UNTUK MENDAPATKAN BULETIN AL-IMAN DALAM BENTUK PDF KLIK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3

Home » , , » ANJURAN UNTUK MEMPERBANYAK IBADAH SUNNAH

ANJURAN UNTUK MEMPERBANYAK IBADAH SUNNAH

Written By Unknown on Rabu, 13 Februari 2013 | 08.31



Segala puji bagi Allah. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah.
Wa ba’du.

Sebagian dari kaum muslimin ada yang tidak peduli dengan ibadah-ibadah
sunnah. Dia tidak mau mengamalkan kecuali ibadah yang wajib saja dan enggan
memperbanyak ibadah yang hukumnya sunnah. Yang demikian itu, di antara sebabnya
karena mereka berkeyakinan bahwa ibadah yang dibebankan Allah ta’ala kepada
mereka hanyalah ibadah-ibadah yang wajib saja dan itu sudah sangat mencukupi.

Padahal, pada hakikatnya seorang muslim sangat butuh untuk menambah atau
memperbanyak amal shalihnya khususnya amalan-amalan yang hukumnya sunnah.
Maka itu pada edisi kali ini, kami akan menjelaskan perlunya kita
memperbanyak amalan sunnah, sebagaimana akan disebutkan pula beberapa alasan
yang mendorong kaum muslimin agar mereka memperbanyak amalan sunnah.

Alasan pertama: Agar seorang muslim memiliki tabungan amal kebaikan yang
melimpah pada hari kiamat yang bisa ia gunakan untuk menutupi hak-hak orang lain
yang belum tertunaikan.

Seseorang itu, sekuat apapun ia berusaha untuk tidak melakukan dosa,
kesalahan dan kezhaliman kepada orang lain, pasti ia tidak akan berhasil. Meskipun ia
mengetahui bahwa dirinya amat sedikit melakukan kesalahan, namun kesalahan dan
kezhaliman yang tidak ia ketahui bisa begitu banyak ia lakukan tanpa ia sadari.

Dan di hari pembalasan kelak, ketika manusia diperhitungkan amalannya
dan ia memiliki catatan buruk terhadap saudaranya, maka hal itu tidak bisa dibayar
dengan logam uang atau emas murni, yang ada adalah balasan dengan kebaikan dan
keburukan.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para
sahabatnya:

Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu? Mereka menjawab: Orang yang
bangkrut dari kami adalah yang tidak memiliki dirham dan barang-barang. Lalu
beliau bersabda: Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari
kiamat dengan amalan shalat, puasa dan zakat, ia datang namun pernah mencela ini,
pernah menuduh itu, pernah makan harta ini, pernah mengucurkan darah itu, dan ia
pun pernah memukul yang lainnya lagi. Lalu orang yang ini diberikan sebagian dari
kebaikannya dan yang itu pun diberi dari sebagian kebaikannya. Apabila kebaikannya
habis sebelum tanggungannya selesai, maka keburukan orang-orang itu akan diambil
lalu ditimpakan kepada dirinya, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

Setelah membaca hadits ini dapat kita simpulkan bahwa seorang muslim
diperintahkan untuk menjauhi kezhaliman dan menyelesaikannya di dunia sebelum
datang hari kiamat. Dan di antara cara untuk menjauhkan diri agar tidak temasuk dari
orang-orang yang bangkrut adalah dengan memperbanyak amal shalih, khususnya
amalan sunnah.

Alasan kedua: Karena amalan yang baik dapat menghapus amalan yang buruk.
Hal ini sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan di dalam al-Qur`anul karim:

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. (QS. Hud: 114)
Ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu yang berbunyi:

Ada seorang laki-laki yang pernah mencium seorang wanita (yang tidak halal baginya),
lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan hal tersebut.
Lalu Allah azza wa jalla menurunkan firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat pada
kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. (QS. Hud: 114).” Lalu orang itu bertanya: ya Rasulullah, apakah
ini khusus untukku? Beliau menjawab: Untuk umatku seluruhnya. (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menasihati kita semua untuk
melakukan hal tersebut. Beliau bersabda:
Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah perbuatan yang
buruk dengan perbuatan yang baik niscaya perbuatan yang baik tersebut akan
menghapusnya, dan bergaullah dengan manusia dengan budi pekerti yang mulia. (HR.
Ahmad, at-Tirmidzi, dll. dengan derajat hasan)

Seorang manusia tidak pernah terlepas dari berbuat perbuatan yang buruk,
maka itu untuk dapat menghapuskan perbuatan buruk tersebut hendaklah ia
memperbanyak amal shalih yang berupa amalan-amalan sunnah. Semakin banyak ia
melakukan amalan sunnah maka semakin banyak pula tabungan yang ia siapkan untuk
menghapus amalan-amalan yang tidak baik.

Alasan ketiga: Menggapai kecintaan Allah subhanahu wa ta’ala.

Sesungguhnya manfaat teragung dan termulia dari memperbanyak amalan
sunnah adalah bahwasanya amalan tersebut dapat mendatangkan kecintaan dari Allah
ta’ala kepada hamba tersebut.
Berkaitan dengan hal ini Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits di dalam
kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang
lebih aku cintai dari pada amalan yang Aku wajibkan atasnya, dan hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga aku
mencintainya. (HR. Bukhari)

Hadits di atas menerangkan bahwa seorang hamba yang memperbanyak amalan
sunnah akan dicintai oleh Allah ta’ala. Tentu saja, bagi orang yang dicintai tai Allah
surgalah tempatnya. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang yang mencintai
Allah dan dicintai oleh-Nya. Amin.

Alasan keempat: Amalan sunnah dapat melengkapi dan menyempurnakan
kekurangan yang ada pada amalan wajib.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali akan diperhitungkan
pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik maka sungguh ia telah
beruntung dan sukses. Namun apabila shalatnya rusak maka sungguh ia telah
gagal dan merugi. Apabila amalan wajibnya ada yang kurang maka Rabb azza
wa jalla berfirman: Perhatikanlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah,
untuk menyempurnakan amalan wajib yang kurang, kemudian seluruh amalannya
diperhitungkan seperti itu. (HR. Tirmidzi dengan derajat shohih)'

Oleh karena seseorang terkadang lalai dari mengerjakan amalan wajib, maka
hendaklah ia memperbanyak amalan sunnah, yang dengannya dapat dijadikan sebagai
penyempurna kewajiban-kewajiban yang terlewatkan.

PENUTUP
Setelah kita menyimak keempat alasan di atas, maka tidak ada alasan lagi bagi
kita untuk meninggalkan amalan sunnah. Justru sebaliknya, kita sangat butuh sekali
dengan amalan-amalan sunnah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan
mendatangkan kecintaan dari-Nya.
Semoga Allah ta’ala memberikan kemudahan bagi kita untuk beramal shalih,
amalan yang wajib demikian pula yang sunnah. Dan Semoga Allah memberikan taufiq-
Nya kepada kita untuk memperbanyak amalan-amalan sunnah hingga akhir hayat.
Amin.

[Oleh: M. Sulhan Jauhari]

0 komentar:

Buletin Terbaru

Radom Post

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS