Bencana alam dan berbagai musibah terus datang bertubi-tubi di seluruh penjuru dunia, dan kali ini giliran Jepang yang tertimpa gempa bumi sebesar 8,9 skala richter, yang kemudian disusul gelombang Tsunami tinggi yang menghancurkan bangunan-bangunan mewah, gedung-gedung tinggi, dan merobohkan semua benda yang menghalangi jalannya.
Peristiwa dahsyat tersebut baru saja berlalu dan telah terjadi. Meninggalkan banyak korban luka dan meninggal dunia beserta sisa-sisa bangunan yang berserakan tak tertata. Beramal baik atau tidak, mereka semua pasti akan mendapatkan balasannya. Dan Allah Maha Adil, sedikitpun Dia tidak akan menzhalimi hamba-Nya dalam perhitungan amalan. Bagi seseorang yang masih diberi umur, hendaklah pandai-pandai mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang ada, mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan panjang yang pasti akan dilalui olehnya. Jangan sampai ia berpisah dengan dunia ini kecuali dalam keadaan benar-benar beriman kepada Allah ta’ala. Bila tidak, kerugian abadi-lah yang akan menghampirinya. Wal’iyadzu billah.
KETERANGAN AL-QUR`AN BAHWA BENCANA KARENA ULAH TANGAN MANUSIA
Kekufuran dan kesyirikan merupakan salah satu faktor terbesar penyebab datangnya musibah. Hal ini dengan jelas dapat kita ketahui dari ayat-ayat al-Qur`an yang banyak menceritakan umat-umat terdahulu yang telah Allah ta’ala binasakan lantaran kekufuran mereka kepada-Nya.
Perhatikanlah kisah Fir`aun dan bala tentaranya yang Allah binasakan dengan ditenggelamkan di tengah lautan. Lihat pula kisah kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam yang Allah timpakan banjir bandang yang tiada duanya. Lihat pula kisah Tsamud dan ‘Aad yang dibinasakan lantaran kekufuran mereka kepada Tuhan alam semesta. Dan masih banyak lagi kisah-kisah nyata lainnya, yang menjadi bukti nyata bahwa semakin jauhnya manusia dari Allah menjadi faktor datangnya kehancuran dan kebinasaan. Cukuplah semua itu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Dan semua itu tercatat rapi di dalam ayat-ayat Ilahi yang begitu banyak sekali.
Allah ta’ala menyebutkan bahwa berbagai bencana yang terjadi di muka bumi, di darat dan di laut, dikarenakan oleh ulah tangan manusia, akibat perbuatan dosa mereka kepada-Nya. Sengaja Allah ta’ala timpakan kepada mereka, agar mereka kembali kepada jallan yang lurus. Allah ta’ala berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41)
Allah juga berfirman: “Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuro: 30)
Firman-Nya: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari sebab (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa`: 79)
Berbagai macam adzab telah Allah timpakan kepada umat-umat terdahulu, adakah umat lain yang akan menyusulnya? Allah ta’ala berfirman: “Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab disebabkan dosanya; di antara mereka ada yang Kami timpakan hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan (di lautan), dan Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. al-Ankabut: 40)
Setelah merenungi beberapa ayat di atas, hendaklah kita mengintrospeksi diri masing- masing, dengan memperbaiki ketaatan kepada Allah ta’ala, mendekatkan diri kepada-Nya dan menjauhkan diri dari bermaksiat kepada-Nya.
Berbagai macam adzab telah Allah timpakan kepada umat-umat terdahulu, adakah umat lain yang akan menyusulnya? Allah ta’ala berfirman: “Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab disebabkan dosanya; di antara mereka ada yang Kami timpakan hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan (di lautan), dan Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. al-Ankabut: 40)
Setelah merenungi beberapa ayat di atas, hendaklah kita mengintrospeksi diri masing- masing, dengan memperbaiki ketaatan kepada Allah ta’ala, mendekatkan diri kepada-Nya dan menjauhkan diri dari bermaksiat kepada-Nya.
SABDA RASULULLAH , PERKATAAN SAHABAT DAN TABI’IN
Rasulullah n juga menjelaskan bahwa bencana yang ada adalah karena ulah tangan manusia. Sabda beliau: “Apabila kemaksiatan telah merajalela pada umatku, maka Allah azza wa jalla akan meratakan mereka dengan adzab dari sisi-Nya.” (Lihat: ash-Shohihah no. 137)
Cukuplah hadits ini menjadi peringatan berharga bagi kita semua, kaum muslimin. Abdullah bin Mas’udz berkata: “Apabila perzinaan dan transaksi riba telah merata pada suatu negeri maka Allah azza wa jalla mengizinkan negeri itu untuk dihancurkan.” (ad-Da` wa ad-Dawa`, hlm. 70)
Ka’ab bin Malikzberkata: “Tidaklah bumi ini diguncang melainkan karena maksiat yang dikerjakan di atasnya.” (ad-Da` wa ad-Dawa`, hlm. 74)
Umar bin Abdulazizzpernah mengirim surat ke seluruh penduduk negeri, yang mana di antara isinya adalah: “Amma ba’du, sesungguhnya gempa ini merupakan suatu teguran dari Allah bagi hamba- hamba-Nya.” (ad-Da` wa ad-Dawa`, hlm. 74)
JANGAN MERASA AMAN DARI ADZAB ALLAH
Terjadinya peristiwa seperti ini di sebagian negeri, tidak menandakan bahwa daerah lain yang tidak terkena bencana semua penduduknya mentauhidkan Allah, tidak berbuat bid’ah dan jauh dari maksiat kepada-Nya, sehingga mereka merasa aman dari adzab-Nya. Justru ditangguhkannya bencana merupakan ujian dari-Nya, apakah penduduk kota tersebut mau kembali kepada-Nya atau malah mendustakan ayat-ayat-Nya? Allah berfirman: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS. al-A’raf: 182-183)
Apakah kita merasa aman dari adzab Allah, padahal adzab dari-Nya bisa datang kapan saja, ketika sedang tidur siang atau istirahat malam. Perhatikanlah firman Allah azza wa jalla berikut: “Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah adzab Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.” (QS. al-A’raf: 7)
Firman-Nya: “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Ataukah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf: 97-99)
Firman-Nya: “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Ataukah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf: 97-99)
Padahal jika ajal datang, tidak ada tawar-menawar dengan Malakul Maut, sedetikpun tidak bisa dimajukan atau diakhirkan. Allah ta’ala berfirman: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya. Katakanlah: "Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian sikaaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa itu meminta disegerakan juga?" Kemudian apakah setelah terjadinya (adzab itu), kemudian kamu baru mempercayainya? apakah sekarang (baru kamu mempercayai), padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya disegerakan? Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zhalim (musyrik) itu: "Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Yunus: 49-52)
Ketika adzab Allah datang, saat itulah mereka mengetahui dan benar-benar sadar bahwa selama ini mereka telah berbuat kezhaliman. Allah ta’ala berfirman: “Maka tidaklah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka adzab kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim".” (QS. al-A’raf: 7) Maka itu, janganlah kita merasa aman dari adzab Allah. Beramalah dan perbaiki kualitas amal tersebut, dekatkanlah diri kepada Allah dan gapailah cinta dan ridho-Nya,
Ketika adzab Allah datang, saat itulah mereka mengetahui dan benar-benar sadar bahwa selama ini mereka telah berbuat kezhaliman. Allah ta’ala berfirman: “Maka tidaklah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka adzab kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim".” (QS. al-A’raf: 7) Maka itu, janganlah kita merasa aman dari adzab Allah. Beramalah dan perbaiki kualitas amal tersebut, dekatkanlah diri kepada Allah dan gapailah cinta dan ridho-Nya,
semoga Dia memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Amin.
BERSEGERALAH KEMBALI KEPADA ALLAH
Setelah kita mengetahui penjelasan di atas, bahwa musibah dan bencana itu datangnya dari Allah dan atas kehendak-Nya, demikian pula bahwa semua itu tidak akan terjadi melainkan karena ulah tangan manusia, maka apabila kita mengharapkan hidup dengan penuh ketentraman dan keamanan, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kembali kepada- Nya dengan taubat nashuha, beribadah hanya kepada-Nya semata dan menjauhi segala peribadatan kepada selain-Nya. Hendaklah kita banyak-banyak beristighfar dan berdoa, seraya memohon agar musibah dan kehinaan ini diangkat dari kaum muslimin. Musibah dan bencana dari Allah azza wa jalla yang menyebabkan kehinaan dapat terangkat dengan kembali kepada ajaran Islam, mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah n bersabda: “Apabila kalian berjual beli dengan sistem riba, terlena dengan binatang ternak, ridha dengan pertanian dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan berikan kehinaan kepada kalian, dan Dia tidak akan mencabutnya hingga kalian kembali ke agama kalian.” (Hadits shohih. Lihat: ash-Shohihah no. 11)
Semoga goresan pena ringkas ini dapat menjadi nasihat dan pencerahan. Wallahu ta’ala A’lam.
(Oleh: M. Sulhan Jauhari)
0 komentar:
Posting Komentar