Salah satu hak muslim terhadap muslim lainnya adalah menjenguknya saat ia sedang sakit. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hak muslim atas muslim lainnya ada enam: apabila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila ia mengundangmu maka datangilah, apabila ia minta nasihat kepadamu maka nasehatilah ia, apabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah ia, apabila ia sakit maka jenguklah ia dan apabila ia meninggal dunia maka antarkanlah jenazahnya.” (HR. Muslim)
Saat menjenguk saudara yang sedang sakit hendaknya seorang muslim memperhatikan apa saja yang pantas dan yang tidak pantas untuk dilakukan berdasarkan syariat atau aturan agama Islam. Lalu seperti apakah Islam mengatur hal itu?
Dalam edisi kali ini insyaAllah akan kita paparkan beberapa adab yang dicontohkan saat menjenguk orang sakit. Selamat membaca.
Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit adalah salah satu sunnah yang dianjurkan dalam Islam. Orang yang melakukannya dengan baik dan sesuai dengan petunjuk Islam akan mendapatkan beberapa keutamaan yang telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antaranya adalah pahala yang besar yakni surga.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang menjenguk orang sakit akan berada di kebun-kebun surga sampai ia pulang.” (HR Muslim, no. 2568 )
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim menjenguk saudaranya sesama muslim yang sakit pada waktu pagi hari melainkan 70.000 malaikat akan mendoakannya sampai waktu sore. Apabila ia menjenguknya pada waktu sore, maka 70.000 malaikat akan mendo’akannya sampai waktu padi. Dan ia pun akan mendapatkan surga.” (HR. Abu Dawud no. 3098. Lihat Shahihul Jami’ no. 5767)
Adab-adab Menjenguk Orang Sakit
1. Niat Yang Baik
Menjenguk orang sakit merupakan amalan baik yang dianjurkan. Sebagaimana amalan lain, menjenguk orang sakit bisa disebut amal sholih jika dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai contoh Nabi shallallahu alaihi wasallam.
2. Bertanya Kepada si Sakit Tentang Keadaannya
Dengan bertanya kepada si sakit bisa membuat hatinya merasa senang karena mendapat perhatian dari saudaranya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengunjungi salah seorang sahabat dan berkata: “Bagaimana keadaanmu?” Sahabat itu menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku mengharapkan ridha Allah namun aku takut akan dosaku.” Kemudian Rasulullah bersabda: “Tidaklah berkumpul dalam hati seorang hamba seperti keadaan ini, melainkan Allah pasti akan memberikan apa yang ia harapkan dan menghilangkan ketakutannya.” (HR. at-Tirmidzi dan beliau berkata: hadits ini hasan)
3. Menghibur Si Sakit dan Memberinya Motivasi Untuk Bersabar
Orang yang sakit biasanya merasakan ketidaknyamanan pada jiwanya. Terkadang ia merasa sedih dan putus asa karena rasa sakit yang ia derita. Maka orang yang menjenguknya hendaknya memberi motivasi kepadanya untuk bersabar dan menghiburnya agar ia tidak menganggap bahwa ia telah rugi karena kehilangan nikmat sehat saat sakit. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara menjelaskan kepada si sakit bahwa di balik musibah yang ditimpanya pasti telah ada hikmah yang masih menjadi rahasia Ilahi.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk orang sakit dan berkata kepada si sakit: “Tidak apa apa, semoga penyakit ini menjadi penghapus dosa insya Allah.” (HR al-Bukhari, no. 5656)
Dalam kesempatan lainnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjenguk Ummu ‘Ala, bibi Hizam bin Hakim al-Anshari yang sedang sakit. Beliau membesarkan hati Ummu ‘Ala dengan berkata: “Bergembiralah, wahai Ummu ‘Ala, sesungguhnya Allah akan menggugurkan dosa-dosa orang yang sakit dengan penyakitnya, sebagaimana api menghilangkan kotoran-kotoran dari biji besi.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud, Shahih at-Targhib, 3438)
4. Meruqyah dan Mendoakan si Sakit
Dalam melakukan kunjungan kepada si sakit, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk berdekatan dengan arah kepala orang yang sakit, atau meletakkan tangan di kening, wajah dan mengusap-usap dada dan perut si sakit. Beliau menanyakan kondisinya. Beliau juga pernah menanyakan tentang apa yang diinginkan oleh orang sakit itu. Apabila menginginkan sesuatu yang tidak berbahaya, maka beliau meminta seseorang untuk membawakannya, dan sembari menempelkan tangan kanannya di tubuh orang yang sakit, beliau membaca doa (di antaranya):
Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa ‘Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu. Dibaca 7 X . (Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, no. 416)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Jibril mendatangiku dan berkata: Wahai Muhammad apakah engkau sedang sakit? Aku berkata: Iya. Maka jibril berdo’a:
بِاسْمِ اللهِ أَرْقِیْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ یُؤْذِیْكَ مِنْ شِرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْعَیْنٍ حَاسِدٍ اللهُ یَشْفِیْكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِیْكَ
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala yang mengganggumu, dari keburukan setiap jiwa atau kedengkian mata, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu” (HR. Muslim no. 2186)
5. Tidak Mencela Penyakit
Penyakit bukanlah sebuah mimpi buruk. Ada rahasia Ilahi di baliknya. Dengan demikian, hendaknya orang yang menjenguk tidak mencaci penyakit yang diderita si sakit atau memprofokasi si sakit untuk mencerca penyakitnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menegur orang yang mencaci demam (al-hummaa) dengan sabdanya: “Janganlah engkau cela demam itu.” (HR. Muslim, 2575)
6. Menjenguk si sakit meski ia hanya anak kecil
Meskipun orang yang sedang sakit masih kecil, kita tetap dianjurkan untuk menjenguknya. Nabi pernah melakukan hal tersebut. Seorang perowi hadits yang masyhur, yakni Imam al-Bukhori rahimahullah telah membuat bab khusus tentang hal ini dalam kitab haditsnya. Beliau memberi nama bab tersebut “Iyadatus Shibyan” (Bab: menjenguk anak kecil).
7. Menjenguk Lain Jenis
Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menjenguk muslimah atau sebaliknya meskipun bukan mahromnya, dengan syarat aman dari fitnah dan menjaga ketakwaan kepada Allah dengan menahan pandangan. Allahu a’lam.
Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori bahwa ‘Aisyah radhiyallahu 'anha pernah menjenguk Abu Bakar dan Bilal. ‘Aisyah berkata: “Wahai ayahku, apa yang kau rasakan? Wahai bilal, apa yang kau rasakan. “(HR. al-Bukhori no. 5654)
Dalam sebuah hadits telah disebutkan pula bahwa Nabi pernah menjenguk seorang wanita miskin yang sakit. (HR. Malik 531 secara mursal. Dishahihkan Ibnu Abdil Barr secara tersambung VI/254)
8. Memperhatikan Waktu Saat Menjenguk Orang Sakit
Seorang yang hendak menjenguk orang sakit hendaknya memperhatikan dan benar-benar memperhatikan waktu menjenguk. Jangan sampai menjenguk di saat si sakit sedang beristirahat atau saat-saat yang lain yang tidak memungkinkan bagi si sakit untuk menerima orang yang menjenguknya. Dalam hal ini orang yang menjenguk hendaknya memperhatikan kebiasaan setempat, yakni menjenguk orang sakit di saat-saat yang orang terbiasamenjenguk.
Suatu saat di siang hari di musim panas, ada sesorang yang berkata kepada Imam Ahmad: “Fulan sakit.” Beliau menjawab: “ Ini bukan waktu untuk menjenguk.” (al-Adab asy-Syar’iyyah II/189)
Demikian tadi di antara adab menjenguk orang sakit. Tentunya di sana masih banyak adab-adab yang lain. Namun yang sedikit ini, Semoga kita bisa mengamalkannya dan mendapat pahala yang melimpah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Amin ya Robbal ‘alamin.
[Slamet Nur Raharjo]
0 komentar:
Posting Komentar