Dunia yang begitu indah dan manis terkadang membuat terlena orang yang tinggal di dalamnya. Sehingga tidak sedikit dari kaum muslimin yang terlupakan akan kampung abadinya yaitu kampung akhirat. Kalau sekiranya setiap mukmin ketika ditanya, “apakah ia akan kekal di dunia?” pasti tidak ada yang mengatakan dirinya kekal. Mereka akan menjawab bahwa mereka akan kembali keharibaan Sang penciptanya. Akan tetapi karena minimnya pengetahuan agama tentang hakikat kehidupan yang sebenarnya dan keindahannya, dunia membuatnya terbuai dari perintah Allah dan Rasul-Nya. Sehingga segala urusannya selalu menomorsatukan dunia, mengambil ibarat dari orang barat “time is money”.
Maka gerak-gerik dan segala langkahnya selalu berbau dunia, perkara akhirat dijadikannya perkara yang paling belakang. Sedikit di sini kami ingin mengungkapkan hakikat dunia ini. Semoga bermanfaat.
AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH MENGGAMBARKAN DUNIA
Begitu banyak kita dapati di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang mensifati kehidupan dunia dengan kehinaan. Di antara ayat-ayat yang menggambarkannya adalah sebagai berikut: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus: 24)
Firman-Nya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” QS. al-An’am: 32)
Imam al-Qurthubi berkata: “Dikatakan perhiasan dunia adalah main-main dan senda gurau yaitu yang berhasrat terhadap kehidupan dunia maka tidak ada balasan baginya ia kedudukannya seperti main-main dan senda gurau, dan dikatakan juga laib wa lahwun yaitu kebatilan dan tipuan.” (al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, jilid 3 hal. 322-323)
Adapun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kehidupan dunia seperti yang ada pada beberapa hadits di bawah ini. Beliau menjelaskan: “Kehidupan dunia ini apabila dibandingkan dengan kehidupan Akhirat seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan. Perhatikanlah, kira-kira apa yang tersisa (di jarinya), beliau sembari mengisyaratkan dengan jari telunjuknya.” (HR. Muslim no. 55 {7197})
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Dunia itu terlaknat, terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang dicintai-Nya, orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu.” (HR. Tirmidzi no. 2322 dan Ibnu Majah no.4112 dan dihukumi hasan oleh Syaikh al-Albani)
Syaikh as-Sindi rahimahullah berkata: “Dunia terlaknat; yang dimaksud dengan dunia ialah segala hal yang dapat menyibukkan diri dari Allah ta’ala dan menjauhkannya, Allah melaknatnya dan menjauhkan dari pandangan-Nya. (Syarah Sunan Ibni Majah hal. 428)
Dari Mustaurid bin Syaddad ia berkata: “Dahulu aku bersama rombongan kafilah yang berhenti bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di depan seekor bangkai anak kambing. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Apakah kalian melihat ini, begitu hina di hadapan pemiliknya ketika mereka membuangnya. Para sahabat berkata: karena hina maka pemiliknya membuangnya, wahai rasulullah. Rasulullah bersabda:
“Dunia ini lebih hina di sisi Allah dibandingkan dengan bangkai kambing ini di hadapan pemiliknya.” HR. Tirmidzi no. 2311 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengibaratkan dunia ini seperti melebihi bangkai kambing yang manusia enggan untuk mengambilnya. Akan tetapi realita yang kita hadapi dimana manusia saling berlomba-lomba untuk mengejar dan menggapainya, sehingga tidak heran jika manusia berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara, baik dengan halal maupun yang haram. Ketika manusia berlomba-lomba mengumpulkan harta dan menggunakannya bukan di jalan Allah. Ini merupakan salah satu tanda-tanda hari kiamat. (Lihat: Asyratus sSa’ah karya Yusuf Wabil, hal. 148)
BAHAYA MENCINTAI KEHIDUPAN DUNIA
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam sabdanya: “Barangsiapa yang kehidupan dunia sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di depan matanya dan tidaklah dunia datang kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah satukan urusannya dan dijadikan baginya kecukupan dalam hatinya dan dunia datang kepadanya sedang ia tidak mengharapkannya.” (HR. Ibnu Majah no. 4105 dan dihukumi shahih oleh Syaikh al-Albani)
Para Salaf berkata: “Sesungguhnya cinta terhadap dunia merupakan pokok dari segala kesalahan dan merusak dapat agama. Hal tersebut dinilai dari berbagai segi:
Pertama: sesungguhnya mencintainya tanda dari mengagungkannya, padahal ia hina di sisi Allah, dan diantara dosa yang paling besar adalah mengagungkan apa yang Allah anggap hina.
Kedua: sesungguhnya Allah melaknat, membenci, dan memurkainya, kecuali apa Allah kecualikan (sebagaimana dalam hadis di atas), maka siapa yang mencintai apa yang Allah laknat, benci dan murkai sungguh ia telah menceburkan dirinya ke dalam fitnah, kebencian dan kemurkaannya.
Ketiga: sesungguhnya jika seorang hamba mencintainya dan menjadikan akhir dari tujuannya dan menjadikannya wasilah (sarana) dengan amalan-amalan yang mana Allah menjadikan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan ke negeri akhirat, ketika perkaranya menjadi terbalik dan membalikkan hikmah maka hatinya pun menjadi terbalik dan langkahnya pun berjalan menuju ke belakang (Lihat: ‘Uddah ash-Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin karya Ibnul Qayyim hal. 222)
REALITA KEHIDUPAN MANUSIA DI DUNIA
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. at-Takastur: 1-8)
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata: “Allah mengabarkan bahwa sesungguhnya bermegah-megahan menyibukkan manusia dan melalaikan dari Allah dan kampung akhirat sampai kematian menjemputnya.“ (‘Uddah ash-Shobirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin, hal. 176)
Beliau berkata juga (di kitab yang sama hal. 173): “Kehidupan dunia sebenarnya tidak tercela, sesungguhnya yang menjadikannya tercela adalah perbuatan manusia di dalamnya. Dunia itu adalah
jembatan menuju surga atau neraka, akan tetapi ketika nafsu syahwat terhadap dunia, keterlenaan dan keterpalingan dari Allah dan negeri akhirat maka dunia menjadi tercela.”
KEHIDUPAN AKHIRAT KEHIDUPAN YANG KEKAL
Seorang mukmin yang beriman kepada hari akhir selalu mengedepankan kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang kekal abadi. Ketika ia bekerja atau melakukan perbuatan yang bersifat duniawi, maka hendaknya ia menjadikan hal tersebut bernilai ibadah di sisi Rabb-nya, sehingga iapun menuai ganjaran dari hal tersebut. Lain ceritanya dengan orang yang tidak beriman dengan hari pembalasan, ia akan menjadikan segala potensi yang ia miliki dan kuasai untuk menggapai kehidupan dunia semata. Allah menggambarkan sifat akhirat sebagai negeri yang kekal abadi.
Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al- A’la: 17)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pahala di sisi Allah pada hari kiamat nanti lebih baik daripada dunia dan lebih kekal, sesungguhnya dunia negeri yang fana, adapun akhirat lebih mulia dan kekal abadi. Bagaimana mungkin orang yang berakal mementingkan yang fana dari pada yang kekal, memperhatikan dunia padahal cepat binasa dan meninggalkan perhatiannya terhadap negeri abadi dan kekal.” (Tafsir Al-Quranul Adzim, 14/326)
Adalah Syadad bin Aus radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Sesungguhnya kalian tidak akan mengetahui
kebaikan kecuali dengan sebab-sebabnya dan tidak akan mengetahui keburukan kecuali dengan sebab- sebabnya. Kebaikan seluruhnya dengan segala sisinya berada di surga. Keburukan seluruhnya dengan segala sisinya berada di neraka. Dan sesungguhnya dunia ibarat harta yang telah tersedia bagi orang yang baik dan yang buruk untuk menyantapnya. Dan akhirat adalah janji yang benar yang seorang Raja dan Maha Kuasa memutuskan perkara padanya. Pada setiap hal tersebut ada pengikutnya, maka jadilah pengikut akhirat dan janganlah kalian jadi pengikut dunia. (Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 34)
PENUTUP
Itulah sedikit untaian firman Allah dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan sedikit tambahan yang semoga dengannya mengingatkan diri-diri kita dari yang kefanaan kehidupan dunia. Dan sebagai pengingat bagi yang terlupa akan langkah panjang yang akan dihadapi esok kelak. Semoga Allah selalu melimpahkan karunia dan taufiqnya dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya.
Oleh: Aulia Ramdanu
0 komentar:
Posting Komentar