UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » CINTA RASUL

CINTA RASUL

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 09.05



Cinta adalah sebuah ungkapan yang sangat indah dalam kehidupan manusia. Dengan cinta
manusia bisa sengsara, dengan cinta pula manusia bisa bahagia, bahkan surga bisa diraih dengan cinta,
yaitu cinta yang sejati kepada manusia terpilih Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam. Mencintai
Nabi merupakan bagian dari hakikat keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam: “Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian sehingga aku menjadi orang yang paling dia
cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.” [HR. al-Bukhari, no. 14]
Kecintaan kepada beliau merupakan sarana untuk meraih manisnya iman, sebagaimana
yang dinyatakan oleh Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Beliau menyatakan bahwa,
“Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, ‘Yaitu,
kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya…”. [HR. al-Bukhari,
no. 16, 21 & 6542, dan Muslim, no.43]

A. TANDA-TANDA CINTA KEPADA RASUL
Di antara tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah sebagaimana berikut ini:
1. Mencintainya melebihi kecintaan kepada diri sendiri, keluarga dan seluruh manusia
Seorang yang mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hendaklah mencintainya
dengan sebenar-benarnya iman sebagaimana para sahabat radhiyallahu 'anhum mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri dan anak-anak mereka.
Dari sahabat ‘Abdullah bin Hisyam radhiyallahu 'anhu, ia berkata: “Kami mengiringi
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan Umar bin al-Khaththab
radhiyallahu 'anhu. Kemudian Umar berkata kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau
sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka beliau berkata: ‘Tidak, demi yang jiwaku
berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu Umar berkata kepada
beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.’ [HR. al-Bukhari, no.
6632]
2. Membenarkan berita yang disampaikan, serta tunduk terhadap perintah dan menjauhi
larangannya
Seseorang yang mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pasti akan membenarkan
segala yang dikabarkan oleh beliau tentang perkara yang telah berlalu, sekarang, dan akan datang,
baik yang sesuai akalnya maupun tidak. Allah ta’ala menjelaskan: “Dan tiadalah yang diucapkannya
itu, menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. an-Najm: 3-4)
Seseorang yang mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam manakala mendengar
beliau memerintahkan sesuatu niscaya ia akan segera menunaikannya. Ia tidak akan meninggalkannya
meskipun perintah itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan
mendahulukan ketaatannya kepada istri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya
kepada Nabi lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang
dicintainya.
3. Memperbanyak shalawat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang paling
banyak bershalawat kepadaku maka dialah yang paling dekat kedudukannya denganku.” [HR. al-
Baihaqi, Lihat: Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no. 1672)
Bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagaimana yang
ditunjukkan oleh beliau sendiri berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih. Hendaklah tidak
melaksanakan shalawat dengan tata cara yang menyimpang dari petunjuknya, baik dengan cara diada-
adakan ataupun lafazh shalawat yang diada-adakan. Hal itu karena shalawat merupakan bentuk
ibadah yang tidak dapat dilakukan melainkan dengan adanya dalil yang menjelaskannya. Hendaklah
membaca lafazh-lafazh shalawat sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits yang stahih dengan
tidak menjadikannya sebagai bahan nyanyian (atau hiburan), dengan tidak mengubahnya, dan tidak
mengkhususkannya hanya pada waktu-waktu tertentu kecuali apabila memang ada dalil shahih yang
mengkhususkannya.

4. Membela sunnah dan memperjuangkan syariat
Hal ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat, yaitu dengan mensosialisasikan, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya di
tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
Membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau masih hidup, dan membela ajarannya
setelah wafatnya, dengan cara menghafal, memahami dan mengamalkan hadits-haditsnya,
menghidupkan sunnah-sunnahnya dan menyebarkannya di masyarakat.
5. Beribadah kepada Allah dengan tata cara yang telah diajarkannya
Seseorang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti berusaha untuk
beribadah kepada Allah sesuai dengan tata cara ibadah beliau, baik dalam hal shalat, wudhu, makan,
tidur, bergaul, bershalawat, dan sebagainya. Juga berakhlak dengan akhlak beliau dalam kasih
sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabarannya, zuhudnya, dan sebagainya. Allah
berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” [QS. al-Ahzab (33): 21]
6. Membenci yang dibenci Rasul, serta mencintai yang dicintainya
Seseorang yang mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam harus mencintai orang
yang dicintai dan membenci orang yang dibenci beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu,
hendaknya mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu
hal lainnya. Allah berfirman: “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya….” [QS. al-Mujadilah (58): 22]

B. ANTARA MERAYAKAN MAULID NABI DAN CINTA RASUL
Tidak diragukan lagi bahwa mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan suatu
kewajiban bagi setiap muslim, bahkan rasa cinta kepada beliau harus melebihi cinta kita kepada ayah,
anak, dan kepada semua manusia. Akan tetapi, kewajiban mencintai beliau tidak berarti lantas boleh
diungkapkan melalui amalan-amalan yang tidak beliau syariatkan, seperti perayaan maulid Nabi.
Apalagi, seringkali perayaan tersebut diiringi berbagai bentuk kemaksiatan dan kemungkaran seperti
pementasan nyanyian, musik dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menyelisihi syariat Islam. Cinta
kepada Nabi mengharuskan taat kepada beliau, mengikuti, dan menghidupkan sunnah-sunnahnya
serta menjauhi dan meninggalkan semua larangannya baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Inilah bukti cinta yang paling besar terhadap beliau.
Demikianlah pembahasan ini, semoga tulisan singkat ini merupakan bagian dari beberapa
langkah awal untuk melahirkan dan mendidik diri dalam mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hendaklah kita berusaha bersungguh-sungguh untuk mendalami ilmu pengetahuan terhadap sunnah-
sunnah beliau dan agama yang telah sempurna ini. Ilmu itulah yang menjadi bekal dalam menegakkan
syi’ar agama Islam yang benar sebagaimana yang diwariskan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada kita. Dengan ilmu itu juga akan mengangkat derajat, membedakan dengan kaum
yang beragama tanpa ilmu. Sekaligus mampu membimbing kita agar senantiasa di atas jalan yang
benar, mencintai Nabi sebagaimana yang diperintahkan dan meninggalkan perbuatan mencintai
Nabi dengan cara yang tidak dianjurkan sunnah. Dan merealisasikannya di setiap detik waktu dengan
mengamalkan sunnah-sunnahnya yang bukan hanya sekadar dengan berpesta pora setahun sekali
melalui pesta peringatan maulidurrasul, yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak pernah
menganjurkannya.
[Oleh : Abu Hisyam Liadi]

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS