UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » KEWAJIBAN MENITI JALAN PARA SAHABAT

KEWAJIBAN MENITI JALAN PARA SAHABAT

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 09.05




Diantara sikap ahlus sunnah kepada para sahabat adalah mengikuti sunnah jalan beragama mereka. Akan tetapi terkadang ada yang bertanya: “Kenapa harus mengikuti sahabat, kan sudah ada al-Qur’an dan hadits?!” Bahkan ada yang menghina para sahabat, menuduh mereka telah berbuat curang, mengkafirkan mereka dan perlakuan buruk lainnya. Na’udzu billah.

DEFINISI SAHABAT

Para sahabat adalah siapa saja yang bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beriman kepadanya dan mati dalam keadaan iman. Sedangkan siapa saja yang pernah bertemu dengan Nabi tapi tidak beriman, maka tidak disebut sahabat. Demikian pula orang yang pernah bertemu dengan Nabi, beriman kepada kenabian beliau, tapi murtad di akhir hayatnya. (Lihat al-Ishobah fi Tamyiiz ash-Shohabah)

MENGAPA HARUS PARA SAHABAT

Di bawah ini beberapa alasan mengapa seorang muslim harus mengikuti jalan para sahabat.
Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Allah dan Rasul-Nya memuji mereka dan menjajikan surga bagi mereka dan siapa saja yang meniti jalan mereka.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah: 100)
Dalam mengomentari ayat diatas Syaikh Abdurrahman bin Nasir as-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mengikuti Muhajirin dan Anshor adalah mengikuti mereka dalam hal akidah, amalan dan perkataan mereka, karena para sahabat adalah kaum yang selamat dari celaan, yang sangat terpuji dan mendapat karomah dari Allah (Taisir al-Karim ar-Rahman)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian setelahnya, lalu setelahnya.” (HR. al-Bukhori 11/460 dan Muslim 7/ 184)
Ibnu Mas’ud rahimahullah berkata: “Barang siapa yang hendak mencari teladan, maka teladanilah sahabat Rasulullah. Karena mereka yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling edikit memaksakan diri, paling lurus petunjuknya dan paling baik keadaanya. Mereka adalah kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya. Maka kenalilah fadhilah mereka dan ikutilah petunjuk mereka karena sesungguhnya mereka benar- benar di atas petunjuk yang lurus.”

2. Allah mengancam neraka bagi siapa saja yang menyelisihi jalan mereka

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (jalan para sahabat), kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’: 115)

3. Rasulullah memerintahkan umatnya untuk mengikuti mereka agar selamat dari neraka


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang masih hidup setelahku, niscaya akan mendapati banyak perselisihan. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnahnya Khulafaur Rasyidin.” (HR. Ahmad 4/126,127 dan Abu Dawud 4607 )

Beliau juga bersabda: “Telah terpecah orang-orang yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan dan terpecah orang nashara menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan akan terpecah ummatku menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya dalam neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka, wahai Rasulullah? Beliau berkata: Mereka adalah orang yang berdiri di atas apa yang aku dan para sahabatku berdiri di atasnya.” (HR Abu Daud and dishahihkan syaikh al-Albani dalam Shohih Sunan Abu Daud 3/115)

4. Rasulullah Melarang kita mencela mereka

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mencela sahabatku, janganlah kalian mencela sahabatku. Demi dzat yang jiwaku berada ditanganNya (demi Allah) seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud niscaya itu tidak akan menyamai infak mereka yang satu mud atau setengahnya.” (HR. al-Bukhori 3470 dan Muslim 2540)

Nabi juga bersabda:

"Tidaklah ada mencintai kaum Anshar kecuali seorang mukmin, dan tidaklah ada pula membenci mereka kecuali seorang munafik. Barangsiapa mencintai mereka niscaya Allah mencintainya, dan barangsiapa membenci mereka niscaya Allah membencinya."(HR. al-Bukhari 3783 dan Muslim 75)

5. Merekalah yang telah menyampaikan al-Qur an dan hadits kepada kita Kalau kita pikir sejenak, setelah kita mempelajari siroh Nabi dan para sahabatnya, maka akan kita dapati bahwa siapapun tidak akan bisa memahami al-Qur an dan sunnah kecuali dengan perantara para sahabat. Karena merekalah yang hidup bersama Nabi, mereka mengetahui dan memahami maksud dari wahyu tersebut. Jika mereka tidak memahaminya mereka langsung bertanya kepada Nabi.

Dari para sahabat, pemahaman tentang al-Qur’an dan as-Sunnah diwariskan kepada para Tabi’in kemudian umat setelahnya dan seterusnya sampai pemahaman itu sampai kepada kita. Maka tidak diragukan lagi bahwa melalui perantara sahabatlah kita bisa memahami al-Qur’an dan as- Sunnah. Tanpa mereka –setelah izin Allah tentunya- kita tidak dapat memahami keduanya dengan benar.

KEWAJIBAN MENGIKUTI SAHABAT

Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa wajib bagi setiap muslim untuk mencontoh dan mengikuti para sahabat. Karena Allah dan Rasul-Nya telah memuji mereka dan menjanjikan surga bagi mereka. Maka tidak mungkin ada sahabat yang tersesat dan masuk neraka karena Allah tidak pernah ingkar janji, bahkan suci dari sifat ingkar janji.

Orang yang telah dipuji dan dijanjikan surga oleh Allah sangat layak untuk kita ikuti. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk mengikuti jalannya para sahabat, semoga kita dikumpulkan bersama mereka kelak di hari kiamat dan semoga Allah menghinakan orang yang telah menghina para sahabat.
Amin ya Robbal ‘alamin. Wallahu ta’ala a’lam.
[Slamet Nur Raharjo]

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS