UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , » SESAAT SETELAH KEMATIAN

SESAAT SETELAH KEMATIAN

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 08.19




Kehidupan manusia di atas muka bumi ini hanyalah sementara, tidak ada yang
kekal. Kehidupan dunia ini diibaratkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ibarat
seorang musafir yang singgah di bawah naungan pohon, kemudian dia harus berlalu untuk
melanjutkan perjalanannya. Suatu perjalanan yang membutuhkan bekal, akan tetapi banyak
manusia yang lalai darinya. Entah karena dunia yang ada di tangannya atau karena hati
mereka condong kepada kesesatan, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala campakkan kepada
yang lebih sesat. Wal iyadzu billah.

Sungguh mengingat kematian adalah jalan untuk melunakkan hati yang keras dan
lalai dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Maka itu, insya Allah pada edisi kali ini kami
akan membahas tentang kematian. Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa mengingatkan kita
untuk selalu meningkatkan ibadah dan penghambaan kita kepada Allah, sebagai bekal
sebelum datangnya kematian. Selamat menyimak!

KEMATIAN SUATU KEPASTIAN
Jika anda pernah mendengar kisah bahwa ada makhluk yang hidup kekal atau tidak
akan mati maka ketahuilah bahwasannya itu adalah perkataan yang dusta, karena Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Kematian merupakan ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala yang tiada seorang pun
yang dapat selamat darinya. Di manapun anda berada, kapanpun anda berada, apa yang
sedang anada lakukan, baik tua maupun muda, apabila kematian menghampiri maka anda
tidak akan bisa menolak atau mencegahnya walaupun hanya sejenak saja.
Kalau seandainya ada orang yang bisa selamat darinya, tentu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lebih berhak untuk selamat dari kematian tersebut, namun itulah
ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala yang harus terjadi bagi setiap yang bernyawa.


SAKRATUL MAUT
Ketahuilah saudaraku, bahwasannya setiap kematian ada sekaratnya, dan sekarat
adalah detik-detik yang menegangkan dan menyakitkan. Sebagaimana diceritakan oleh
’Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang gambaran sakaratul maut yang terjadi pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Bahwasannya di hadapan Rasulullah terdapat satu bejana kecil dari kulit yang berisi air.
Beliau memasukkan tangannya ke dalamnya dan membasuh mukanya seraya berkata: Laa
Ilaaha Illa Allah (Tiada Tuhan yang Haq kecuali Allah). Sesungguhnya kematian memiliki
sekarat. Kemudian beliau menegakkan tangannya dan berkata: “menuju ar-Rafiq al-A’la.”
Sampai akhirnya nyawa beliau dicabut dan tangannya melamas”. (HR. al-Bukhari, Kitab ar-
Riqaq, Bab Sakaratul Maut no. 6510)

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “ Tatkala kondisi Nabi semakin memburuk,
Fatimah berkata: “Alangkah berat penderitaanmu, wahai ayahku”. Beliau menjawab: “Tidak
ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini”. (HR. al-Bukhari, Kitab al-Maghazi, Bab
Maradhi an-Nabi wa Wafatihi no. 4463)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasakan penderitaan bagaimana sakitnya
saat sakaratul maut. Lalu bagaimana dengan kita?

KABAR GEMBIRA
Ketika Allah subhanahu wa ta’ala mencintai hamba-Nya, maka Allah akan
memujinya dan akan dimudahkan proses kematiannya, dan para malaikat pun akan gembira
ketika mencium wanginya orang mukmin dikarenakan amal shalihnya. Akan tetapi
kemarahan malaikat akan tampak apabila yang meninggal adalah orang kafir, karena bau
bangkai yang ia bawa, dan akhirnya ia dilemparkannya dari langit sampai ke dalam
kuburnya.
Hadits tentang kabar gembira dan kabar buruk ini diriwayatkan melalui sahabat al-Bara’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, bahwasannya Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita tentang proses kematian seorang mukmin:
“Sesungguhnya seorang hamba mukmin, apabila akan berpisah dengan dunia menuju
akhirat, malaikat mendatanginya dari langit dengan wajah yang putih. Rona mukanya
laksana sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Mereka
duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut dan
duduk di samping kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju
ampunan Allah dan keridhaan-Nya.” Maka ruh itupun keluar bagaikan aliran cucuran air
yang keluar dari mulut kendi. Setelah keluar ruhnya maka malaikat maut mengambilnya.
Ketika setelah diambil oleh malaikat maut, maka para malaikat lainnya tidak
membiarkannya di tangan malaikat maut meskipun sejenak. Kemudian para malaikat
meletakkan ruh tersebut di dalam kafan dan wewangian tadi. Dari jenazah tersebut, keluar
aroma wangi bak misk (kasturi) terwangi yang ada di muka bumi”. (Lihat: Musnad al-Imam
Ahmad no. 18557. Hadits ini dimuat di dalam kitab Ahkam al-Jana’iz karya al-Albani)

Kabar gembira kepada orang mukmin pun ditegaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam banyak firman-Nya, di antarnya dalam surat Fushshilat ayat 30-32 dan surat an-Nahl ayat 30-32. Silahkan merujuk ke dua surat tersebut.

KABAR BURUK
Akan tetapi apabila yang mati adalah orang kafir maka ruhnya akan keluar dengan
susah payah dan ia sangat tersiksa dengannya, malaikat yang datang pun berwajah
beringas. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya hamba yang kafir apabila akan berpisah dengan dunia dan menuju akhirat,
maka datang kepadanya malaikat-malaikat dari langit dengan wajah yang beringas(kasar),
dengan membawa kafan kasar dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang.
Kemudian malaikat maut datang kepadanya dan duduk di atas kepalanya seraya berkata: “
wahai jiwa yang jelek! Keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahanNya”.
Maka ruhnya berpencar dari jasad, kemudian malaikat maut mencabut ( ruhnya ) layaknya
mencabut saffud ( penggerek ) yang banyak mata besinya dari bulu wol yang basah”. (Lihat:
Musnad al-Imam Ahmad no. 18534. Hadits ini dimuat di dalam kitab Ahkam al-Jana’iz karya
al-Albani)

Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam al-Qur’an: “Alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim berada dalam tekanan sakratul
maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu" di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS al-An’am: 93)

Dan orang kafir itu, apabila ia telah meninggal dunia, maka ia minta dikembalikan ke
dunia agar masuk Islam. Adapun pelaku maksiat, ia akan mohon untuk dikembalikan ke
dunia guna bertaubat dan beramal shalih. Sebagaimana yang tercantum dalam surah al-
Mukminun ayat 99-100.

NIKMAT DAN DERITA SETELAH KEMATIAN
Sesungguhnya pertanyaan di alam kubur hanya berkaitan dengan ibadah dan
agama. Seorang yang selamat dari pertanyaan malaikat maut, maka baginya kehidupan
yang menyenangkan. Bagi yang tidak bisa menjawabnya, maka itu adalah awal dari pintu
kesengsaraannya. Wal ‘iyadzu billah.
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya seorang mukmin apabila telah diletakkan di kuburnya maka datang kepada nya malaikat, dan berkata kepadanya: “Apa yang dahulu kamu sembah di dunia? -Allah pun memberinya hidayah kepadanya- dan menjawab: ‘Aku hanya menyembah Allah.’ Malaikat bertanya lagi: ‘Apa yang kamu ketahui tentang orang ini (Nabi).’ Dia menjawab: ‘Dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya,” dia tidak ditanya selain itu. Kemudian malaikat memperlihatkan neraka kepadanya seraya berkata: “Sebenarnya inilah rumahmu, akan
tetapi Allah menjagamu dan merahmatimu dan menggantikannya dengan rumah di surga”. Maka seorang mukmin tersebut berkata kepada malaikat: Apakah boleh aku memberi kabar gembira ini kepada keluargaku? Maka malaikat berkata kepadanya: ‘Tetaplah tinggal di sini.”(HR Ahmad no. 2876)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan:
“Apabila orang kafir telah dikubur, maka datang kepadanya malaikat, dan berkata kepadanya: “Apa dahulu yang kamu sembah(di dunia)?, maka kafir tersebut menjawab: aku tidak tahu. Dikatakan kepadanya: kamu tidak tahu dan karena kamu tidak membacanya(al- qur’an), kemudian dikatakan kepadanya: apa yang kamu katakan tentang hamba ini (Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dia menjawab: aku mengatakan sebagaimana apa yang dikatakan orang-orang(kafir). Maka dia dipukul dengan palu dari besi di kepalanya. Maka dia berteriak sangat keras yang bisa didengar oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia”. (HR Ahmad. Dikutip dari kitab Madza ba’da al-Maut karya Husain bin ‘Audah al-’Awaisyah)

Maha suci Allah Yang Maha memberi berbagai kenikmatan bagi orang mukmin dan
memberi balasan setimpal atas orang kafir.

PENUTUP
Demikianlah uraian yang singkat ini. Setelah mengetahui balasan yang akan kita rasakan, semoga kita diberikan taufiq oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk dapat senantiasa memperbaiki dan memperbanyak amal shalih dan meningkatkan keimanan. Karena sesungguhnya balasan bagi setiap hamba itu sepadan dengan apa yang telah dikerjakan di dunia.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan manfaat dari setiap nasihat, sehingga dapat mengambil pelajaran dari tulisan ini. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan proses kematian kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang shalih dan dikumpulkan bersama orang-orang yang shalih di surga-Nya. Amin.
[Oleh: Yusuf Solihin]


0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS