UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » » MEMPERBANYAK ISTIGHFAR DI WAKTU SAHAR

MEMPERBANYAK ISTIGHFAR DI WAKTU SAHAR

Written By Unknown on Sabtu, 09 Februari 2013 | 16.45


Manusia mana yang tidak ingin bahagia. Tentu kita semua ingin bahagia, hanya saja banyak orang yang tidak tahu arti kebahagiaan yang hakiki, atau tidak tahu jalan menuju kebahagiaan itu, atau pura-pura tidak tahu karena hawa nafsu syahwat dan syubhat. Seorang ulama mengabarkan kepada kita tentang ciri dari kebahagian itu, yaitu: Apabila diberi ia bersyukur, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan bila berdosa ia segera beristighfar (meminta ampun kepada Allah). (al-Ushul al-Arba’, Syaikh Muhamad bin Sulaiman at-Tamimi)

Poin yang ketiga inilah yang insyaAllah akan kita renungi bersama, karena betapa  hebatnya manusia sekarang melakukan dosa, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang- terangan, baik siang ataupun malam. Sikap terbaik bagi orang seperti ini adalah beristighfar  kepada Allah ta’ala. Allah berfirman di dalam hadits qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat salah siang dan malam, dan Aku Maha mangampuni dosa-dosa kalian semua, maka beristighfarlah kepadaku, pasti Aku mengampuni kalian”. (HR. Muslim no. 2577)
Tidak bisa mengelak bahwa kita juga pernah berbuat dosa dan maksiat, terasa ataupun tidak, karena tidak ada anak Adam yang bisa terlepas dari dosa kecuali al-Ma’shum Rasulullah n. Sebab jiwa manusia cenderung menyuruh berbuat dosa, sehingga dapat dipastikan manusia akan terjerumus kedalam dosa dan maksiat. Bahkan kalaulah hamba itu tidak berbuat dosa, maka Allah akan menciptakan makhluk yang berbuat dosa, sebagaimana di jelaskan dalam hadits shohih:
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sekiranya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantikan kalian dengan suatu kaum yang berbuat dosa, kemudian mereka beristighfar kepada Allah, maka Dia mengampuni mereka. (HR. Muslim no. 2749)
Diantara karunia, anugerah dan rahmat Allah ta’ala kepada para hamba-Nya yaitu dimudahkannya jalan untuk keluar dari gelimang maksiat dan dosa, walaupun seorang itu telah sampai kepada puncak dosa sekalipun, asalkan ia mau benar-benar kembali. Dan Allah akan terus membuka pintu taubat hingga matahari terbit dari barat. Sabda Nabi n: “Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk
mengampuni pelaku dosa di siang hari, dan Dia membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk mengampuni pelaku dosa di malam hari sampai matahati terbit dari barat”. (HR. muslim no. 6979)
Bukankah Allah telah mengampuni seorang pembunuh kelas kakap yang telah membunuh bukan hanya satu, dua, atau tiga, tapi seratus, sebagaimana di jelaskan dalam hadits shohih yang dikabarkan oleh Rasulullah n. Cukuplah ini menjadi bukti akan luasnya ampunan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.

KEUTAMAAN ISTIGHFAR

Sesungguhnya istighfar dari dosa dan maksiat merupakan keharusan bagi setiap muslim dan merupakan esensi dari ubudiyahnya kepada Allah ta’ala, yang mana agama tidak tegak kecuali dengan tauhid dan istighfar. (Baca surat Hud ayat 1-3)
Allah memberi kemudahan kepada hamba-Nya untuk melakukan istighfar. Dia dapat melakukannya pada situasi dan kondisi yang memungkinkan baginya, baik di waktu siang maupun malam, sendirian atau di tengah keramaian, di waktu sehat maupun sakit, di waktu safar atau mukim, dalam kondisi duduk maupun berdiri, dalam keadaan suci ataupun berhadats. Maka, tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak beristighfar.

Sering kali Allah Robull Alamin menyebutkan pentingnya beristighfar dan keutamaanya. Dia memuji ahli taubat dan ahli istighfar di dalam kitab-Nya, demikian pula dengan Nabi-Nya Muhammad n. Dan kami ingin menyebutkan sebagian keutamaan istighfar  yang telah diterangkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

1. Penyebab Terhapusnya Dosa, Turunnya Hujan, serta Melimpahnya Harta dan Keturunan.

Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala di dalam surat Nuh ayat 10-12. Firman-Nya:
“Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)

2. Penolak Bencana.

Allah ta’ala berfirman:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. al- Anfal: 33)

3. Merupakan Amalan Rutin Rasulullah n.

Ini menunjukan bahwa istighfar memiliki banyak keutamaan, kebaikan dan barokah. Rasulullah n biasa beristighfar sehari sebanyak tujuh puluh kali atau bahkan lebih, padahal beliau -sebagaimana kita ketahui- telah diampuni dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Maka bagaimana dengan kita yang setiap siang dan malam berbuat dosa dan maksiat, sudah sepantasnya dan seharusnya kita melakukan lebih banyak lagi. Dari al-Aghar al-Muzaniz, bahwasanya Rasulullah n bersabda: “Sungguh aku memohon ampun kepada Allah setiap hari sebanyak seratus kali”. (HR. Muslim no. 2702)

4. Merupakan Syiar para Nabi.

Tidak ada seorang Nabi pun kecuali beristighfar dan berdoa untuk dirinya sendiri dan umatnya. Lihatlah bapak kita Adam ‘alaihissalam meminta ampunan kepada Allah, juga Nabi Musa dan Nabi Daud serta yang lainya ‘alaihimussalam.

5. Merupakan Pondasi Ibadah.

Dikatakan pondasi ibadah karena dengan beristighfar berarti seorang hamba telah merendahkan diri, tunduk patuh di hadapan yang mengurus segala urusan, yaitu Allah subhanahu ta’ala. Tiada yang berhak diibadahi kecuali Dia semata.

6. Merupakan Kebutuhan Manusia.

Seorang manusia sangat butuh beristighfar kepada Allah ta’ala, karena ia terus berbuat salah, baik siang maupun malam, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Apabila ia beristighfar, maka Allah akan mengampuninya. 

KEUTAMAAN ISTIGHFAR DI WAKTU SAHAR

Istighfar disyariatkan di setiap waktu, namun menjadi wajib apabila seorang hamba melakukan dosa dan maksiat, dan dianjurkan setelah mengerjakan amalan shalih; seperti setelah sholat fardhu lima waktu, terlebih lagi di sepertiga malam terakhir, sebab Allah ta’ala banyak memuji para hamba-Nya yang meminta ampun di waktu tersebut.
Ketika malam semakin gelap, sunyi, sepi tanpa suara, waktu itulah yang tepat untuk bermunajat, berbisik-bisik bersama Sang Khaliq, menyendiri bersama-Nya, mencurahkan isi hatinya dan kebutuhan kepada-Nya semata. Ketika hati bisa khusyu’ ingat Rabb alam semesta, mengakui kelemahan diri dan mengagungkan kebesaran Tuhan, maka hati menjadi tenang karena berdzikir kepada Pemilik langit dan bumi, hati bisa riang karena keluasan rahmat dan karunia-nya. Allah ta’ala berfirman seraya memuji mereka:

“Dan Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka’. (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahar.” (QS. Ali Imron: 15-17)
Firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam, dan selalu memohon ampunan di waktu sahar.” (QS. adz- Dzariyat: 15-18)
Kata ‘Ashar’ merupakan bentuk jamak dari kata ‘sahar’ yang bermakna sepertiga  malam terakhir atau waktu sebelum fajar. Pengkhususan waktu sahar dengan beristighfar, karena pada saat itu doa mustajab, dan badan terasa berat beribadah di waktu itu.

Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi pada waktu tersebut:
“Manakah orang yang beristighfar, sehingga Aku ampuni dia. (HR. Bukhari & Muslim) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah v berkata:“Pada akhir malam di hati manusia ada konsentrasi, kedekatan, dan kelembutan yang tidak didapati di waktu lain, dan ini sangat cocok dengan turunnya Allah ke langit dunia. Dia berfirman: “Adakah orang yang berdo’a? Adakah orang yang meminta? Adakah orang yang bertaubat”? (al-Istighfar, Aziz bin Farhan hlm. 35)

Tidaklah Allah turun ke langit dunia kecuali di waktu sahar. Ini merupakan kesempatan terbaik bagi hamba untuk berkomunikasi lebih dekat bersama Pemiliknya, Pengurusnya setelah lalai di siang hari. mengadukan segala keluh kesahnya, meminta segala keinginannya. 
Sebab tidaklah Allah turun dalam satu hari kecuali pada waktu sepertiga malam. Sabda Nabi n:
“Tuhan kita tabaroka wa ta’ala senantiasa turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa berdo’a kepada-Ku maka Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku akan Aku beri, siapa yang beristighfar maka Aku ampuni.”( HR. Muslim no. 1772)

TELADAN GENERASI SALAF

Para salaf (generasi terdahulu) yang tidak diragukan lagi semangat mereka dalam beribadah, terus berlomba dalam kebaikan dan takwa. Mereka saling mengalahkan satu sama lain dalam masalah ibadah. Sehingga hal ini dipuji oleh Allah ta’ala dalam al-Qur’an dan di dalam hadits Rasulullah n sebagai generasi terbaik umat ini.
Adalah Abdullah ibnu Umar, sebagaimana diriwayatkan dari Nafi, ia berkata:” Ibnu Umar senantiasa menghidupkan malamnya dengan sholat. Ia bertanya:” Wahai Nafi, apakah sekarang sudah sampai sepertiga malam? Apabila aku jawab belum, beliau melanjutkan sholatnya dan apabila aku katakan iya, beliau duduk dan beristighfar sampai datang waktu shubuh. (Risalah al-Istighfar bil Ashar, Dr. Utsman)
Ibnu AbbaszBerkata: “Dulu kita mempunyai dua pengaman, salah satunya telah tiada, sedangkan yang satunya masih tersisa”. (al-Istighfar,. Hlm. 136)
Maksud beliau, pengaman yang pertama adalah Rasulullah n dan yang kedua adalah istighfar kepada Allah ta’ala.
Ketahuilah wahai saudaraku! tidak ada lagi benteng terakhir untuk menolak bencana kecuali dengan beristighfar kepada Pemilik langit dan bumi. Oleh karena itu, marilah kita selalu beristighfar siang dan malam, mudah-mudahan dosa kita dimaafkan oleh-Nya.
(Oleh: Ahmad Taufiq)

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS