia masuk surga.” (HR. Abu Dawud. Dihasankan oleh Syaikh al- Albani dalam Irwa’ al-Ghalil)

TAUHID KEWAJIBAN PALING UTAMA

Saudaraku, anda mungkin mengatakan bahwa dosa yang paling besar adalah dosa membunuh, merampok, atau berzina, tapi ternyata dosa tersebut masih bisa diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun dosa yang paling besar adalah dosa syirik. Pelakunya kekal di dalam neraka bila meninggal dunia dalam keadaan berbuat kesyirikan. Dan dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah ta’ala. Firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa’: 116)

Syirik merupakan larangan terbesar, dimana lawannya adalah tauhid yang menjadi kewajiban yang terbesar pula. Allah ta’ala menyebutkan kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya yang harus ditunaikan oleh hamba. Allah ta’ala berfirman:

“Sembahlah Allah saja dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. an- Nisa’: 36)
Kewajiban ini adalah paling wajib daripada semua kewajiban, bahkan lebih wajib daripada berbakti kepada orang tua. Sehingga seandainya orang tua memaksa anaknya untuk berbuat syirik maka tidak boleh ditaati. Allah ta’ala berfirman:

“Dan jika kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (QS.Luqman: 15)


HATI YANG SELAMAT HATI YANG BERTAUHID

Seseorang akan dikatakan baik apabila dia memiliki akhlak yang baik, tutur kata yang mulia, amanah atau dapat dipercaya dan disiplin. Hal yang demikian dimiliki oleh orang yang memiliki hati yang bersih dari kegelapan dosa dan maksiat. Sebab hati adalah pemimpin seluruh anggota badan; apabila ia baik maka baik pula seluruhnya dan apabila ia buruk maka yang lainnya pun akan ikut buruk. (HR. Bukhari & Muslim). Allah berfirman:

“Hari dimana harta dan keturunan tidak bermanfaat lagi, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang salim (selamat).” (QS. asy Syu’ara’: 88-89)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya: “Yaitu hati yang selamat dari dosa- dosa dan kesyirikan.

Maka orang yang ingin hatinya bening hendaklah ia memahami dan mempelajari tauhid denganbenar dan menjauhi penyebab hati menjadi gelap, dimana penyebab yang paling besarnya adalah kesyirikan kepada Allah ta’ala.

TAUHID HAK ALLAH YANG HARUS DITUNAIKAN

Kita semua mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla sebagai Pencipta alam semesta; menciptakan langit tanpa tiang, bumi sebagai hamparan, menciptakan manusia dan perbuatannya dan lain sebagainya. Dengan demikian alangkah perlunya kita beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Karena hal itu merupakan hak Allah yang harus ditunaikan oleh hamba-Nya, sehingga Allah memberikan hak hamba-Nya yaitu memasukkan hamba tersebut ke dalam surga-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hamba-Nya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”
Beliau bersabda: “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. (HR. Bukhari dan Muslim)
Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya artinya mentauhidkan Allah dalam beribadah. Tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dalam beribadah, sehingga wajib membersihkan diri dari syirik dalam ibadah. Orang yang tidak membersihkan diri dari syirik belum dikatakan sebagai orang yang beribadah kepada Allah semata.

Ibadah adalah hak Allah semata, barangsiapa menyerahkan ibadah kepada selain Allah maka dia telah berbuat syirik. Maka orang yang ingin menegakkan keadilan dengan menunaikan hak kepada pemiliknya sudah semestinya menjadikan tauhid sebagai ruh perjuangannya.

TAUHID SEBAB KEMENANGAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT

Hanya orang yang bertauhidlah yang akan mendapatkan kemenangan di dunia dan akhirat, mendapatkan pertolongan Allah, dan Allah pun ridha kepada mereka. Para Sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar radhiyallahu ta’ala ‘anhum adalah bukti sejarah atas hal ini. Keteguhan para sahabat dalam mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan mereka adalah contoh sebuah generasi yang telah mendapatkan jaminan surga dari Allah serta telah meraih kemenangan dalam berbagai medan pertempuran, sehingga banyak negeri takluk dan ingin hidup di bawah naungan Islam. Inilah generasi teladan yang dianugerahi kemenangan oleh Allah di dunia dan di akhirat.
Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Orang-orang yang terdahulu (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang- orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah: 100)

TAUHID LANDASAN UNTUK MERAIH KEBAHAGIAN DUNIA DAN AKHERAT

Tauhid merupakan landasan guna meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah ta’ala berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS al-An'am: 82)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah semata dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat." Allah ta’ala juga berfirman:
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai- Nya untuk mereka. Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. an-Nur: 55)
Namun sangat disayangkan, kenyataannya umat Islam di zaman ini diliputi oleh kebodohan bahkan dalam masalah tauhid! Maka pantaslah kalau kekalahan demi kekalahan menimpa pasukan Islam di masa ini. Ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam hal akidah.
Wallahu a’lam bish-shawab.

[Oleh: Lalu Gunawan]

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS