SENANTIASA BERSYUKUR
Hendaknya seorang Muslim senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya, baik nikmat keimanan, kesehatan dan keluangan waktu sehingga ia bisa melaksanakan kewajibannya menunaikan shalat lima waktu. Dan hendaklah ia berhati-hati agar jangan sampai menjadi orang yang kufur kepada nikmat Allah. Allah berfirman:
“Jikalau kalian bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya siksaku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
SENANTIASA BERTAKWA
Cara bersyukur atas segala nikmat-Nya seorang muslim harus senantiasa bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan dan waktu. Takwa, sebuah kata yang ringan diucapkan akan tetapi tidak mudah untuk diamalkan, karena setan senantiasa berusaha menjerumuskan anak Adam kepada kemaksiatan sampai mereka meninggalkan dunia.
Maka itu, kita harus senantiasa waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga dalam ucapan-ucapan kita, oleh karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali berdasarkan ilmu. Hendaklah kita bersegera mencari bekal guna menuju pertemuan kita dengan Allah, karena kita tidak tahu kapan ajal kita itu datang. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Dan berbekalah, karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baraqah:197)
AKHIRAT SEBAGAI PERINGATAN
Manusia setapak demi setapak menjalani tahap kehidupannya; dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus dijalani sampai akhirnya nanti kita akan menemui alam akhirat tempat kita memperhitungkan amalan-amalan yang telah kita lakukan di dunia. Maka, tatkala kita mendengar ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang memberitakan tentang ahwal (keadaan) hari Akhir, hendaklah hati kita menjadi takut, menangislah mata kita, dan menjadi dekatlah hati kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Akan tetapi bagi orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tatkala disebut kata Neraka dan adzab seakan terasa ringan diucapkan oleh lisan-lisan mereka tanpa makna sama sekali. Mari perhatikanlah firman Allah dalam surat al-Haqqah ayat 25-29. Firman-Nya:
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) dan aku tidak mengetahui apakah hisab (perhitungan amal) terhadap diriku. Duhai seandainya kematian itu adalah kematian total (tidak usah hidup kembali). Hartaku juga sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku pun telah lenyap dari-padaku.”(QS. al-Haqqah 25-29)
Kemudian Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia menggambarkan keadaan orang-orang yang menyesal itu pada hari kiamat kelak bagaimana mereka diperlakukan. “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia ke dalam api Neraka yang menyala-nyala kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta” (QS. al-Haqqah ayat 30-32)
Bagi kaum beriman yang mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi tergetarlah hatinya, akan menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan keluarlah keringat dingin di tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang merasakan peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlah rasa takut yang amat mendalam kepada Allah kemudian berlindung kepada Allah
agar tidak menjadi orang-orang yang celaka seperti ayat di atas.
Sesungguhnya manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dan akan dikumpulkan menjadi satu untuk mempertanggungjawabkan diri mereka. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: “Dan dengarkanlah pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat, yaitu pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (dari kubur).” (QS. Qaaf: 41-42)
Kemudian Allah juga berfirman dalam surat al-Muthaffifin: 4-6: “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” (QS. al- Muthaffifin: 4-6)
Manusia dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla: “Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulangnya (mengembalikannya)” (QS. al-Anbiya:104)
Manusia akan dikembalikan secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun, dikembalikan dalam keadaan demikian bercampur dan berkumpul antara laki-laki dan perempuan. Dan tatkala Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah Radhiallaahu ‘anha maka berkatalah ia: “Wahai Rasulullah antara laki-laki dan perempuan sebagian mereka melihat kepada
sebagian yang lain?”, Rasulullah menjawab: “Perkara pada hari itu lebih keras dari pada sekedar sebagian mereka melihat kepada sebagian lainnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Pada hari itu laki-laki tidak akan tertarik kepada wanita dan sebaliknya, sampai seseorang itu lari dari bapak, ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap keputusan Allah pada hari itu. Sebagaimana firman Allah:
“Pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkan.” (QS. ‘Abasa: 34-37)
Demikianlah sedikit gambaran dari peristiwa yang amat menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti, mudah-mudahan menjadikan kita semakin takut kepada Allah. Dan itulah sebagian peristiwa di hari Akhir dan masih banyak lagi peristiwa yang akan kita alami yang hal itu akan menggetarkan hati bagi orang-orang Mukmin dan menjadikan mereka semakin takut kepada Allah. Maka kita harus senantiasa berdoa agar diberi keteguhan hati dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan dipalingkan dari segala keburukan sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam: “Ya Allah yang memalingkan hati, palingkanlah hati-hati kami untuk taat kepada-Mu.” (HR. Muslim)
[Oleh : Ginanjar Kawandanu]
0 komentar:
Posting Komentar