PANDAI BERSYUKUR KEPADA ALLAH
Kita sering mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh sebagian orang
di sekitar kita. Pertanyaan tersebut akan membuat kita sulit untuk menjawabnya, jika
kita tidak mau menerima keadaan diri kita sendiri. Mereka akan bertanya, apakah
kamu termasuk orang yang bodoh? Jika ya, Anda benar, karena manusia dilahirkan dari
perut ibunya tanpa ilmu, namun karena bodoh itulah yang membuat manusia terus
belajar dan meraih kecerdasannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (QS. an- Nahl: 78)
Dengan ilmu, kita dapat mengetahui keagungan Allah subhanahu wa ta’ala
sehingga kita mengakui bahwa Allah ta'ala semata yang berhak diibadahi. Firman-Nya:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Jika Anda ditanya, Apakah Anda seorang yang miskin? Jika ya, maka jangan
menyesali dan mengutuk kondisi Anda. Tetapi, terima dan syukurilah apa yang telah
diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kita, karena Allah ta’ala akan menambah
kenikmatan kepada kita, jika kita bersyukur dan Allah ta'ala akan mengadzab orang-
orang yang kufur terhadap nikmat-Nya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah
subhanahu wa ta’ala:
“Dan ingatlah juga, tatkala Tuhan-mu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari
nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim :7)
Apapun karakter dan kondisi Anda, terimalah kemudian buatlah strategi untuk
membuatnya menjadi kunci sukses, bukan kunci kelemahan. Biasanya orang buta
memiliki pendengaran yang tajam. Namun, sebenarnya bukan pendengaran tajam
yang dia miliki, tetapi ia fokus pada kekuatan yang ada, bukan meratapi kelemahannya.
Itulah yang dilakukan oleh Ulama’ besar abad ini, yaitu Syaikh Abdulaziz bin Abdullah
bin Baz rahimahullah, beliau buta tetapi ilmunya bagaikan air yang ada di samudera
dan menjadi ahlu fiqh di zaman tersebut. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa
ta’ala yang menyuruh kita agar mensyukuri nikmat yang telah diberikan.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.” (QS. al-Baqarah: 172)
BERSEGERA MEMANFAATKAN WAKTU
Waktu adalah momentum untuk berprestasi. Demi masa, demikianlah Allah
subhanahu wa ta’ala bersumpah. Bukan main-main tentunya, karena Allah ta’ala
menegaskan setelah itu bahwa sesungguhnya manusia akan merugi kalau tidak
memperhatikan waktu, kecuali 4 golongan. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa
ta’ala:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasihat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS.
al-‘Ashr: 1-3)
Menyikapi ayat ini Imam Syafi’i rahimahullahu berkata, “Jikalau Allah tidak
menurunkan hujjah kepada manusia (untuk mengazab) kecuali hanya surat ini, maka ia
telah cukup bagi mereka.”
Surat ini merupakan intisari bahwa hidup adalah kumpulan waktu. Barangsiapa
yang tidak mampu menggunakan waktunya dengan baik, maka dialah orang yang
dijamin bakal merugi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, ”Ada dua nikmat dimana
banyak orang tertipu dengan keduanya: nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. al-
Bukhari dari Ibnu Abbas)
Maka dari itulah, Anda tidak perlu menunggu esok untuk melakukan perubahan.
Ambil pelajaran hari ini, evaluasi dan perbaikilah sekarang juga. Jangan berpikir untuk
mengubah gaya belajar Anda tahun depan atau semester depan. Jika bisa sekarang,
kenapa tidak? Jangan berpikir untuk tidak nyontek pada saat ujian di masa depan, akan
tetapi mulailah tidak menyontek pada ujian yang diselenggarakan hari ini. Mulailah
hari ini untuk memanfaatkan akal yang telah Allah subhanahu wa ta’ala anugerahkan
kepada Anda.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata,
“Bila engkau berada di waktu sore hari, janganlah menunggu hingga pagi; jika engkau
di waktu pagi janganlah menunggu sore; pergunakanlah waktu sehatmu sebelum
datang waktu sakitmu dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum datang waktu
kematianmu.” (HR. al-Bukhari)
Banyak orang ingin mengubah cara belajar dan mengajarnya nanti saat ia
sudah siap. Nanti saat fisiknya sudah mendukung. Nanti saat ia sudah memiliki
keamanan. Nanti saat banyak orang mendukung. Dan nanti saat mental kita betul-
betul siap. Mengapa tidak dimulai saat ini? Jangan menunggu kesempurnaan, karena
kesempurnaan itu sendiri tidak ada. Yang ada adalah proses menuju kesempurnaan.
Sedangkan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah ta’ala.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. ar-Rahman: 26-27)
Orang bijak mengatakan: “future is planning, yesterday is history, today is
present”. Masa depan adalah rencana, kemarin adalah sejarah dan sekarang adalah
hadiah. Maka ambillah hadiah itu. Ambil hari ini. Mulailah sekarang juga. Karena ada
tiga hal yang tak pernah kita dapatkan kembali yaitu kata yang telah diucapkan, waktu
yang telah lewat, momentum atau kesempatan yang diabaikan.
Kalau kita melihat sejarah para shahabat radhiyallahu ‘anhum dahulu, mereka
memanfaatkan momentum itu dengan baik, seperti kisah ‘Ukasyah yang ketika
itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memaparkan tentang profil penghuni
surga yang masuk tanpa hisab dan tanpa adzab, kemudian ia bangkit dan berkata,
“berdo’alah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.”
Beliau bersabda,” engkau termasuk golongan mereka.” Kemudian ada lelaki lain
bangkit dan berdiri,” berdo’alah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk
golongan mereka.” Beliau menjawab,” Engkau sudah didahului Ukasyah.” (HR. al-
Bukhari dari Ibnu Abbas)
Kisah ini menunjukkan bahwa Ukasyah radhiyallahu ‘anhu berlomba meraih
kebaikan dan merebut momentum itu, yaitu surga. Ukasyah radhiyallahu ‘anhu
mengasah kepekaan jiwanya dan meraih doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih
cepat dari pada yang lainnya karena dia adalah seorang shahabat yang menyertai Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai peperangan.
Kisah yang menarik lagi yaitu kisah Hanzhalah radhiyallahu ‘anhu yang dimandikan
malaikat karena ia segera berjihad setelah mendengar seruan jihad, padahal ia sedang
mengumpuli istrinya. Segera ia berangkat dalam keadaan junub, belum sempat mandi
dan akhirnya ia mati syahid. Maka ia pun dijuluki “Ghasilul Malaikah” orang yang
dimandikan malaikat.
Bagaimana kesigapan-kesigapan semacam ini bisa terasah? Tentu ia pribadi
yang menyadari kelemahan dirinya, bukan pribadi yang merasa besar diri.
| Oleh : Nasrudin Hadi |
0 komentar:
Posting Komentar