UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » MENGGAPAI KEIKHLASAN

MENGGAPAI KEIKHLASAN

Written By Unknown on Rabu, 13 Februari 2013 | 08.46



Mungkin di antara kita ada yang sering mendengarkan nasihat melalui kajian ilmiah, khutbah jumat ataupun ceramah yang lain tentang wajibnya merealisasikan keikhlasan dalam segala bentuk ibadah seorang hamba kepada Rabb-nya. Karena Allah ta'ala tidak akan menerimaa amalan seseorang kecuali dilandasi keikhlasan kepada-Nya semata. Jika ada kesyirikan dalam ibadahnya, maka Allah tidak akan menerima amalan tersebut dan bahkan akan terhapuslah amalannya. Sebagaimana firman Allah Jalla jalaaluhu:

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. az-Zumar: 65)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Saya sangat tidak membutuhkan sekutu-sekutu, barangsiapa yang berbuat syirik
kepada-Ku maka akan aku tinggalkan ia dan sekutunya.” (HR. Muslim)
Mungkin di antara kita ada yang bertanya-tanya, bagaimana cara untuk
memetik keikhlasan dari perbuatan yang kita lakukan. Karena sebagaimana yang
kita ketahui bahwa mengikhlaskan ibadah kepada Allah semata merupakan perkara
yang sulit, kenapa? Karena hati manusia berada di antara jari-jemari Allah, dan Allah
berkehendak membolak-balikannya.
Maka itu Sufyan ats-Tsauri rahimahullah menyebutkan kepada kita bagaimana
sulitnya memperbaiki niat. Ia berkata:

Tidak pernah aku mengobati sesuatu yang lebih berat bagiku dari pada niatku.
Berikut ini akan kami suguhkan kepada sidang pembaca beberapa cara untuk
memetik dan memperoleh keikhlasan dalam ibadah. Agar ibadah yang kita lakukan
tidak sia-sia atau menjadi debu yang bertebaran pada hari kiamat kelak, yang hanya
melelahkan badan. Sebaliknya, ganjaran yang berlipat-lipat disisi Allah-lah yang kita
harapkan.

(1). Meninggalkan pujian dan sanjungan manusia.
Wahai saudaraku seiman, tinggalkanlah dan buanglah pujian, sanjungan, dan
penghormatan manusia. Jika engkau tamak terhadap pujian manusia atas apa yang
engkau kerjakan, maka hal tersebut merupakan bencana bagimu.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Tidak akan berkumpul keikhlasan dalam
hati dan kecintaan terhadap pujian, sanjungan dan tamak terhadap apa yang ada sisi
manusia. Sebagaimana tidak akan bersatunya antara api dan air, dhobb (hewan yang
hidup di Arab mirip dengan biawak) dan ikan paus.”

Ketahuilah wahai saudaraku, yang telah Allah azza wa jalla siapkan bagi hamba-
Nya yang berupa kenikmatan surga dengan segala yang ada didalamnya yang tidak
pernah dilihat mata, tidak pernah didengar di telinga dan tidak pernah terlintas dalam
benak hati manusia jauh lebih baik dari apa yang mereka ucapkan.

(2). Doa agar senantiasa di jauhkan dari yang dapat membatalkan amalan.
Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata dalam doanya:

Ya Allah, Aku memohon kepada-Mu dari sum’ah dan riya’. (HR. Hakim 1944 dan
dishahihkan oleh Albani dalam Shohihul Jami’ no. 1285)
Sum’ah dan riya merupakan syirik tersembunyi yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatirkan atas umatnya dan beliau sifatkan seperti
semut hitam yang berjalan di atas batu dalam kegelapan malam.

(3). Berteman dengan orang-orang yang ikhlas dan mengambil manfaat dari mereka.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya Taisirul Karim ar-
Rahman: “Sesungguhnya perkataan, perbuatan, dan keadaan mereka (orang-orang
yang ikhlas) selamat dari keinginan-keinginan buruk dan mengandung keikhlasan dan
niat yang benar. Allah ta’ala berfirman:”

Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan-nya di-
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. (QS. al-Kahfi 28)
Beliau rahimahullah melanjutkan: “Yaitu mereka yang bermaksud dalam ibadah
mereka mengharap wajah Allah, bukan keinginan-keinginan selain itu.”
Ketahuilah sesungguhnya watak manusia itu diciptakan menyerupai dan
mengikuti kepada siapa ia berteman. Karena dengan berteman dengan mereka
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap diri seseorang. Seorang penyair
bersenandung:

Bertemanlah dengan orang-orang yang bertaqwa maka engkau akan mendapatkan
dari ketaqwaan mereka
Janganlah berteman dengan orang-orang yang buruk sebab mereka akan
melemparkanmu dalam kebinasaan

(4). Membiasakan selalu untuk membaca sejarah orang-orang yang ikhlas dan orang-
orang yang benar.
Ketahuilah wahai kaum mukmin, sesungguhnya dengan membaca sejarah
orang-orang yang terdahulu yang shalih akan memberikan motivasi pada jiwa kita
untuk mengikuti, mencontoh, meneladani gerak–gerik dan perbuatan mereka,
memberikan cahaya pada hati kita untuk mengambil petunjuknya, dan mengambil
manfaat dari perkataan-perkataan mereka. Karena perkataan mereka sedikit, tapi
banyak mengandung barokah. Adapun selain mereka, perkataan mereka banyak, akan

tetapi sedikit barokahnya.

(5). Memperbanyak amalan dikala sendiri.
Wahai saudaraku, ketika engkau ingin beramal baik kemudian terbetik dalam
hatimu riya’ maka menjauhlah dari keramaian manusia, bersendirilah dalam beramal
karena hal tersebut lebih baik dan mulia.
Dari Zubair bin Awwam radhiyallahu ‘anhu dari nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

Abu Hazim Salamah bin Dinar rahimahullah bertutur: “Sembunyikanlah
perbuatan-perbuatan baik kalian sebagaimana kalian sembunyikan perbuatan-
perbuatan buruk kalian.”
(6). Bersungguh-sungguh.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut: 69)
Seorang muslim yang berusaha menggapai keikhlasan dalam ibadahnya dengan
kesungguhan, niscaya Allah akan berikan jalan keikhlasan tersebut.

Kata Mutiara Seputar Ikhlas
Begitu banyak kata mutiara ulama salaf seputar keikhlasan yang berisi nasihat
dan hal penting yang berkaitan dengannya. Berikut di antaranya:
“Ikhlas berarti lupa akan pandangan manusia lantaran selalu memandang
kepada Allah semata.”
“Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya
sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.”
“Ikhlaskanlah niat dalam amalan-amalanmu, sebab amalan ikhlas meskipun
sedikit sangat cukup bagimu.”
“Siapa yang menyatakan ikhlas dalam amalannya, sesungguhnya kata ikhlasnya
itu butuh keikhlasan.”
“Mengikhlaskan niat adalah perkara yang paling sulit bagi orang yang beramal
dari pada mengerjakan amalan-amalan.”
“Sesungguhnya aku begitu ingin agar niat selalu menghiasi seluruh amalanku,
sampai-sampai dalam makan, minum dan tidurku.” (Kitab al-Ikhlas)

Penutup
Sepenggal penjelasan di atas semoga menjadi cambuk bagi kita untuk
senantiasa ikhlas dalam setiap perbuatan dan perkataan. Kita memohon kepada Allah
Rabb pemilik Arsy’ yang Agung untuk menjadikan diri kita sebagai hamba-hamba yang
ikhlas. Amin.
[Oleh: Aulia Ramdanu]

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS