UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » MENYINGKAP MUTIARA DI BALIK SALAM

MENYINGKAP MUTIARA DI BALIK SALAM

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 07.12


Segala puji bagi Allah ‘azza wa jalla yang telah menciptakan manusia secara sempurna dan menjadikannya saling mengenal dan mencintai. Islam datang dengan membawa rahmat bagi semua makhluk yang ada di bumi, membawa syariat yang mulia, menjadikan manusia jaya apabila mereka mau menjalankan syariat tersebut. Di antara syariat mulia yang dibawa Islam adalah salam, yaitu saling menebarkan salam di antara sesama muslim. Pada kesempatan inilah, penulis berkeinginan untuk membahas tentang salam dan hal penting yang terkandung di dalamnya. Selamat menyimak.

PERINTAH SALAM

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu” adalah kalimat yang telah kita kenal semenjak kecil. Namun, di antara kita mungkin ada yang bertanya, “siapa yang pertama kali mengucapkannya? Jika kita memperhatikan hadits berikut, niscaya kita akan mendapatkan jawabannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diriwayatkan melalui jalur sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Allah menciptakan Adam setinggi 60 hasta, kemudian berkata: “Pergilah dan ucapkanlah salam kepada para malaikat dan dengarlah jawaban mereka, itulah salam penghormatanmu dan penghormatan anak keturunanmu”. Lalu Adam mengucapkan “Assalamu’alaikum,” para malaikat menjawab “Assalamu ’alaika warahmatullah” mereka menambah “warahmatullah”.  (HR. Bukhari
no. 3326)
Jadi Allah-lah yang memerintahkan secara langsung dan mengajarkannya kepada manusia untuk mengucapkan salam. 

As-Sa’di rohimahullohu berkomentar setelah menafsirkan firman Allah surat an-Nur: 61, “Kemudian Allah memuji ucapan salam ini dengan firman-Nya “Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik,” maksudnya ungkapan salam dengan mengucap “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh” atau “Assalamu ‘alaina wa’ala ibadillahish shalihin” ketika kalian memasuki rumah adalah “salam yang ditetapkan disisi Allah,” maksudnya Allah telah mengisyaratkannya bagi kalian, dan Allah menjadikan salam sebagai ungkapan selamat bagi kalian, “penuh berkah,” karena mencakup keselamatan dari kekurangan dan raihan rahmat, berkah perkembangan dan pertambahan “yang baik”, karena salam berasal dari kalimat yang baik yang dicintai Allah, yang mengandung keramahan jiwa dan rasa sayang kepada orang yang menerima salam, dan melahirkan kecintaan.” (Tafsir as-Sa’di, hal. 576)

SALAM MENUMBUHKAN KECINTAAN

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa salam dapat menumbuhkan cinta seorang muslim kepada sesama saudara muslim. Sebaliknya, kebencian, hasad dan hal negatif lainnya yang terjadi pada diri seseorang bisa jadi hal itu timbul karena kosongnya jiwa mereka dari saling mengucapkan salam. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sebuah amalan yang apabila kalian amalkan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”  (HR. Muslim, no. 194)

KEBAIKAN DI DALAM SALAM


Sidang pembaca yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala, setiap orang pasti ingin mendapatkan pahala sempurna dari usaha yang dilakukannya, dan di dalam salam ada kesempurnaan pahala yaitu 30 kebaikan. Sehingga ketika kita mengucapkan salam hanya “assalamu’alaikum” maka kita mendapat sebagian dari kebaikan. Ingatkah kita ketika ada seorang laki-laki mengucapkan salam di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberikan perincian kriteria salam yang bernilai sempurna. “Ada seorang laki-laki di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah majelis kemudian mengucapkan “assalamu’alaikum”, beliau mengatakan: “Baginya sepuluh kebaikan”, lalu lewat laki-laki lain seraya mengucapkan: “assalamu’alaikum warahmatullah”
Rasulullah mengatakan: “Baginya dua puluh kebaikan”, lalu lewat laki-laki lain seraya mengatakan:
“assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”, maka beliau mengatakan: “Baginya tiga puluh kebaikan”. (HR. Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrod, no. 986)

Oleh karena itu Allah memerintahkan ketika diucapkan penghormatan atau salam kepada kita maka jawaban yang kita ucapkan haruslah lebih baik dari itu, kalaupun tidak maka minimal sama dengan ucapan salam yang disampaikan kepada kita. Allah ta’ala berfirman:
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. an-Nisa’: 86)


KANDUNGAN SALAM

Ketahuilah saudaraku, kalimat salam yang kita ucapkan kepada saudara kita sesama muslim mengandung tiga macam doa:

Pertama, ketika kita mengucapkan salam kepada saudara kita berarti kita telah memintakan untuknya keselamatan.

Seorang muslim yang baik adalah mereka yang menginginkan kebaikan pada diri saudaranya sebagaimana dia menginginkan kebaikan pada dirinya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak sempurna keimanan seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya.”  (HR. Bukhari dan Muslim)
Keselamatan tidak sekedar selamat di dunia, namun perkara keselamatan memiliki porsi yang lebih besar dari itu semua, yaitu selamat di alam akhirat. Ketika seorang muslim mendoakan keselamatan yang terkandung di dalam kalimat salam kepada saudaranya, berarti secara tidak langsung dia berdoa untuk diri sendiri. Karena doa kebaikan untuk orang lain dengan ikhlas maka malaikat akan mengatakan “bagimu juga semisalnya.”(HR. Muslim, Abu Dawud dan yang lainnya)

Kedua, ketika kita mengucapkan salam kepada saudara kita maka berarti kita telah memintakan kepada Allah ‘azza wa jalla rahmat untuknya.

Karena seorang muslim masuk ke dalam surga dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah akan memasukkan penduduk surga ke dalam surga, Dia memasukkan hamba yang dikehendaki (ke dalam surga) dengan rahmat-Nya.”  (HR. Muslim, no. 457)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata ketika menafsirkan firman Allah dalam surat Fatir ayat 32: “Orang yang berlomba berbuat kebaikan akan masuk surga tanpa hisab, orang yang pertengahan akan masuk surga dengan rahmat Allah, dan orang yang menganiaya diri sendiri serta ash-haabul A’raaf akan masuk surga dengan syafa’at Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, juz: 11, hal: 323)

Ketiga, ketika kita mengucapkan salam kepada saudara kita berarti kita telah memintakan keberkahan dari Allah ta’ala untuknya.

Secara bahasa al-barokah adalah an-namaa’ (berkembang) dan az-ziyadah (bertambah). Keberkahan bisa berarti berkah umur, harta, keluarga dan yang lainnya, yang mendatangkan keridhaan Allah ‘azza wa jalla. Keberkahan yang agung pada diri seorang hamba adalah memanfaatkan waktu, tidak menghabiskannya untuk hal yang tidak bermanfaat. Nikmat inilah yang
manusia sering terlupa darinya.

SALAM IDENTITAS MUSLIM


Salam adalah kalimat yang mudah diucapkan namun ternyata mengandung doa dan kebaikan yang begitu mendalam bagi saudara kita sesama muslim, baik kebaikan di dunia maupun di akhirat.

Sebagai penutup penulis mengajak kepada sidang pembaca yang dimuliakan Allah untuk senantiasa mengamalkan sunnah yang mulia ini dan mengajarkan kepada keluarga dan saudara-saudara kita. Ketahuilah, salam adalah syiar Islam yang tidak dimiliki oleh agama lain. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:
“Orang-orang Yahudi tidak dengki kepada kalian atas sesuatu, seperti kedengkian mereka kepada kalian atas salam dan ucapan amin (dalam shalat).” (HR. Ibnu Majah no. 856)

Bagi sebagian orang lebih mudah untuk mengucapkan “selamat malam,” “halo,” “ahlan wa sahlan,” dan ucapan-ucapan lainnya, namun ketahuilah bahwasanya salam lebih mulia dari penghormatan-penghormatan itu semua. Dengan salam, mudah-mudahan Allah memuliakan Islam dan menghilangkan kedengkian di dalam hati kaum muslimin. Amin.
Oleh: Yusuf Solihin

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS