UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » URGENSI TAZKIYATUN NUFUS (1) (Upaya Membenahi Diri)

URGENSI TAZKIYATUN NUFUS (1) (Upaya Membenahi Diri)

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 07.26



Setiap manusia sehebat apapun imannya pasti tidak pernah luput dari noda
dan dosa. Sejalan dengan bertambahnya usia anak Adam, maka semakin bertambah
pula dosanya. Dosa memberikan bekas yang nyata pada sanubari seorang hamba.
Ketika hati diperhatikan, maka kebahagianlah yang akan dipetik. Namun apabila hati
tidak pernah diperhatikan, maka pemiliknya selalu terdekap dalam perbuatan
munkar, sanubari akan kotor, sehingga kesengsaraan di dunia dan akhirat yang kelak
akan ia dapatkan.
Sang Maha Kuasa Allah ‘azza wa jalla hanya memandang seorang hamba dari
hati dan amalannya, Ia tak memandang dari keelokan wajah dan hartanya.
Seseorang dituntut selalu membersihkan hati dengan amalan-amalan yang
disyariatkan. Sehingga ketika menghadap Rabb-nya, ia dalam keadaan diridhai oleh-
Nya. Sebagai upaya membenahi diri dan jiwa, pada kesempatan ini kami akan
menyuguhkan beberapa untaian kalimat tentang urgensi Tazkiyatun Nufus.

Hakekat Tazkiyatun Nufus

Tazkiyatun nufus tersusun dari dua kata yaitu tazkiyah yang diambil dari kata
kerja zakkaa-yuzakkii-tazkiyatan yang berarti membersihkan atau menyucikan.
Sedangkan nufus merupakan bentuk jamak dari nafs yang berarti ruh atau jiwa. (al-
Mu’jamul al-Wasith hal. 421 & 970)
Secara terminologi ialah, “upaya untuk membersihkan hati dari kesyirikan,
akhlak buruk dan noda maksiat untuk menjalankan apa yang diperintahkan syariat
dan yang dianjurkan al-Qur’an dan as-Sunnah.” (Wasa’il fi Tazkiyah an-Nufus hal. 15)

Tazkiyatun Nufus Di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah

Tazkitayatun nufus merupakan perintah Rabb jalla jalalahu. Hal ini sejalan
dengan visi dan misi diutusnya para rasul di muka bumi, yang di antaranya ialah
untuk membersihkan hati umatnya dari bermacam-macam penyakit hati.
Perhatikanlah baik-baik firman Allah ‘azza wa jalla di bawah ini.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:


Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah, dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(QS. Ali Imran: 164)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “yuzakkii yaitu memerintahkan
manusia kepada yang ma’ruf dan melarang dari perkara yang munkar untuk
membersihkan dan menyucikan hati dari noda dan kotoran yang sebelumnya
mereka bercampur dengannya ketika berada dalam kesyirikan dan masa Jahiliyah.
(Tafsir ibn Katsir hal. 251)
Adapun dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu sabda beliau:

Ya Allah, berikanlah ketaqwaan bagi hatiku, dan bersihkanlah ia karena Engkaulah
sebaik-baik yang membersihkan, Engkaulah Maha pelindung dan pemeliharanya.
(HR. Muslim no. 2722)

Sarana Tazkiyatun Nufus

Sebagian orang salah dalam memaknai sarana atau cara untuk menuju
kepada tazkiyatun nufus yang masyhur dengan istilah penyucian jiwa. Dari kaum
muslimin ada yang memahaminya dengan cara yang beraneka ragam, di antaranya
dengan menggunakan musik dan nyanyian, atau meninggalkan perkara-perkara
mubah dalam rangka beribadah, seperti meninggalkan dunia sama sekali, bahkan
ada juga yang bersemedi di tempat-tempat yang dianggap keramat, dan beberapa
sarana lainnya yang tidak ada contohnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kemudian, sebagian pemuda membuat amalan yang tidak ada contohnya
dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wasallam apa yang dikenal dengan Mabit
atau malam bina iman dan taqwa, diacara ini banyak sekali bid’ah munkar yang tidak
pernah dicontohkan oleh tiga generasi utama dalam hal ilmu dan amal.
Perlu diketahui, sesungguhnya semua amalan-amalan yang telah Allah
syariatkan dalam al-Qur’an dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan di
dalam banyak haditsnya adalah perkara-perkara yang dapat membersihkan hati.

Adapun amalan-amalan khusus yang dibuat di luar jalur syariat tidak dapat
membersihkan hati bahkan sebaliknya dapat mengotorinya.
Berikut ini beberapa cara dalam men-tazkiyatun nufus:

(1). Mentauhidkan Allah

Mentauhidkan Allah merupakan asas utama dalam tazkiyatun nufus. Sebab
tauhid merupakan sebab terbesar terbebasnya seorang hamba dari noda syirik.
Sebagaimana Allah mensifatkan orang-orang musyrik dengan najis. Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis. (QS. at-Taubah: 28)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “ayat di atas menunjukkkan kenajisan
orang-orang musyrik, sebagaimana menerangkan juga akan bersihnya orang
mukmin, sebagaimana disebutkan di hadits shahih: “Seorang mukmin tidak najis.”
(Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7 hal. 173)

(2). Introspeksi Diri

Setiap langkah seorang mukmin dalam menjalani kehidupan di dunia fana ini
hendaknya dihiasi dengan mengoreksi amalan-amalan yang telah ditunaikan. Mulai
dari yang wajib, kemudian yang sunnah sebagai pelengkap amalannya. Apakah
semua amalannya telah ia lakukan ikhlas karena Allah atau karena selain-Nya.
Muhasabah sangatlah penting untuk mengukur tingkatan ketaatan
seseorang di hadapan Sang Penciptanya. Hal ini pun senada dengan firman Allah
subhanahu wa ta'ala berikut. Firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. al-Hasyr: 18)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata: “hendaknya
seseorang melihat hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, apa yang didapatkan dari
amal shalih tersebut, apakah bermanfaat atau bahkan membahayakan dirinya di
hari kiamat nanti.” (Tafsir as-Sa’di hal. 853)


(3). Membaca al-Qur’an dan Mentadaburinya

Tak bisa disangkal bahwa al-Qur’an adalah obat yang mujarab untuk
mengobati penyakit-penyakit hati yang terkadang mendekam di sanubari seseorang;
penyakit syirik, nifaq, kebodohan, bid’ah, penyakit syubhat, syahwat, dan lain-lain.
Oleh karena itu hendaklah seorang muslim senantiasa membaca al-Qur’anul karim
secara rutin setiap hari.
Allah telah mensifatkan al-Qur’an sebagi obat hati. Firman-Nya:

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan
rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-
Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 57-58)
Al-Alusi rahimahullah berkata, “yaitu untuk membersihkan jiwa-jiwa kalian
dengan janji, ancaman dan larangan dari perbuatan dosa yang akan menyebabkan
hukuman, dan memerintahkan kepada ketaatan yang akan menyebabkan datangnya
keutamaan dari Allah ta’ala, ganjaran dan di dalamnya terdapat obat terhadap
sanubari, yaitu obat bagi hati dari berbagai macam penyakit yang lebih berbahaya
dari pada penyakit badan seperti keragu-raguan, nifaq, hasad dan lain sebagainya.
(Tafsir Ruh al-Ma’ani 11/176)

(4). Mengingat kematian dan tidak panjang angan-angan

Di antara wasilah untuk menyucikan hati ialah dengan mengingat kematian.
Ini merupakan cara ampuh dalam mengobati kerasnya hati akibat karat dosa dan
maksiat. Dengan mengingat kematian yang tak dapat diduga kapan terjadinya dan
tidak adanya tenggang waktunya, menjadikan seorang muslim akan selalu merasa
sedikitnya persediaan amal shalih yang akan ia hadapkan di depan Pencipta-Nya.

Bersambung insyaAllah....

[Oleh: Aulia Ramdanu]




0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS