UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » MENGGAPAI KEBAHAGIAAN HAKIKI

MENGGAPAI KEBAHAGIAAN HAKIKI

Written By Unknown on Rabu, 13 Februari 2013 | 08.00



Saya yakin anda setuju bahwa setiap manusia ingin hidup bahagia, terlepas dari cara
yang ditempuh oleh masing-masing dalam mewujudkannya. Baik muslim maupun non muslim,
orang baik dan yang tidak baik, mereka semua pasti berharap bisa hidup bahagia.

Saya yakin juga anda setuju bahwa kebanyakan manusia menyimpang dari jalan yang
lurus dalam menggapai kebahagiaan, yang mana di antara sebabnya karena mereka terbuai
dengan kebahagiaan sementara di dunia yang semu lagi menipu.

Sebagian mereka melihat bahwa kebahagiaan itu ada pada harta, yang lainnya
beranggapan ada pada tahta, sebagiannya lagi memandang ada pada prestasi dan popularitas.
Sehingga setiap mereka berusaha mewujudkan apa yang mereka impian menjadi sumber
kebahagiaan. Siapa yang paling giat, itulah yang paling tersesat dan paling jauh dari tuntunan
Agama.

Lantas, dimanakah sebenarnya kebahagiaan hakiki itu berada, dan apa saja kiat-kiat
untuk menggapainya?
Jawabnya, ada pada agama Islam. Adapun kiat-kiatnya, bisa dibaca pada poin-poin
singkat di bawah ini. Selamat menyimak.

KIAT-KIAT MENGGAPAI KEBAHAGIAAN HAKIKI
Perlu diketahui, dalam menggapai kebahagiaan hakiki harus meniti jalan yang telah
digariskan, tidak bisa tidak. Seorang yang mengharapkan kebahagiaan namun enggan meniti
jalannya, maka tiada mungkin ia dapat menggapainya. Seorang penyair berkata:

Engkau berharap keselamatan namun enggan meniti jalannya
(Ketahuilah) perahu itu tidak pernah bisa berlayar di daratan
Berikut beberapa sebab datangnya kebahagiaan hakiki yang dapat mengantarkan
kepada kebahagiaan kekal abadi di dalam surga Allah subhanahu wa ta’ala.

[1]. Beriman kepada Allah ta’ala dan beramal shalih.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata (al-Wasa’il al-Mufidah li Hayat as-Sa’idah):
“Sebab teragung dan mendasar untuk menggapai kebahagiaan adalah beriman dan beramal
shalih.” Kemudian beliau membawakan firman Allah ar-Robb ta’ala berikut:

“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. an-Nahl: 97)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya beliau menafsirkan
kehidupan yang baik dengan kebahagiaan. Sedang Mujahid dan Qotadah rahimahumallah
berkata: “Tiada kehidupan yang baik bagi seseorang kecuali kehidupan di surga.” (Tafsir Ibn
Katsir)

[2]. Beriman kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk.
Ketahuilah, apa yang akan menimpamu maka tidak akan luput darimu, dan apa yang
luput darimu tidak akan mungkin menimpamu. Orang yang berkeyakinan seperti ini berarti ia
telah beriman kepada takdir Allah yang dapat membawa kepada kebahagiaan hakiki.
Allah al-Ilah berfirman seraya menjelaskan buah keimanan kepada takdir-Nya:

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. al-Hadid: 22-23)
Syaikh Bin Baz rahimahullah menyebutkan buah keimanan kepada takdir Allah
di dalam bukunya al-Iman bil Qodho wal Qodar sebanyak 25 buah, di antaranya dapat
menumbuhkan rasa Syukur, Ridho dan al-Faroh yakni kebahagiaan.

[3]. Menuntut ilmu syar’i.
Cukuplah satu hadits berikut untuk menjelaskan poin ini. Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, mereka membaca al-Qur`an
dan mempelajarinya, melainkan ketenangan akan turun kepadanya, rahmat Allah akan
meliputinya, malaikat mengitarinya, dan Allah memujinya di hadapan makhluk yang ada di
sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Dengan ilmu, seorang tahu hikmah di balik musibah, tahu bahwa segala sesuatu telah
ditetapkan Allah dengan adil, tahu bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan kembali
kepada agama, dan tahu bahwa kebahagiaan hakiki ada di akhirat kelak, sehingga tidaklah ia
menjadikan dunia ini melainkan sebagai sarana untuk menuju akhirat.

[4]. Memperbanyak berdzikir kepada Allah dan membaca al-Qur`an.
Dalam hal ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. ar-Ra’du: 28)
Ulama berkata: “Dan seutama-utama dzikir adalah tilawah al-Qur’an.”
Muslim yang istiqomah dalam berdzikir kepada Allah akan bahagia dan tentram
hatinya. Sebaliknya, orang yang enggan mengingat-Nya akan sempit kehidupannya. Allah ar-
Rohim ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Toha: 124)
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa faedah dari berdzikir kepada
Allah, diantaranya dapat mengusir kesedihan dan gundah gulana dari hati serta mendatangkan
kesenangan, kebahagiaan, dan kelapangan di dalam dada. (Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid,
hal. 45)

[5]. Mohon agar diberi kelapangan dada.
Di antara sifat orang-orang yang mengharapkan kebahagiaan ialah selalu memohon
kelapangan dada kepada Allah, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Musa ‘alaihissalam.
Firman-Nya:

“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku.” (QS. Toha: 25)
Dan Nabi kita telah Allah berikan kenikmatan dengan kelapangan dada. Firman-Nya:

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. al-Insyiroh: 1)
Kelapangan tersebut akan digapai dengan mengilmui Islam dan mengamalkannya.
Allah al-Aziz azza wa jalla berfirman:

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (QS. al-An’am: 125)
Bagi seseorang yang belum merasakan kelapangan dada dengan Islam, hendaklah ia
banyak-banyak introspeksi dan evaluasi diri.

[6]. Berbuat baik kepada sesama.
Ini merupakan perkara yang dicintai. Orang yang melakukannya begitu dicinta di
tengah manusia. Dengan demikian, tentu saja ia akan sangat bahagia di tengah-tengah
kaumnya. Dan sebagai ganjaran dari Rabb-nya, ia senantiasa mendapatkan kebersamaan
dengan-Nya.
Allah al-Hakim berfirman:

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (QS. an-Nahl: 128)

[7]. Tidak panjang angan-angan.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullahu menuturkan: “Kehidupan dunia ini
pendek, maka jangan engkau perpendek lagi dengan kesedihan dan keburukan.”
Karena manusia di dunia adalah sementara, panjang angan-angan yang tidak pernah
tercapai akan membuat sesak dan sempit hatinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau orang asing atau musafir yang lewat.” (HR.
Bukhari)

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan hadits di atas, “Maksudnya adalah zuhud
di dunia dan tidak bersandar kepadanya, sebab sepanjang apa umurmu pasti engkau akan
berpisah dengan dunia.” (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah)

[8]. Yakin bahwa kebahagiaan hakiki ada di akhirat
Perhatikanlah dua firman Allah al-Matin subhanahu wa ta’ala berikut:
Pertama:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. al-‘Ankabut: 64)
Kedua:

“Adapun orang-orang yang berbahagia, tempat mereka adalah di surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhan-mu menghendaki (yang lain);
sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 108)

Kedua ayat di atas, demikian pula ayat-ayat yang lainnya, menjelaskan bahwa
kehidupan yang hakiki bagi seorang muslim adalah di akhirat kelak. Adapun dunia adalah
tempat persinggahan sementara. Jika demikian, jadikanlah dunia ini sebagai sarana untuk
mendapatkan kampung akhirat yang kekal abadi. Wallahu ta’ala a’lam.
[Oleh: M. Sulhan Jauhari]

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS