UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » DAMPAK BURUK PERBUATAN DOSA DAN MAKSIAT

DAMPAK BURUK PERBUATAN DOSA DAN MAKSIAT

Written By Unknown on Rabu, 13 Februari 2013 | 08.07



Ketahuilah wahai saudaraku, perbuatan yang seorang hamba lakukan di dalam kehidupan dunia ini ada yang berdampak positif dan ada pula yang berdampak negatif. Sebagaimana halnya ketika hamba melakukan perbuatan baik dan senantiasa bersungguh-sunguh dalam kebaikan, maka Allah ta’ala akan mempermudah baginya jalan menuju ridho-Nya. Begitu pula sebaliknya, perbuatan dosa mempunyai pengaruh buruk yang sangat signifikan dan kompleks baik terhadap hati pelaku, badan maupun terhadap masyarakat sekitarnya. Dan pengaruh buruk tersebut dapat terjadi di dunia dan juga akhirat.

Maka pada kesempatan ini kami akan menyuguhkan kepada pembaca sepenggal dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat. Dengan harapan dapat membuat hati kita takut hanya kepada Allah semata, sehingga dengan taufik-Nya kita dapat meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat.

Diantara pengaruh buruk dari perbuatan dosa dan maksiat adalah:

Pertama: Menghalangi datangnya ilmu.

Ketahuilah, wahai saudaraku, ilmu adalah cahaya yang Allah ‘azza wa jalla berikan kepada hamba-Nya. Ketika seorang penuntut ilmu bermaksiat kepada Allah, maka Allah mencegahnya untuk mendapatkan ilmu. 

Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Imam asy-Syafi’i rahimahullah ketika beliau mengadukan tentang buruknya hafalan beliau dikarenakan maksiat yang beliau lakukan. Ia berkata:
Aku mengeluh kepada Waki’ akan buruknya hafalanku
Lalu ia membimbingku untuk meninggalkan maksiat
Beliau berkata: ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada yang suka bermaksiat

Sebaliknya jika seorang selalu menjaga ketakwaannya kepada Allah ‘azza wa jalla, maka ia akan mendapatkan limpahan ilmu. Ia akan dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, yang bermanfaat dan yang berbahaya. Dan ini merupakan ilmu sebagaimana Allah membukakan baginya ilmu lainnya yang tidak diberikan kepada orang selainnya. 

Kedua: Penyebab terhalangnya rizqi.

Perbuatan dosa dan maksiat akan menghalangi seseorang dari rizqi. Sebaliknya, takwa merupakan sebab Allah menganugerahkan rizqi bagi hamba-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Ketiga: Kesulitan dalam segala urusan.

Wahai saudaraku, seseorang yang senantiasa terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat akan mendapatkan banyak rintangan, kesulitan dan kesukaran dalam setiap urusan. Lain halnya dengan seseorang yang ketakwaan senantiasa bersemi dalam sanubarinya, maka ia akan mendapati segala urusannya mudah. Dan kemudahan tersebut akan selalu langgeng sampai di akhirat kelak. Hal ini sebagaimana firman Allah tabaaraka wa ta’ala dalam surat at-Thalaq ayat 4:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. at-Thalaq: 4)

Adapun di akhirat kelak, maka Allah akan meneguhkan dirinya dalam menjawab pertanyaan malaikat yang mendatanginya di alam kubur. Allah tabaaraka wa ta’ala berfirman:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27)

Keempat: Perbuatan dosa dan maksiat membuat hati menjadi gelap.

Efek kronis dari perbuatan dosa dan maksiat yang hamba lakukan akan memberikan noda hitam pada hatinya. Apabila seorang hamba tersebut terus dan senantiasa dalam kemaksiatan, maka hatinya akan menjadi gelap dan menjadi sulitlah hidayah Allah mengetuk pintu hatinya, dan hal tersebut dapat menjerumuskan dirinya ke dalam perkara-perkara yang lebih buruk lagi seperti, kesyirikan, bid’ah, kesesatan dan perkara-perkara yang membinasakannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya seseorang mukmin apabila berbuat dosa maka di beri titik hitam pada hatinya, apabila ia bertaubat, kemudian meninggalkan perbuatan dosa tersebut lalu beristighfar, maka bersihlah hatinya. Apabila ia terus dalam berbuat dosa maka semakin bertambah titik hitam tersebut sampai menutupi hatinya, itulah karat yang Allah sebutkan: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. (QS. al- Mutaffifin: 14)

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sesungguhnya kebaikan akan memberikan sinar di wajah, cahaya pada hati, keluasan rizqi, kekuatan badan, dan kecintaan di hati manusia. Adapun kemaksiatan memberikan hitam pada wajah, kegelapan dalam hati, kelemahan badan, kekurangan rizqi dan kebencian di hati manusia.” 

Kelima: Perbuatan dosa dan maksiat merupakan warisan umat-umat dahulu yang telah dibinasakan dengan berbagai macam adzab.

Berapa banyak umat-umat yang telah Allah ta’ala binasakan dikarenakan dosa dan maksiat. Allah membinasakan kaum Nuh ‘alaihissalam dikarenakan mereka berbuat kesyirikan di muka bumi ini dengan ditenggelamkan dengan banjir yang sangat besar. Kemudian disusul oleh kaum Nabi Hud ‘alaihisssalam yang Allah binasakan dengan adzab yang sangat pedih. Maka seorang mukmin hendaknya mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan menjauhi segala larangan-Nya.
Firman-Nya:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)

Keenam: Kemaksiatan dapat mewariskan kehinaan bagi pelakunya.

Sesungguhnya kemuliaan hanya dapat diperoleh dengan ketaatan kepada Allah ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.”
(QS. Fathir: 10)

Sebaliknya, perbuatan maksiat yang dilakukan seorang hamba akan melahirkan kehinaan dalam dirinya, yang mana hal tersebut dapat menyebabkan kehinaan pula bagi dirinya di akhirat kelak.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat beberapa pelaku kemaksiatan melalui lisannya, seperti laknat beliau atas wanita yang menyambung rambut atau yang meminta disambung, terhadap orang yang bertato atau meminta ditato (Muttafaq ‘alaihi).

Sebagaimana juga beliau melaknat orang yang makan riba, yang memberikan riba, penulisnya dan kedua saksinya (HR. muslim).

Sebab hal di atas termasuk bentuk kemaksiatan kepada Allah dan rasul-Nya, dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah maka Allah akan melaknatnya. Dan arti dilaknat di sini adalah dijauhkan dari rahmat Allah ‘azza wa jalla. 

Kedelapan: Penyebab kerusakan di muka bumi.

Di antara pengaruh yang sangat kompleks dari perbuatan dosa dan maksiat adalah terjadinya kerusakan di muka bumi seperti gempa bumi, tsunami, banjir bandang, krisis moneter dan lain sebagainya. Allah tabaaraka wa ta’ala berfirman: 
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41) 

Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati perkampungan kaum Tsamud. Beliau melarang para sahabatnya untuk melewati perkampungan mereka kecuali dalam keadaan menangis. Beliau juga melarang minum dari air-air mereka dan mengambil air dari sumur sumur mereka. 

Penutup

Hanya inilah sekelumit pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat yang dapat disuguhkan. Disana masih banyak lagi yang tidak diketahui kecuali oleh Allah ‘azza wa jalla. Kita memohon kepada Allah tabaaraka wa ta’ala agar senantiasa diberi pertolongan dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan ketaqwaan dalam sanubari kita dan terus bersemi di dalamnya sampai ajal menjemput kita.
[Oleh: Aulia Ramdanu]

MUTIARA ATSAR SAHABAT


Anas bin Malik rahdhiyallahu ‘anhu berkata (HR. Bukhari, no. 6127):
Sesungguhnya kalian mengerjakan perbuatan-perbuatan, yang pada pandangan kalian ia lebih lembut dari rambut, sementara kami dahulu para masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap termasuk dosa besar yang dapat membinasakan.

 Ibnu Mas’ud rahdhiyallahu ‘anhu berkata (HR. Bukhari):
“Sesungguhnya orang mukmin melihat dosanya seolah-olah ia berada di bawah gunung, ia khawatir gunung itu akan roboh menimpanya. Sedangkan tukang maksiat melihat dosanya seperti seekor lalat yang menempel di hidungnya, ia menyingkirkannya begitu saja dan lalat itu pun terbang.”

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS