Dewasa ini agama islam diserang dengan berbagai dakwaan. Di antara dakwaan
tersebut, Islam merupakan agama yang mengajarkan kekerasan, kedengkian dan permusuhan
serta jauh dari kasih sayang, kelembutan dan kedamaian. Tentu dakwaan tersebut hanya
omong kosong belaka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan
(sesuatu) kecuali dusta. (QS. al-Kahfi: 5)
Berkaitan dengan kasih sayang Islam bisa ditinjau dari berberapa sisi berikut:
Sisi Pertama: Allah Maha Pengasih
Allah sebagai Pembuat Syariat telah mensifati diri-Nya dengan sifat rahmat, yaitupenuh kasih sayang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. al-Fatihah: 3)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang
yang bertakwa. (QS. al-A’raf: 156)
Dan seorang hamba itu, setiap kali bertambah ketaatan dan kedekatannya kepada
Allah ta’ala, maka bertambah pula bagian haknya untuk mendapatkan rahmat Allah. Allah
ta’ala berfirman,
Dan al-Qur’an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah Dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (QS. al-An'am: 155) (Fiqh al-Asma’ al-Husna, Syaikh
Abdurrazaq)
Sisi Kedua: Para Nabi dan Rasul Memiliki Sifat Kasih Sayang
Adalah Nabi Ibrahim ‘alaihi salam memohon kepada Alllah ta’ala agar beliau dankeluargannya dijauhkan dari dosa yang paling besar, yaitu kesyirikan. Ini merupakan rasa
kasih sayang terbesar kepada keluarga, sebab kesyirikan merupakan dosa terbesar yang
menjerumuskan pelakunya ke dalam api neraka. Demikian pula ini merupakan bentuk kasih
sayang kepada siapa saja yang mengikuti agama para nabi dan rasul, sebab siapa yang
menjauhi kesyirikan dan mendekatkan diri kepada Allah, maka dia akan diliputi oleh Allah
dengan penuh kasih sayang. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman,
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.
Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada
manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, sesungguhnya orang itu termasuk golonganku,
dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. Ibrahim: 36)
Sisi Ketiga: Muhammad Nabi Rahmat
Allah ta’ala mengutus Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai rahmatbagi semesta alam. Rahmat tersebut akan diberikan kepada mereka yang mengikuti beliau
dengan penuh ketulusan. Allah subhanahu wataala berfirman,
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
(QS. Al-Anbiya': 107)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu beliau berkata, “dikatakan kepada Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, doakan keburukan bagi orang yang musyrik.”
Namun Rasulullah shalallahu alaihi wasallam malah berkata,
Sesungguhnya aku tidak diutus untuk melaknat akan tetapi aku diutus sebagai rahmat. (HR.
Muslim)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya Nabi
muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam membacakan firman Allah tentang Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam:
Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia,
maka barangsiapa yang mengikutiku, sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan
barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Ibrahim: 36), dan tentang Nabi ‘Isa ‘alaihissalam:
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau,
dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Maidah: 118), kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengangkat tangannya seraya berkata, “Ya Allah, umatku, umatku,” lalu beliau menangis.
Maka Allah berkata, Wahai Jibril, temuilah Muhammad -dan Tuhan-mu lebih mengetahui-,
dan tanyakan, ”Mengapa engkau menangis? Maka jibril mendatanginya dan bertanya,
lalu Rasulullah menceritakan tentang ucapannya -dan Allah lebih mengetahui-, lalu Allah
mengatakan, “Wahai Jibril, pergilah ke Muhammad dan katakanlah kepadanya, sesungguhnya
Kami akan meridhaimu perkara umatmu dan tidak Kami akan berbuat buruk padamu. (HR.
Muslim)
Sisi Keempat: Dakwah Para Nabi dan Rasul Penuh Kasih Sayang
Ketahuilah bahwa dakwah para Nabi dan Rasul serta da'i diperintahkan untukberdakwah dengan hikmah dan penuh kasih sayang. Ini menunjukkan bahwa agama Islam
agama penuh kasih sayang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada nabi Musa dan
Harun ‘alaihimassalam,
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan
ia ingat atau takut.” (QS. Thoha: 43-44)
Dan Allah ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. (QS. Ali Imran: 159)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl: 125-126)
Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencium al-Hasan bin Ali
radhiyallahu ‘anhuma dan di sisinya ada al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi radhiyallahu ‘anhu yang
sedang duduk, lalu al-Aqra’ Radhiyallahu anhu berkata, “Sungguh, aku memiliki sepuluh anak,
namun aku tidak pernah mencium seorangpun dari mereka, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam memandangnya dan bersabda,
Barang siapa yang tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi. (HR. al-Bukhari)
Pada hadits mulia ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menebarkan kasih sayang
dengan meluruskan pandangan salah al-Aqra’ terhadap anak-anaknya.
Sisi kelima: Perintah Menghiasi Diri Dengan Kasih Sayang
Orang-orang yang penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang, maka itu
sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya yang ada di langit (yakni Allah) akan
menyayangi kalian. (HR. al-Baihaqi. Lihat: ash-Shahihah karya Syaikh al-Albani no. 925)
Dan sifat saling menyayangi adalah ciri-ciri golongan kanan. Allah ta’ala berfirman,
Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar
dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling
berpesan itu) adalah golongan kanan. (QS. al-Balad: 17-18)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menuturkan, “Saling berpesan
dalam kasih sayang” yaitu kepada sesama manusia, berupa menutupi kebutuhan mereka,
mengajari orang yang bodoh di antara mereka, dan melaksanakan apa yang menjadi
kebutuhan mereka dari segala sisi, menolong mereka untuk kemaslahatan akhirat dan dunia,
mencintai untuk mereka apa yang dia suka untuk dirinya, dan membenci untuk mereka apa
yang dia benci untuk dirinya sendiri. (Taisir Karim ar-Rahman)
[Oleh: Fathurrahman]
0 komentar:
Posting Komentar