Islam adalah agama rahmat. Memberikan kasih sayang kepada semua umat. Tidak ada suatu kebaikanpun melainkan Islam telah memerintahkan umatnya untuk menuju kepadanya. Begitu pula tidak ada suatu kejelekanpun melainkan Islam telah melarang umatnya untuk mendekatinya. Sungguh benar firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam :
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. al-Anbiyaa’: 107)
Salah satu ajaran Islam yang menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Islam kepada umatnya adalah mengenai ziarah kubur. Syariat ziarah kubur merupakan suatu tanda bahwasanya Islam tidak hanya memperhatikan hak-hak yang menyangkut kehidupan seorang hamba yang masih hidup saja. Namun lebih dari itu, Islam juga memperhatikan keadaan saudaranya sesama muslim ketika dia telah meninggal dunia.
PENSYARIATAN ZIARAH KUBUR
Pada waktu awal-awal Islam dahulu, ziarah kubur adalah suatu yang dilarang, sebagai upaya memelihara ketauhidan dan menjaga kemuliaannya dikarenakan begitu dekatnya masa kehidupan mereka dengan masa kejahiliyahan. Ketika Islam telah berkembang dan meluas dikalangan manusia
serta keimanan telah menancap erat di dalam sanubari mereka, serta telah tampak jelas petunjuk-petunjuk kekuatan tauhid dan telah terbongkar syubhat-syubhat kesyirikan, maka kemudian datanglah syariat ziarah kubur yang memiliki tujuan serta maksud yang jelas.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Dahulu aku melarang kalian dari berziarah kubur, sekarang berziarahlah!" (HR. Muslim). (Ushul al-Iman fi Dhaui’ al-Kitab wa as-Sunnah, I/52)
ADAB-ADAB ZIARAH KUBUR
Bagi seorang muslim yang ingin melakukan ziarah kubur hendaknya ia senantiasa memperhatikan adab-adab yang telah diatur oleh syariat Islam, agar ziarah yang dimaksudkan bernilai ibadah dan benar-benar mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab ziarah kubur sesuai syariat Islam:
1. Mengikhlaskan Niat karena Allah ta'ala dan Mutaba’ah
Hendaklah setiap amalan ketaatan seorang hamba senantiasa diiringi dengan niat yang tulus dan mutaba’ah (mengikuti petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam), sebab amalan ibadah yang tidak
diiringi dengan kedua hal tersebut maka akan sia-sia dan tertolak di sisi Allah ta'ala. Bahkan hal itu bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri berupa dosa dan adzab di hari akhir kelak. Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan:
"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-nya." (QS. al-Kahfi: 110)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya: "Dalam ayat ini terdapat penggabungan antara ikhlas dan mutaba’ah, yang mana akan didapatkan apa yang diharapkan dan diminta, adapun
selain itu maka sesungguhnya merupakan kerugian baginya di dunia dan akhirat." (Taisir al-Karim ar-Rahman, 487)
2. Mendoakan Ahli Kubur
Buraidah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu mengajarkan kepada para sahabat apabila hendak keluar rumah menuju pemakaman untuk mendoakan kepada penghuni kubur:
السلام عليكم يا أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، وإنا بكم للاحقون، نسأل الله لنا ولكم العافية
"Semoga keselamatan tercurahkan bagi kalian, wahai penghuni kubur dari kalangan orang-orang yang beriman dan muslim, sesungguhnya kami benar-benar akan berjumpa dengan kalian insya Allah, aku memohon pada Allah keselamatan untuk kami dan kalian." (HR. Muslim)
3. Melepas Alas Kaki
Merupakan sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak dilupakan oleh kaum muslimin adalah melepas sandal atau sepatu ketika memasuki pemakaman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan: "Sungguh jika aku berjalan di atas bara api, pedang, atau aku melepas sandal yang ada pada kakiku, maka ini lebih aku cintai daripada aku berjalan di atas kuburan seorang muslim." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, dll.)
4. Tidak Berkata Buruk
Hendaknya seorang muslim senantiasa menjaga lisannya saat ziarah kubur dari perkataan yang tidak baik. Maksudnya ia tidak mengucapkan kata yang jelek, keji atau mengandung ratapan di kuburan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu aku melarang kalian dari berziarah kubur, maka barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah! akan tetapi janganlah kalian mengucapkan kalimat hujran." (HR. Muslim). (Maushu'ah al-Adab al-Islamiyyah, Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, hal. 275 )
"Hujran" adalah setiap perkara yang dilarang dalam syariat Islam, yang paling besar darinya adalah menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara berdoa dan memohon permintaan kepada penghuni kubur, juga bermakna istighasah dan meminta pemenuhan kebutuhan dan kesehatan kepadanya. Semua itu merupakan bentuk kesyirikan yang sangat jelas dan kekufuran yang nyata.
Jadi berdoa kepada penghuni kubur dan memohon agar dipenuhinya kebutuhan kepada mereka serta memalingkan segala sesuatu (yang termasuk ibadah) kepada mereka, maka itu semua merupakan kesyirikan yang besar. (Ushul al-Iman I/53)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata menegaskan kalimat, "akan tetapi janganlah kalian mengucapkan kalimat hujran," yakni di sisi kuburan jangan mengatakan suatu ucapan yang jelek lagi buruk, karena yang demikian adalah suatu permohonan kejelekkan, kebinasaan dan merupakan suatu bentuk ratapan. (Manhaj al-Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, Syaikh al-Aqil, hal. 264-265)
5. Tidak Menjadikannya sebagai Tempat Beribadah
Sebagaimana yang terjadi di banyak negara Islam, dimana masjid-masjid dan kubah-kubah dibangun di atas kuburan orang-orang shalih, padahal hal ini termasuk sarana menuju kesyirikan yang paling berbahaya dan ber-tabarruk kepada mereka dengan beragam bentuk ibadah yang ditujukan kepada selain Allah ta’ala, dan mereka (orang-orang shalih tersebut) juga dijadikan sebagai wasilah (sarana) antara manusia dengan Allah, dan hal ini termasuk bentuk kesyirikan.
Telah datang larangan yang sangat keras mengenai larangan menjadikan masjid di atas kubur dan banyak hadits-hadits yang berbicara tentangnya, sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda memperingatkan dari perbuatan demikian dan menjelaskan bahayanya (dalam sabdanya shallallahu ‘alaihi wa sallam): "Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kubur para Nabi mereka sebagai masjid." (HR. Bukhari dan Muslim) (Maushuah al-Adab al-Islamiyyah, Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, 276 )
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menerangkan: "Janganlah kalian shalat menghadap kubur dan jangan duduk-duduk di atasnya." (HR. Muslim) Dan bersabda: "Bumi itu seluruhnya adalah tempat shalat, kecuali kuburan dan kamar mandi." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dalam Shahih Muslim dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lima hari sebelum wafatnya: Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dahulu menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid, maka perhatikanlah! Janganlah kalian menjadikan kuburan- kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari yang demikian." (HR.
6. Tidak Menjadikannya sebagai Tempat Perayaan
Di antara kebiasaan sebagian kaum muslimin yaitu senantiasa mengadakan suatu rangkaian acara di kuburan pada setiap tanggal-tanggal tertentu, padahal Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan dan janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan (yang tidak pernah dilakukan peribadatan kepada Allah di dalamnya)." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
7. Tidak Meletakkan di dalamnya Gambar-gambar
Di dalam ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Muslim) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Ummu Salamah dan Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhuma menceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Etiopia yang disebut Maariyah, mereka berdua menyebutkan tentang keindahannya dan gambar-gambar yang ada di dalamnya. Lalu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Mereka itu adalah suatu kaum apabila wafat seorang shalih, maka mereka membangun di atas kuburnya masjid dan meletakkan di dalamnya gambar-gambar, mereka itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah" (HR. Bukhari dan Muslim)
TUJUAN DAN HIKMAH ZIARAH KUBUR
Perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ziarah kubur bukanlah suatu syariat yang tidak bermakna dan tidak memiliki hikmah di baliknya, dan bukan pula untuk menjadi wasilah menuju ketergantungan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala dengan melakukan peribadatan-peribadatan yang banyak dilakukan sebagian besar kaum muslimin zaman ini, seperti membaca al-Qur’an di atasnya, berdzikir, bershalawat, ber-tabarruk, ber-tawassul, berdoa langsung kepada ahli kubur, dan lain-lain, yang hal-hal tersebut tidak pernah dipraktekkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat- sahabatnya yang mulia radhiyallahu ‘anhum.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu aku melarang kalian dari berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah!, karena sesungguhnya hal itu dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan kepada akhirat." (HR. al-Hakim)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata: "Adapun jika engkau berziarah kemudian engkau beristighfar untuk penghuni kubur dan dalam rangka melembutkan hatimu serta untuk mengingat perkara-perkara akhirat, maka yang demikian itu aku tidak membencinya (tidak melarangnya)." (Manhaj al-Imam asy- Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, hal. 264-265).
Dari hadits di atas dapat diambil beberapa tujuan dan hikmah disyariatkannya ziarah kubur, diantaranya: melaksanakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sarana untuk mengingat kampung akhirat, untuk melembutkan hati yang keras, meningkatkan rasa takut dan takwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan mendoakan keselamatan bagi diri sendiri dan saudara kita yang telah mendahului kita.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
| Oleh: Muhammad Yudo Agresi Akbari |
0 komentar:
Posting Komentar